tag:blogger.com,1999:blog-88546833713488243622024-03-13T11:11:03.387-07:00laporan praktikum kimia analisasitus ini uraian tetntang laporan praktikum di labopratorium kimia analisa, departemen teknik kimia, fakultas teknik, universitas sumatera utara,laporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-8854683371348824362.post-85253588754147463292009-11-11T03:00:00.000-08:002009-11-11T03:01:57.745-08:00KIMIA ANALISA KUALITATIFLAPORAN PRAKTIKUM
<br />KIMIA ANALISA KUALITATIF
<br />
<br />Semester : III
<br />Kelompok : II ( Dua )
<br />Tanggal percobaan : 22 Agustus 2009
<br />
<br />
<br />NAMA
<br />NIM
<br />DEDY ANWAR
<br />080405009
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA
<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
<br />FAKULTAS TEKNIK
<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
<br />MEDAN
<br />2009
<br />
<br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA
<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
<br />FAKULTAS TEKNIK
<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
<br />
<br />LEMBAR PENGESAHAN
<br />
<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar
<br />KELOMPOK : II (dua)
<br />MODUL : Kimia Analisa Kualitatif
<br />TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Medan, 2009 Asisten,
<br />
<br />
<br /> (Rudiansyah)
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA
<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
<br />FAKULTAS TEKNIK
<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
<br />
<br />LEMBAR PENUGASAN
<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009
<br /> Andriani Dewi / 080405030
<br /> Juliananta Sitepu / 080405060
<br />KELOMPOK : II (dua)
<br />MODUL : Kimia Analisa Kualitatif
<br />TGL. PERCOBAAN : 22 Agustus 2009
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Medan, 2009 Asisten,
<br />
<br />
<br /> (Rudiansyah)
<br />
<br />
<br />
<br />KATA PENGANTAR
<br />Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Kimia Analisa Kualitatif dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
<br /> Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
<br /> Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
<br /> Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
<br /> Medan, 5 Oktober 2009
<br /> Penulis,
<br />
<br /> Dedy Anwar
<br />
<br />
<br />DAFTAR ISI
<br />
<br />KATA PENGANTAR i
<br />DAFTAR ISI ii
<br />DAFTAR TABEL iv
<br />DAFTAR GAMBAR . v
<br />BAB I PENDAHULUAN 1
<br />1.1 Latar Belakang 1
<br />1.2 Perumusan Masalah 1
<br />1.3 Tujuan Percobaan 1
<br />1.4 Manfaat Percobaan 2
<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
<br />BAB II TEORI ANALISA KUALITATIF 3
<br /> 2.1 Metode Analisa Kualitatif 3
<br /> 2.1.1 Analisis Kualitatif Berdasarkan sifat fisis bahan 3
<br /> 2.1.2 Identifikasi Kation berdasarkan H2S 3
<br />BAB III IDENTIFIKASI ANION 7
<br /> 3.1 Ringkasan Percobaan 7
<br /> 3.2 Tinjauan Pustaka 7
<br /> 3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3) 12
<br /> 3.2.2 Natrium Khromat (NaCrO4) 14
<br /> 3.2.3 Natrium Klorida (NaCl) 16
<br /> 3.2.4 Perak Bromida (AgBr) 18
<br /> 3.2.4 Hidrogen Iodida (HI) 20
<br /> 3.2.5 Reagensia 22
<br /> 3.3 Prosedur Praktikum 19
<br /> 3.3.1 Identifikasi Anion Karbonat 26
<br /> 3.3.2 Identifikasi Anion Khromat 26
<br /> 3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida 26
<br /> 3.4 Flowchart 28
<br /> 3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28
<br /> 3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat 29
<br /> 3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30
<br /> 3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31
<br /> 3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32
<br /> 3.5 Reaksi Spesifikasi 33
<br />BAB IV IDENTIFIKASI KATION 34
<br /> 4.1 Ringkasan Percobaan 34
<br /> 4.2 Tinjauan Pustaka 34
<br /> 4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat) 41
<br /> 4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida) 43
<br /> 4.2.3 Regensia 45
<br /> 4.3 Prosedur Praktikum 48
<br /> 4.3.1 Identifikasi Kation Pb+ 48
<br /> 4.3.2 Identifikasi Kation Hg+ 48
<br /> 4.4 Flowchart 49
<br /> 4.4.1 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49
<br /> 4.4.2 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50
<br /> 4.5 Reaksi Spesifikasi 51
<br />BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52
<br /> 5.1. Kesimpulan 52
<br /> 5.2. Saran 52
<br />DAFTAR PUSTAKA 53
<br />LAMPIRAN A LA-1
<br />LAMPIRAN B LB-1
<br />LAMPIRAN C LC-1
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />DAFTAR GAMBAR
<br />
<br />Gambar 3.1 Flowsheet Pembuatan BaCO3 13
<br />Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4 15
<br />Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam 17
<br />Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr 19
<br />Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI 21
<br />Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat 28
<br />Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Kromat 29
<br />Gambar 3.8 Flowchart Identifikasi Anion Klorida 30
<br />Gambar 3.9 Flowchart Identifikasi Anion Bromida 31
<br />Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi Anion Iodida 32
<br />Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation 37
<br />Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat 43
<br />Gambar 4.3 Flowsheet Pembuatan HgCl2 45
<br />Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+ 49
<br />Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+ 50
<br />Gambar A.1 Flowchart Pembuatan Ekstrak Soda LA-1
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />DAFTAR TABEL
<br />
<br />Tabel B.1. Alat dan Fungsi LB-1
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />BAB I
<br />PENDAHULUAN
<br />
<br />1.1Latar Belakang
<br />Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara – cara penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu senyawa atau larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya :
<br />1. Analisa Kualitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
<br />2. Analisa Kuantitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
<br />Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya (Underwood, 1986). Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
<br />Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
<br />Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.
<br />
<br />1.2Perumusan Masalah
<br />Menganalisa adanya anion dalam sampel dengan langkah-langkah pendahuluan, yaitu dengan pemberian karbon aktif untuk adsorbsi warna tambahan, uji logam berat, lalu dilakukan identifiksi anion. Dan bagaimana kelarutan ion-ion Pb2+, Hg+, Ag+, Cd2+, dan Cu2+ setelah direaksikan dengan HCl encer dan gas H2S jenuh.
<br />
<br />1.3Tujuan Percobaan
<br />Mengidentifikasi anion – anion sulfat, phospat, khromat, dan halida dengan pereaksi spesifik membentuk endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb+2, Hg+, Ag+, Cd+2 dan Cu+2, berdasarkan kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S (jenuh). Dan selanjutnya diidentifikasi dengan reaksi spesifik.
<br />
<br />1.4Manfaat Percobaan
<br />Agar mahasiswa mengerti dan mampu mengaplikasikan analisa anion dan kation dalam dunia kerja.
<br />
<br />1.5Ruang Lingkup percobaan
<br />Praktikum Kimia Analisa Kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
<br />Menggunakan bahan–bahan antara lain ”Fanta hijau”, ”You C1000”, Na2CO3, HNO3, HCl, Ba(OH)2, BaCl2, NH4OH, AgNO3, Hac, K2CrO4, KI, dan H2S. Dan dalam percobaan ini digunakan alat-alat seperti tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, corong, pipa kapiler, bunsen, penjepit tabung, sentrifuse dan, penganas air.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />BAB II
<br />TEORI ANALISA KUALITATIF
<br />
<br />
<br />2.1 Metode Analisis Kualitatif
<br />Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunanakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka kita lakukan analisa kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya ialah kita tentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya bagaimanakah warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan, kita tentukan bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
<br />Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-sifat fisis ini dapat ditemukan dalam suatu Hand Book, misalnya dalam Physical and Chemical Data Hand Book. Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, analisis bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation dan analisis anion. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana cara melakukan analisa kualitatif tersebut.
<br />2.1.1 Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
<br />Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.
<br />2.1.2 Idetifikasi kation berdasarkan H2S
<br />Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.
<br />Analisa kualitatif merupakan analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisa kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisa kuantitatif.
<br />Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisa data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:
<br />1.Mengorganisasi data: Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang data yang tidak sesuai
<br />2.Membuat kategori, menentukan tema, dan pola: langkah kedua ialah menentukan kategori yang merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mampu menglompokkan data yang ada kedalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat secara jelas
<br />3.Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada: setelah proses pembuatan kategori maka peneliti melakukan pengujian kemungkinan berkembangnya suatu hipotesa dan mengujinya dengan menggunakan data yang tersedia
<br />4.Mencari eksplanasi alternatif data: proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan yang masuk akal data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut; dan
<br />5.Menulis laporan: penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak terpisahkan. Dalam laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisanya.
<br />Model lain untuk melakukan analisa data kualitatif ialah dengan menggunakan:
<br />1.Analisa Domain,
<br />2.Analisa Taksonomi,
<br />3.Analisa Komponensial,
<br />4.Analisa Tema Kultural dan
<br />5.Analisa Komparasi Konstan.
<br /> Dalam mengaplikasikan teknik-teknik analisa di bawah ini, penulis menggunakan contoh bidang ilmu Desain Komunikasi Visual.
<br />1. Analisa Domain: Analisa domain berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum atau pengertian yang bersifat secara mneyeluruh. Hasil yang diharapkan ialah pengertian di tingkat permukaan mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual.
<br />2. Analisa Taksonomi: analisa taksonomi didasarkan pada focus terhadap salah satu domain (struktur internal domain) dan pengumpulan hal-hal / elemen yang sama.
<br />3. Analisa Komponensial: analisa komponensial menekankan pada kontras antar elemen dalam suatu domain; hanya karakteristik-karaktersitik yang berbeda saja yang dicari.
<br />4. Analisa Tema Kultural: cara melakukan analisa tema kultural ialah dengan mencari benang merah yang ada yang dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi nilai, nilai dasar / utama, premis, etos, pandangan dunia dan orientasi kognitif. Analisa berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang kita teliti pada dasarnya merupakan suatu yang utuh (keseluruhan), tidak terpecah-pecah; oleh karena itu peneliti dalam menganalisa data sebaiknya menggunakan pendekatan yang utuh (holistic approach).
<br />5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) cara melakukan analisa komparasi konstan adalah sebagai berikut:
<br />a.Mengumpulkan data untuk menyusun / menemukan suatu teori baru.
<br />b.Berkonsentrasi pada deskripsi yang rinci mengenai sifat atau cirri dari data yang dikumpulkan untuk menghasilkan pernyataan teoritis secara umum.
<br />c.Membuat hipotesa jalinan hubungan antara gejala yang ada, kemudian mengujinya dengan bagian data yang lain.
<br />d.Didasarkan dari akumulasi data yang telah dihipotesakan, peneliti mengembangkan suatu teori baru.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />BAB III
<br />IDENTIFIKASI ANION
<br />BERDASARKAN REAKSI PENGENDAPAN
<br />
<br />3.1 Ringkasan percobaan
<br /> Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
<br /> Pukul : 13.30 – 17.30 WIB
<br /> Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,
<br /> Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
<br /> Warna : Hijau
<br /> Hasil : Anion Karbonat (CO3-)
<br /> Anion Khromat (CrO4-)
<br /> Anion Klorida (Cl-)
<br /> Anion Bromida (Br-)
<br /> Anion Iodida (I-)
<br />
<br />
<br />3.2 Tinjauan Pustaka
<br />Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Jadi, analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel.
<br />Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.
<br />Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat. Demikian pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
<br />Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin. Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
<br />Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.
<br />Reaksi ini terdapat beberapa macam jenis, diantaraknya :
<br />1. Uji Manik fosfat
<br />Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen fosfat tetrahidrat, manik tembus cahaya tak berwarna mengandung natrium metafosfat.
<br />2. Uji nyala
<br />Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelhan yang terletak pada kira-kira sepertiga ketinggian nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat lelehan zat dan juga melengkapi dalam menguji keatsirian relative dari zat-zat atau campuran zat.
<br />3. Uji Spektroskopi
<br />Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan kation yang ada oleh perangkat rona yang khas itu.
<br />4. Pemanasan
<br />Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian
<br />yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula dengan lembut dan kemudian dengan lebih kuat.
<br />5. Uji Manik natrium karbonat
<br />Manik natrium karbonat disiapkan dengan melelehkan natrium karbonat pada lingkaran kawat Pt dalam nyala Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi, maka akan dibenamkan dalam kalium nitrat dan sedikit mangan, sehingga terbentuk manik hijau natrium manganat
<br />6. Uji Pipa Tiup
<br />Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan pipa itu kira-kira sepertiga kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar.
<br />7. Uji Manik Borak
<br />Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksida bawah, biarkan dingin dan warnanya diamati lagi.
<br />Namun, Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah
<br />1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCl. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi .
<br />2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
<br />3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
<br />Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
<br />Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
<br />a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
<br />b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
<br />c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
<br />d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa banyak seperti oksalat
<br />Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
<br />Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation golongan I, II, III, IV dan Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan anion menggunakan larutan ekstrak soda. Larutan ekstrak soda dibuat dengan memasak cuplikan dalam larutan jenuh natrium karbonat selama 10 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak soda (ES). Karena ES suasana basa maka larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana yang tepat. Biasanya sebelum digunakan ditabahkan dulu asam.
<br />Sebagai contoh:
<br />Analisis terhadap ion-ion preduksi
<br />Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada
<br />ES + H2SO4 (4N) + KMnO4
<br />Warna KMnO4 tidak hilang menunukkan ion
<br />Pereduksi tidak ada
<br />Analisis terhadap ion-ion pengoksida
<br />ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam larutan difenil amin dalam H2SO4 pekat. Bila terjadi warna biru tua menunjukkan ion pengoksida ada. Bila bukan biru tua maka menunjukkan ion pengoksida tidak ada.
<br />Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na2CO3 ion-ion logam diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang ditambahkan banyak maka CrO4 2- yang dapat larut makin banyak. Dari hasil identifikasi sebelumnya dapat ditehui adanya beberapa anion seperti CO32- dan CH3COO-. Berikut ini akan dibahas beberapa reaksi identifikasi anion yang lain.
<br />SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam sulfat encer akan terjadi penghilangan warna ungu KMnO4 karena MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2+.
<br />S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod karena terbentuk larutan tetrationat yang tak berwarna.
<br />SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang tak larut dalam HCl encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.
<br />NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau sulfat encer akan dibebaskan iodium yang dapat diidentifikasi dari timbulnya warna biru dalam pasta kanji.
<br />CN- : Denga larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang mudah larut dalam larutan sianida berlebih karena membentuk ion komplkes [Ag(CN)2]–
<br />SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.
<br />[Fe(CN)6]4- : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru prusia dalam larutan netral atau asam. Endapan diuraikan oleh larutan hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH)3 yang berwarna coklat.
<br />[Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah jingga, Ag3[Fe(CN) 6] yang larut dalam amonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat.
<br />Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang tidak larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam amonia encer.
<br />Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr yang sukar larut dalam amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama nitrat encer.
<br />I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang banyak membentuk larutan tidak berwarna, ketika didinginkan terbentuk keping-keping kuning keemasan.
<br />NO3 - : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO4 yang segar ke dalam 2 ml larutan NO3-. Tuangkan 3-5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cicncin coklat menunjukkan adanya NO3
<br />
<br />
<br />3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3)
<br /> Senyawa Barium Karbonat mungkin berada dalam bentuk bahan tambang yang lain. Karbonat dan Barium Karbonat yang diendapkan. Barium karbonat merupakan persenyawaan antara Barium dan Karbonat.
<br />3.2.1.1 Sifat – Sifat Barium Karbonat (BaCO3)
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1.Berat molekul : 197,37 gr/mol
<br />2.Warna : putih
<br />3.Spesifik gravity : 4,29
<br />4.Titik lebur : 17400 C
<br />5.Titik didih : 14500 C
<br />6.Sering bergabung dengan galena
<br />7.Tersedia dalam jumlah yang sedikit di alam
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Mempunyai kelarutan yang normal
<br />2.Larut dalam air
<br />3.Terbentuk karena reaksi oleh asam karbonat yang berlebihan
<br />4.Barium Karbonat dapat dilarutkan dalam asam nitrat
<br />5.Terurai pada saat pendidihan larutan
<br />6.Barium Karbonat digunakan untuk racun tikus
<br />3.2.1.2 Pembuatan Karbonat (BaCO3)
<br />A.Skala Laboratorium
<br />Dalam skala laboratorium Barium Karbonat dapat dibuat dengan mengalirkan gas CO2 kepada larutan Ba(OH)2 sehingga terjadi endapan Barium Karbonat (BaCO3) reaksinya adalah :
<br />Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
<br />B.Skala Industri
<br />Proses pembuatan BaCO3 dapat dilakukan dengan menggunakan proses feedstock BaCO3 dengan kemurnian tinggi yang digunakan oleh OSRAM Sylvania Product Inc.. Prosesnya sebagai berikut:
<br />Garam BaCl2 dengan kemurnian tinggi terlarut dalam air deionisir. Solution difiltrasi untuk menghilangkan residu padatan tersuspensi dan hasil filtrasi dibuang. Solution NH4HCO3 kemudian dipompa ke BaCl2 untuk mengendapkan BaCO3.
<br />Penguapan NH3 dari penambahan NH4HCO3 ke BaCl2 dilepaskan ke scrubber. Scrubber air limbah disalurkan secara langsung ke fasilitas pengolahan air limbah OSRAM on-site.
<br /> Presipitat BaCO3 yang masih mengandung NH4+ dipisahkan dengan pengurai amonia. Presipitat BaCO3 dicuci dengan air deionisir dan hasil air cucinya dikirim langsung ke bagian pengolahan air limbah. Produk BaCO3 dibersihkan, dikeringkan, dan sized. Uap air dilepaskan ke atmosfer dari unit pengering dan pengukur. Debu yang dihasilkan selama tahap sizing ditangkap oleh pengumpul debu dan akhirnya dibuang. Produk akhir BaCO3 digunakan sebagian secara internal dalam fasilitas OSRAM sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk OSRAM.
<br />Gambar 3.1 Flowsheet pembuatan BaCO3
<br />3.2.1.3 Kegunaan Karbonat (BaCO3)
<br />Digunakan sebagai bahan Pembuat Racun Tikus
<br />Sebagai bahan untuk Gelas Optik
<br />Bahan Pembuat Keramik, Cat, dan Enamel.
<br />
<br />3.2.2Na2CrO4 (Natrium kromat)
<br />Natrium kromat bersifat murni dan kemurnian yang tinggi. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai reagensia. Namun, senyawa natrium kromat merupakan senyawa beracun.
<br />3.2.2.1Sifat – Sifat Na2CrO4 (Natrium kromat)
<br />Sifat Fisika :
<br />1.Berbentuk kristal berwarna kuning.
<br />2.Juga berada dalam bentuk larutan.
<br />3.Berwarna kuning.
<br />4.Berat molekul : 342,16
<br />5.Titik lebur : 19,9oC
<br />6.Densitas : 1,483 gr/ml
<br /> Sifat Kimia :
<br />1.Sedikit larut dalam alkohol.
<br />2.Merupakan zat yang beracun.
<br />3.Afinitas elektron kuat.
<br />4.Bersifat reduktor.
<br />5.Keelektronegatifan kecil
<br />6.Beracun.
<br />7.Bersifat reduktor.
<br />3.2.2.2Pembuatan Na2CrO4 (Natrium kromat)
<br />A. Skala laboratorium
<br /> Pembuatan asam kromat bisa dilakukan dengan mereaksikan kalium kromat dengan timbal asetat. Kemudian menghasilkan endapan yang larut dalam larutan natrium hidroksida. Kelarutan dalam larutan natrium hidroksida disebabkan karena terbentuknya senyawa garam kompleks dan natrium plumbit yang mereduksi konsentrasi ion Pb2+ sehingga timbal kromat larut dalam larutan.
<br /> K2CrO4 + Pb(C2H3O2)2 PbCrO4 + 2KC2H3O2
<br /> (kalium kromat) (timbal asetat) (timbal kromat) (kalium asetat)
<br /> PbCrO4 + 4NaOH Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O
<br /> (timbal kromat) (natrium hidroksida) (natrium plumbit) (natrium kromat) (air)
<br />B. Skala industri
<br /> Dalam skala industri, pembuatan natrium kromat dilakukan dengan melelehkan bijih krom dalam tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan sedikit natrium karbonat ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan dengan asam asetat pada konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.
<br />
<br />Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4
<br />
<br />3.2.2.3Kegunaan CrO4 (Anion kromat)
<br />1.PbCrO4 digunakan sebagai pigmen dalam industri cat, karet, plastik, pelapisan keramik, dan analisis organik.
<br />2.Cr(C2H3O2).3H2O digunakan dalam industri tekstil, katalis polimerisasi dan oksidasi, dan pengemulsi.
<br />3.ZnCrO4.7H2O digunakan sebagai zat warna.
<br />4.ZnCr2O7 digunakan sebagai zat warna.
<br />5.K2Cr2O7 digunakan sebagai agen pengoksidasi, reagensia analitis, komposisi kuningan, bahan peledak, korek api, tekstil, percetakan, perekat, pewangi sintetis, zat warna.
<br />6.Na2Cr2O7 digunakan dalam kolorimetri, agen pengompleks, oksidator inhibitor dalam etil eter.
<br />
<br />
<br />3.2.3NaCl (Natrium Klorida)
<br />Natrium Klorida biasanya disebut Garam, adalah senyawa yang hamper setiap hari digunakan. Senyawa ini adalah komponen utma dalam bahan masakan, pembutan yang mudah dan harga yang relative terjangkau.
<br />3.2.3.1Sifat – sifat NaCl(Natrium Klorida)
<br />Sifat Fisika :
<br />1.Rumus Kimia ( NaCl )
<br />2.Tampilan Padatan
<br />3.Titik Lebur 140˚C
<br />4.Titik didih 430˚C
<br />5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L
<br />Sifat Kimia :
<br />1.Di alam terdapat sebagai Karnalit
<br />2.Mudah Larut dalam Air
<br />3.Dapat ditemukan di air laut
<br />4.Tidak hogroskopis
<br />5.Dapat digunakan sebagai katalis
<br />3.2.3.2Pembuatan NaCl(Natrium Klorida)
<br />A. Skala laboratorium
<br />Natrium klorida terbentuk dari campuran unsur alam Natrium dan Chlor. Zat ini sangat banyak dijumpai di alam dengan reaksi :
<br />Na+ + Cl- → NaCl
<br />B. Skala Industri
<br />Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan ini hanya akan diuraikan secara singkat cara pembuatan garam yang proses penguapannya menggunakan tenaga matahari (solar evaporation), mengingat cara ini dinilai masih tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang. Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi).
<br />Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”. Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen garam yang relatif lebih murni. Proses kristalisasi demikian disebut kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang kemurniannya tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut, tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari 25°Be sehingga menjadi 29°Be, sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat dihindari/dikurangi.
<br />
<br />Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam
<br />
<br />3.2.3.3Kegunaan NaCl(Natrium Klorida)
<br />1.Digunakan sebagai bahan penting untuk makanan
<br />2.Dapat digunakan sebagai bahan pengawet
<br />3.Bahan baku pembuatan logam Na dan Larutan NaOH
<br />4.Dan bahan untuk pembuat keramik, kaca dan
<br />5.Sebagi bahan pembuat Pupuk
<br />
<br />
<br />3.2.4AgBr (Perak Bromida)
<br />Perak bromida adalah persenyawaan antara Ag+ dan Br-. Senyawa sangat sering digunakan delam Fotografi karma depat menghitamkan berkas Film dari kamera.
<br />3.2.4.1Sifat – sifat AgBr (Perak Bromida)
<br />Sifat Fisika :
<br />1.Rumus Kimia ( AgBr)
<br />2.Tampilan Padatan,
<br />3.Berwarna Kuning Muda
<br />4.Titik Lebur 423˚C
<br />5.Densitas pada suhu 20˚C 6,5 kg/L
<br />Sifat Kimia :
<br />1.Sukar larut dalam ammonia
<br />2.Mudah larut dalam senyawa kompleks
<br />3.Ksp sebesar 3,3 x 10-13
<br />4.Menghitam jika dikenai cahaya
<br />5.Senyawa anorganik
<br />3.2.4.2Pembuatan AgBr (Perak Bromida)
<br />A. Skala laboratorium
<br />Pembuatan perak bromida secara laboratorium secara reaksi substitusi Br2 dengan senyawa atau garam yang mengandung perak misalnya perak iodida dengan reaksi :
<br />Br2 + 2 AgI → 2 AgBr + I2
<br />Dapat juga dibuat dengan mereaksikan garam perak dengan asam bromida untuk menghasilkan perak bromida dengan reaksi :
<br />AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3
<br />B. Skala industri
<br />Pembuatan brom ini memakai “proses pendorongan uap” dari air garam. Untuk air laut, dimana konsentrasi bom relatif encer, udara merupakan bahan peniup yang paling ekonomis. Tetapi untuk pengolahan sumber-sumber yang mempunyai kandungan brom relatif tinngi seperti air garam (brom cara peniupan uap (vapor) brom yang lebih baik ialah dengan uap (steam). Dalam proses ini air garam dipanaskan di dalam penukar kalor sampai suhu 90oC, kemudian dilewatkan menuju menara klorinator. Setelah mengalami klorinasi sebagian, air garam itu dialirkan ke dalam menara tiupan uap, dimana uap diinjeksikan dari bawah sambil menambahkan klor dan yang mengandung halogen dikondensasikan dan dipisahkan melalui gravitasi. Lapisan yang terdiri dari campuran air halogen dikembalikan ke menara uap, dan halogen yang sebagian besar terdiri dari brom, pada lapisan bawah dipisahkan dan dimurnikan.
<br />Brom mentah dari proses yang terdahulu dapat dimurnikan dengan melewatkan uap melalui isian yang terbuat dari besi yang dapat menangkap klor yang menyebabkan ketidakmurnian. Sebagian besar brom yang dihasilkan dijadikan alkali bromida dan senyawa lain misal Perak bromida.
<br />AgNO3 + HBr → AgBr + HNO3
<br />
<br />
<br /> Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr
<br />
<br />3.2.4.3Kegunaan AgBr (Perak Bromida)
<br />1.Sebagai pereaksi (reagensia) di laboratorium.
<br />2.Pembuatan etilena dibromida.
<br />3.Digunakan dalam penghambat nyala (bahan anti nyala).
<br />4.Digunakan dalam pembuatan senyawa racun api.
<br />5.Sebagai obat penenang yang aman.
<br />6.Pembuatan rol film fotografi dan kertas foto.
<br />7.Pembuatan desinfektan, anti hama (fumigan).
<br />3.2.5Hidrogen Iodida (HI)
<br />Hidrogen Iodida adalah senyawa organik dengan rumus HI, merupakan gas tidak berwarna yang dibuat dengan persenyawaan H2 dengan uap I2. bnyak penelitian menemukan bahwa senyawa ini tidak stabil.
<br />3.2.5.1Sifat – sifat Hidrogen iodida (HI)
<br />Sifat fisikanya :
<br />1.Rumus Kimia ( HI)
<br />2.Tampilan Gas putih
<br />3.Titik Lebur –50.8˚C
<br />4.Titik didih 35.4˚C
<br />5.Densitas pada suhu 20˚C 2.85 kg/L (cair)
<br />6.Densitas pada suhu 20˚C 4.4 kg/L (gas)
<br />Sifat Kimianya :
<br />1.Reduktor pada katalis Pt
<br />2.Asam Kuat
<br />3.Larut baik dalam air
<br />4.Merupakan Reduktor
<br />5.Senyawa anorganik
<br />3.2.5.2Pembuatan Hidrogen iodida (HI)
<br />A. Skala laboratorium
<br />Asam iodida (HI) terbentuk dari pemanasan iodida dengan asam posfat yang dibentuk dari posfor merah, memakai bantuan asam sulfur sebagai pendingin dengan reaksi :
<br />I- + H3PO4 → HI + H2PO4-
<br />B. Skala industri
<br />Pembuatan iodin dapat dilakukan dengan tiga tahap yang paling mungkin dari brines. Langkah pertama adalah klarifikasi terhadap brines untuk memisahkan minyaknya dan materi yang lain. Kemudian pada tahap selanjutnya, dilakukan penambahan larutan perak nitrat ke dalam presipitat atau endapan dari perak iodida yang terkandung dalam brines, dimana akan terjadi penyaringan dan perlakuan untuk membentuk logam perak dan larutan ferro iodida. Perak ini pada akhirnya akan dilarutkan kembali oleh asam nitrat pada siklus yang lain dan direaksikan dengan klorin untuk membebaskan iodin. Pada langkah terakhir, setealh pembebasan iodin itu telah terjadi, itu berarti anion iodida telah berada dalam keadaan bebas pada larutannya. Larutan tersebut akan dilewatkan pada kabel-kabel tembaga, sehingga iodida dalam larutan akan bereaksi menjadi cupro iodida yang tidak larut pada scrap reactor yang akhirnya akan disaring lagi, dikeringkan untuk memisahkan senyawa tersebut menjadi iodium dengan residu senyawa besi II klorida. Lalu ditambah H3PO4 menghasilkan HI.
<br />
<br />
<br />Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI.
<br />
<br />3.2.5.3Kegunaan Hidrogen iodida (HI)
<br />1.Untuk membuat asam hidrida.
<br />2.Sebagai katalis untuk klorinasi senyawa organik.
<br />3.Dalam kimia analitik untuk penentuan angka iodium.
<br />4.Untuk pengobatan (farmasi) dan fotografi.
<br />5.Sebagai zat warna pada germisida (pembasuh kuman).
<br />
<br />3.2.6 Regensia
<br /> 3.2.6.1. Anion Karbonat :
<br />1.Na2CO3
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1.Padatan Kristal Berwarna putih
<br />2.Titik Lebur 851°C
<br />3.Densitas (anhydrous) : pada 20°C 2.5 Kg/L
<br />4.Densitas (Dekahidrat) : pada 20°C 1.4 Kg/L
<br />5.Nama Dagang : Soda Hablur / Soda Cuci
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Mudah Melapuk oleh udara
<br />2.Beracun
<br />3.Dapat digunakan sebagai pembersih
<br />4.Pelunak Air sadah
<br />5.Pereksi dalam pembuatan Kaca
<br />2.Ba(OH)2
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1. Berbentuk Kristal
<br />2. Berwarna Putih
<br />3. Titik Lebur : 78°C
<br />4. Densitas : pada suhu 20°C 2,13 kg/L
<br />5. Tidak Berbau
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1. Merupakan larutan Basa
<br />2. Larutan Anorganik
<br />3. Pereaksi Analitik
<br />4. Pereaksi dalam pemurnian Gula
<br />5. Tidak beracun
<br /> 3. HCl
<br />A. Sifat Fisika
<br />1. Massa atom : 36,45
<br />2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
<br />3. Titik leleh : -1010C
<br />4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol
<br />5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
<br />6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
<br />7. Berbau tajam.
<br />B. Sifat Kimia
<br />1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
<br />2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
<br />3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
<br />4.Merupakan oksidator kuat.
<br />5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat
<br />6. Racun bagi pernapasan.
<br />3.2.6.2 Anion Khromat :
<br />1.NH4OH
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1.Berbentuk Cair
<br />2.berbau tidak sedap
<br />3.Tidak Berwarna
<br />4.Titik Lebur : -78 °C
<br />5.Titik Didih : - 33,5°C
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Tidak dapat diisolasi
<br />2.Tidak Stabil
<br />3.Merupakan larutan basa
<br />4.Mudah larut dalam Air
<br />5.Autoniosasi
<br />2.Hac
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1. Tidak berwarna
<br />2. Tidak berbau
<br />3. Berbentuk cair
<br />4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
<br />5. Titik lelehnya Rendah
<br />B. Sifat Kimia ;
<br />1. Merupakan Asam
<br />2. Mudah larut dalam Air
<br /> 3. Merupakan oksidator kuat.
<br />4. Larutanya Stabil
<br />5. Beracun
<br />
<br /> 3. BaCl2
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1. Berbentuk Kristal
<br />2. Tidak Berwarna
<br />3. Titik Lebur : 960°C
<br />4. Densitas : pada suhu 20°C 3,10 kg/L
<br />5. Tidak Berbau
<br />B. Sifat Kimia
<br />1. Merupakan Garam Organik
<br />2. Mudah Larut dalam Air
<br />3. Digunakan sebagai zat Aditif untuk pelumas
<br />4. Beracun
<br />5. Tidak bereaksi dengan Udara
<br />3.2.6.3Anion Clorida, Bromida, Iodida :
<br />1.HNO3
<br />A. Sifat fisika :
<br />1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3
<br />2. Titik didih : 86ºC
<br />3. Titik lebur : -42ºC
<br />4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
<br />5. Berat molekul : 63,02 gram/mol
<br />6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
<br />7. Tidak berwarna
<br />
<br />B. Sifat kimia :
<br />1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
<br />2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
<br /> HNO3 + NH3 → NH4NO3
<br />3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air.
<br /> 3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
<br />4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
<br /> 3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
<br />5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.
<br /> Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O
<br />2. AgNO3
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1.Padatan Kristal
<br />2.Tidak Berwarna
<br />3.Tidak Berbau
<br />4.Tidak Aromatis
<br />5.Rumus Kimianya AgNO3
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Larut dalam air
<br />2.Merupakan Garam
<br />3.Oksidator Kuat
<br />4.Dapat diisolasi
<br />5.Beracun
<br />3. CCl4
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1. Berbentuk Cair
<br />2. Densitas : pada suhu 20°C 2,238 kg/L
<br />3. Tidak Berwarna
<br />4. ΔHf° : -135.44 kJ/mol
<br />5. Memiliki bau Khas
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Sangat reaktif terhadap zat lain
<br />2.Dapat diisolasi
<br />3.Beracun
<br />4.Tidak larut dalam Air
<br />5.Tidak stabil
<br /> 4. NH4OH
<br /> Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2.2.3
<br />
<br />3.3 Prosedur Praktikum
<br /> 3.3.1 Identifiksi Anion Karbonat (CO32-)
<br />a.Ambil 2 sendok spatula Natrium Karbonat (Na2CO3), masukan dalam tabung reaksi Kemudian tambahkan 5 ml HCl 3N
<br />b.Sedikan Tabung Reaksi dengan penutup Gabus dan pipa kapiler Bengkok.
<br />c.Alirkan gas yang keluar dari tabung reaksi pertama ketabung reaksi kedua yang berisi larutan Ba(OH)2. Amati apa yang terjadi
<br />
<br />3.3.2 Identifikasi Anion Khromat (CrO42-)
<br />a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan NH4OH encer sampai basa
<br />b.Lalu ditambahkan Hac sampai larutan menjadi asam
<br />c.Ditambahkan 2 tetes BaCl2 10% presipitat kuning menujukan adanya anion khromat
<br />
<br />3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida
<br />a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer. Kemudian panaskan sampai tidak mengeluarkan gas lgi ( jika terdapat sufit maka harus dihalau terlebih dahulu) lalu tambahkan 1 tetes larutan AgNO3. Presipitatnya putih yang larut dalam NH4OH menunujukan adanya Anion klorida
<br />b.Kepada 5 tetes larutan E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer lalu dipanaskan di dalam pengans air kemudian ditambahkan 4 tetes larutan AgNO3. bila terbentuk endapan kuning pucat (endapan AgBr), maka tambahkan 1 tetes NH4OH dan 6 tetes air klor. Lalu ditambahkan 10 tetes larutan CCl4 dan tabung dikocok baik – baik. Lapisan ungu yang terbentuk menunjukan adnya anion iodida (I-).
<br />
<br />
<br />3.4 Flowchart
<br /> 3.4.1 Flowchart Identifikasi Anion Karbonat
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br />
<br /> ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 3.6 Flowchart Identifikasi anion Karbonat
<br />
<br />
<br /> 3.4.2 Flowchart Identifikasi Anion Khromat
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br />
<br />
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 3.7 Flowchart Identifikasi Anion Khromat
<br />
<br /> 3.4.3 Flowchart Identifikasi Anion Klorida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 3.8 Proses Identifikasi Anion Klorida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> 3.4.4 Flowchart Identifikasi Anion Bromida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 3.9 Flowchat Identifikasi Anion Bromida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> 3.4.5 Flowchart Identifikasi Anion Iodida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br />
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 3.10 Flowchart Identifikasi anion Iodida
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />3.5 Reaksi Spesifikasi
<br />
<br />Dari hasil pengamatan teramati bahwa :
<br />1.Identifikasi Anion Karbonat
<br />NaCO3 + HCl + Ba(OH)2 BaCO3 ↓
<br />
<br />2.. Identifikasi Anion Khromat
<br />E.S + NH4OH + Hac + BaCl2 BaCrO4 ↓
<br />
<br />3. Identifikasi Anion Klorida, Bromida, dan Iodida
<br />a. E.S + HNO3 (dipanaskan) + AgNO3 AgCl ↓ + NH4OH
<br /> (larut)
<br />
<br />b. E.S + HNO3 (dipanaskan) +AgNO3 AgBr ↓
<br />
<br />AgBr + NH4OH + CCl4 NH4I ↓
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />BAB IV
<br />IDENTIFIKASI KATION
<br />BERDASARKAN KELARUTAN
<br />
<br />4.1 Ringakasan percobaan
<br /> Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
<br /> Pukul : 13.30 – 17.30 WIB
<br /> Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,
<br /> Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
<br /> Warna : Hitam
<br /> Hasil : Kation Pb2+
<br /> Kation Hg2+
<br />
<br />4.2 Tinjauan Pustaka
<br />Golongan Kation
<br /> Kelima golongan kation dan ciri-ciri khasnya adalah sebagai berikut :
<br />Golongan I : Kation-kation golongan ini membentuk endapan putih dengan asam klorida (HCl) encer. Kation-kation golongan ini adalah timbal (Pb), merkurium I (Hg+), dan perak (Ag+).
<br />Golongan II : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl), tetapi membentuk endapan sulfida dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral encer. Kation-kation golongan ini dibagi ke dalam 2 sub golongan yaitu :
<br /> II A (Golongan Tembaga) 1) Merkurium II (Hg+2)
<br /> 2) Tembaga II (Cu+2)
<br /> 3) Bismut (Bi)
<br /> 4) Kadmium (Cd+2)
<br /> II B (Golongan Arsen) 1) Arsenik III (As+3)
<br /> 2) Arsenik V (As+5)
<br /> 3) Stibium V (Sb+5)
<br /> 4) Timah II (Sn+2)
<br /> 5) Timah V (Sn+5)
<br /> Apabila telah mengendap dapat dibedakan dengan reaksi amonium polisulfida di mana golongan II A melarut dan golongan II B mengendap.
<br />Golongan III : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl) encer ataupun dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam mineral encer, melainkan membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau sedikit basah. Kation-kation golongan ini adalah kobalt II (Co+2), nikel II (Ni+2), besi II (Fe+2), besi III (Fe+3), aluminium (Al), seng II (Zn+2), dan mangan II (Mn+2).
<br />Golongan IV : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan karbonat dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 dengan adanya amonium klorida (NH4Cl) dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium II (Ca+2), strontium II (Sr+2) dan barium II (Ba+2).
<br />Golongan V : Kation-kation golongan ini disebut sebagai kation golongan sisa karena tidak membentuk endapan dengan reagensia sebelumnya seperti halnya reagensia-reagensia yang digunakan untuk memisahkan kation-kation golongan I sampai IV. Kation-kation golongan ini adalah magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (Ka), litium (Li), dan hidrogen (H). (Vogel,1990).
<br />
<br />Identifikasi Reaksi
<br /> Timbal II (Pb+2)
<br /> Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan. Timbal (Pb) dapat diidentifikasi dengan menggunakan K2CrO4 dan KI. Jika Pb+2 diidentifikasi dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan kuning cerah :
<br />Pb+2 + CrO42- → PbCrO4↓
<br />Jika Pb diidentifikasi dengan larutan KI akan menghasilkan endapan kuning :
<br />Pb+2 + 2I- → PbI2↓
<br />Timbal juga dapat diidentifikasi dengan asam klorida (HCl) encer yang akan menghasilkan endapan putih :
<br />Pb+2 + 2Cl- ↔ PbCl2↓
<br />Sedangkan jika diidentifikasi dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam suasana asam encer atau netral, akan menghasilkan endapan hitam :
<br />Pb+2 + H2S → PbS↓ + 2H
<br /> Merkurium II (Hg+2)
<br /> Merkurium adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan memiliki massa jenis 13,534 gr/ml pada suhu 25˚C. Merkurium tidak bereaksi dengan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4)-2 encer, tapi merkurium dapat bereaksi dengan asam nitrat (HNO3) yang dingin :
<br />6Hg + 8HNO3 → 3Hg2+2 + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O
<br /> Merkurium juga dapat bereaksi dengan amonia (NH3) yang akan menghasilkan endapan hitam :
<br /> NH2
<br />2Hg2+2 + NO3- + 4NH3 + H2O → HgO.Hg ↓ + 2Hg↓ + 3NH4
<br /> NO3
<br /> Perak (Ag+)
<br /> Perak adalah logam putih yang dapat ditempa dan liat. Perak tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M), atau asam nitrat encer (2M). Perak membentuk ion monovalen dalam laruta tidak berwarna. Ag+ dapat diidentifikasi dengan larutan NH3 akan menghasilkan endapan coklat perak oksida :
<br />2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+
<br /> Sedangkan jika diidentifikasi dengan asam nitrat akan menghasilkan endapan putih :
<br />3Ag2S↓ + 2HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 3Ag2O↓ + H2O
<br /> Kadmium II (Cd+2)
<br /> Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat. Jika kadmium II direaksikan dengan KCN akan terbentuk endapan putih kadmium sianida (Cd(CN)2) :
<br />Cd+2 + 2CN- → Cd(CN)2↓
<br /> Bila kadmium dialirkan dengan gas hidrogen sulfida, maka kadmium sulfida akan mengendap dan menghasilkan endapan kuning :
<br />(Cd(CN)4)-2 + H2S → CdS↓ + 2H+ + 4CN-
<br /> Tembaga II (Cu+2)
<br /> Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Jika tembaga II direaksikan dengan K4Fe(CN)6 akan menghasilkan endapan coklat kemerahan :
<br />2Cu+2 + (Fe(CN)6)-4 → Cu(Fe(CN)6)↓
<br />Sampel + HCl 0,1 M
<br />
<br />
<br />
<br />Endapan (Gol IA) Filtrat + H2O3 3 % + HCl 6 N
<br />1. AgCl Panaskan dialirkan H2S + NH4OH
<br />2. Hg2Cl2
<br />3. PbCl2
<br />
<br /> Endapan (Gol IIA) Filtrat panaskan + HNO3 + NH4Cl 10 %
<br /> 1. HgS panaskan + NH4OH encer , panaskan
<br />2. PbS
<br />3. CuS
<br /> 4. CdS
<br /> Endapan (Gol IIIA) Filtrat + NH4OH, alirkan H2S
<br /> 1. Fe(OH)3
<br /> 2. Cr(OH)3
<br /> 3. Ad(OH)2
<br /> 4. Mn2O2H2O Endapan Filtrat dilarutkan dalam cairan HNO3,
<br /> (Gol IIIB) panaskan + 10 ml air + NH4Cl 10 % +
<br /> (NH4)2CO3, panaskan
<br />
<br />
<br />
<br /> Endapan (Gol IV) Filtrat uapkan sampai pekat
<br /> 1. CaCO3 + 3 ml HNO4, panaskan
<br /> 2. BaCO3
<br /> 3. SrCO3
<br /> Residu (Gol V)
<br /> 1. Mg
<br /> 2. K
<br /> 3. Na
<br /> 4. Ki
<br />
<br />Gambar 4.1 Skema Pemisahan Kation (Anonim.2007)
<br />Kelarutan
<br /> Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan suatu substansi untuk larut dalam suatu larutan. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit larutseperti perak klorida (AgCl2) dalam air.
<br />
<br /> Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :
<br />1). Temperatur
<br /> Untuk pelarutan zat padat, kelarutannya meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan untuk gas perilakunya lebih unik.
<br />2). Pelarut
<br /> Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam pelarut organik. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelarut organik. Oleh karena itu, biasanya kelarutannya lebih rendah dibandingkan kelarutan dalam air.
<br />3). Efek Ion Sekutu
<br /> Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dala air murni daripada suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan.
<br />4). Pengaruh Aktifitas
<br /> Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan.
<br />5). Pengaruh pH
<br /> Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam itu. Pada larutan yang keasamannya cukup tinggi, anion asam lemah tidak mengubah pH secara berarti.
<br />6). Efek Kompleks
<br /> Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga tergantung pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu.
<br />
<br />Aplikasi Pemisahan Kation-kation
<br /> Salah satu aplikasi dari pemisahan kation-kation dalam mengidentifikasi logam-logam yang terkandung dalam sediaan kosmetik yang berfungsi sebagai zat pemutiara. Zat pemutiara adalah suatu zat yang digunakan dalam kosmetik untuk memberikan efek mengkilat seperti mutiara sehingga bagian wajah akan terlihat makin segar, dan logam-logam yang terdapat dalam kosmetik dapat menyebabkan iritasi.
<br /> Dari hasil pemeriksaan golongan ternyata pada pemeriksaan golongan III A memberikan reaksi positif terhadap logam aluminium (Al). Serbuk logam aluminium sering digunakan dalam formula bedak sebagai zat yang memberikan daya kilat. Garam-garam aluminium dapat merupakan astringen pada kosmetik tertentu, tapi dapat mengiritasi kulit. (Mutiatikum, 2003).
<br />
<br />Fungsi dan Manfaat Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
<br />Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan informasi tentang kelarutan suatu senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp suatu zat, semakin mudah larutsenyawa tersebut.
<br />Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat jikadua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya suatu endapan AmBn jika larutan yang mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut ini:
<br />Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn.
<br />Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn.
<br />Jika Qap<Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. (Svehla, 1990)
<br />
<br />Penerapan Hubungan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
<br />Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nlai yang besar dalam analisis kualitatif, karena dapat meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai. Jika kondisinya adalah demikian, sehingga hasil kai ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, sistem itu akan berusaha menyesuaikan dirinya sendiri, sehingga hasilkali ion mencapai hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion sengaja dibuat lebih besar dari hasil kali kelarutan mengakibatkan mengendapnya garam padat. Dan sebaliknya, jika hasil kali ion lebih kecil dari hasilkali kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya sebagian garam padat ke dalamlarutan.
<br />Perlu diperhatikan, bahwa pengendapan sempurna suatu elektrolit yang sangat sedikitlarut adalah tak mungkin, karena seberapa besarnya konsentrasi salah satu ion dinaikkan dengan sengaja, konsentrasiion lainnya tidakdikurangkam sampai nol, karena hasil kali kelarutan merupakan nilai yang konstan (Svehla, 1990).
<br />Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
<br />Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.
<br />
<br />Idetifikasi kation berdasarkan H2S
<br />Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl:HNO3 = 3:1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.
<br />
<br />4.2.1 PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
<br /> Senyawa timbal (II) sulfat ini memiliki rumus molekul PbSO4. Kebanyakan timbal ini tersedia dalam bentuk senyawa atau mineral galena yaitu PbS, seperti yang terdapat dalam elektoda pada baterai basah/aki. Senyawa ini memiliki warna putih berupa endapan kristal dengan struktur bangun yang berbentuk rhombik.
<br /> 4.2.1.1 Sifat-sifat PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
<br />A. Sifat fisika :
<br />1.Berat molekul : 303,27 gram/mol
<br />2.Massa jenis : 6,2 gr/cm3
<br />3.Titik lebur : 1170oC
<br />4.Kelarutan pada 0oC : 0,0028 dari 100 bagian
<br />5.Kelarutan pada 40oC : 0,0056 dari 100 bagian
<br />6.Nilai indeks bias : 1,8823
<br />7.Endapan kristal berwarna putih.
<br />8.Memiliki bentuk struktur bangun rhombik atau monoklinik.
<br />9.Larut dalam larutan asam pekat dan garam-garam dari NH4.
<br />10.Tidak melarut dalam larutan etanol 95 %.
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Reaksi dengan amonium asetat akan membentuk timbal (II) asetat dengan amonium sulfat.
<br />PbSO4 + 2 CH3COONH4 → Pb(CH3COO)2 +(NH4)2SO4
<br />2.Dapat diperoleh dari reaksi dengan asam sulfat dengan timbal (II) nitrat.
<br />Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2 HNO3
<br />3.Dapat diperoleh juga bila Pb(NO3)2 direaksikan dengan Na2SO4.
<br />Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4 + 2 NaNO3
<br />4.Reaki antara PbS dengan H2O2 dapat menghasilkan juga senyawa PbSO4.
<br />PbS + 4 H2O2 → PbSO4 + 4 H2O
<br />5.Reaksi yang terjadi dari senyawa ini pada katoda aki pada reaksi pengisiannya adalah :
<br />PbSO4 + H+ + 2e- → Pb + HSO4-
<br />
<br /> 4.2.1.2 Pembuatan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
<br />A. Skala laboratorium
<br />Secara laboratorium, PbSO4 dapat dibuat dari reaksi garam timbal (II) dengan garam sulfat seperti natrium sulfat dan lain-lain untuk membentuk endapan PbSO4 yang tidak larut dalam reagensia yang berlebihan. Senyawa yang biasa dipakai dalam membuat PbSO4 adalah Pb(NO3)2 dengan Na2SO4, menurut reaksi
<br />Pb(NO3)2 + Na2SO4 → PbSO4
<br />B. Skala industri
<br />Untuk skala industri, timbal oksida berdasarkan teknik pembakaran. Dalam proses ini, ada empat prinsip dasar yang digunakan yaitu:
<br />1.Logam timbal dioksidasi sebagian dan digiling menjadi berbentuk serbuk (disebut juga sebagai oksida hitam dalam perdagangan). Kemudian dipanaskan pada suhu 600°C untuk menyelesaikan proses oksidasi.
<br />2.Logam timbal tersebut dioksidasi menjadi timbal oksida (PbO).
<br /> 2Pb + O2 → 2 PbO
<br />3.Timbal yang mencair akan masuk ke dalam pembakaran pada suhu sekitar 1000°C. Timbal tersebut akan berubah menjadi timbal oksida cair.
<br />PbO(S) PbO(L)
<br />4.Timbal cair pada suhu sekitar 500°C akan dibakar dan menghasilkan
<br />5.Timbal oksida yang tersublimasi menjadi timbal II sulfat.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 4.2 Flowsheet Pembuatan Timbal (II) Sulfat.
<br />
<br /> 4.2.1.3 Kegunaan PbSO4 (Timbal (II) Sulfat)
<br />1.Sebagai bahan penyimpan energi dalam baterai basah/aki.
<br />2.Sebagai zat warna pada seni lukis.
<br />3.Untuk pembuatan keramik.
<br />4.Sebagai komponen listrik dan senyawa vinil lainnya yang membutuhkan stabilitas pemanasan yang tinggi.
<br />
<br />4.2.2 HgCl2 (Merkuri Klorida)
<br />HgCl2 merupakanpersenyawaan merkuri dengan gas klor dan terbentuk kalomel. HgCl2 merupakan kristal putih atau tepung, yang larut dalam alkohol,eter, dan metil asetat. HgCl2 merupakan zat yang sangat beracun.
<br /> 4.2.2.1 Sifat-sifat HgCl2 (Merkuri Klorida)
<br /> A. Sifat Fisika
<br />1.Berat molekul : 271,52 sma.
<br />2.Berwarna : bening.
<br />3.Struktur kristalnya berbentuk belah ketupat.
<br />4.Indeks bias : 1,859.
<br />5.Densitas : 5,44 gr/ml.
<br />6.Titik leleh : 2770C.
<br />7.Titik didih : 3040C.
<br /> B. Sifat Kimia
<br />1.Tidak dapat larut dalam HCl encer.
<br />2.Mempunyai dua ikatan kovalen.
<br />3.Dalam air dan zat organik digunakan sebagai pelarut.
<br />4.Membentuk endapan bila direaksikan dengan HCl asetaldehid.
<br />5.Bila direaksikan dengam asitelina untuk membentuk trikloromercuric asetaldehid C(HgCl).CHO.
<br />6.Memiliki afinitas elektron rendah dan Bersifat reduktor.
<br /> 4.2.2.2 Pembuatan HgCl2 (Merkuri Klorida)
<br />A. Skala Laboratorium
<br />Dalam skala laboratorium, HgCl2 dapat dibuat dengan mereaksikan raksa (Hg) dengan asam klorida (HCl).
<br />Reaksi :
<br />Hg2+ + 2HCl HgCl2 + H2
<br />B. Skala Industri
<br />Dalam skala industri, pembuatan merkuri klorida dilakukan dengan melelehkan bijih raksa dalam tungku dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan sedikit merkuri klorida ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan dengan asam asetat pada konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.
<br />
<br />
<br />Gambar 4.3 Flowsheet pembuatan HgCl2
<br /> 4.2.2.3 Kegunaan HgCl2 (Merkuri Klorida)
<br />1.Digunakan secara luas di laboratorium penelitian,kedokteran,penerangan, pabrik kulit dan kertas.
<br />2.Digunakan dalam pembuatan cermin yaitu untuk mempermudah mereduksi suatu bahan.
<br />3.Dipergunakan dalam pengolahan biji emas, perak dan baja dalam proses pemurnian.
<br />4.Untuk biologis unsur dan sebagian besar senyawa raksa sangat beracun, dapat merusak sistem sentral saraf.
<br />
<br />4.2.3 Regensia
<br /> 4.2.2.1. Kation Pb+2 :
<br />1.HCl
<br />A. Sifat Fisika
<br />1.Massa atom : 36,45
<br />2.Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
<br />3.Titik leleh : -1010C
<br />4.Energi ionisasi : 1250 kj/mol
<br />5.Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
<br />6.Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
<br />7.Berbau tajam.
<br /> B. Sifat Kimia
<br />1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
<br />2.Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
<br />3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
<br />4.Merupakan oksidator kuat.
<br />5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat
<br />6.Racun bagi pernapasan.
<br />2.K2CrO4
<br /> A. Sifat Fisika :
<br />1.Rumus Kimia (K2CrO4 )
<br />2.Titik lebur 917˚C
<br />3.Padatan
<br />4.Berwarna Kuning
<br />5.Densitas pada suhu 20˚C 1.9 kg/L
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Pereaksi Analis dan untuk Pigmen
<br />2.Mudah bereaksi dengan Air
<br />3.Larutan Basa
<br />4.Beracun
<br />5.Dapat diisolasi
<br />
<br /> 4.2.2.2. Kation Hg+ :
<br />1. NH4OH
<br />A. Sifat Fisika :
<br />1.Berbentuk Cair
<br />2.berbau tidak sedap
<br />3.Tidak Berwarna
<br />4.Titik Lebur : -78 °C
<br />5.Titik Didih : - 33,5°C
<br />B. Sifat Kimia :
<br />1.Tidak dapat diisolasi
<br />2.Tidak Stabil
<br />3.Merupakan larutan basa
<br />4.Mudah larut dalam Air
<br />5.Autoniosasi
<br />2. HNO3
<br />A. Sifat fisika :
<br />1.Massa jenis : 1,502 gr/cm3
<br />2.Titik didih : 86ºC
<br />3.Titik lebur : -42ºC
<br />4.Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
<br />5.Berat molekul : 63,02 gram/mol
<br />6.Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
<br />7.Tidak berwarna
<br />B. Sifat kimia :
<br />1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
<br />2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
<br />HNO3 + NH3 → NH4NO3
<br />3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air.
<br />3 NiS + 8 HNO3 → 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
<br />4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
<br /> 3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl → 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
<br />5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.
<br /> Ag + 2 HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O
<br />
<br />4.3 Prosedur Praktikum
<br /> 4.3.1 Identifikasi Kation Pb2+
<br />1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
<br />2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.
<br />3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada Pb+2 larut,
<br />4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.
<br />4.3.2 Identifikasi Kation Hg+
<br />1.Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml HCl 0,1 M.
<br />2.Bila terbentuk endapan, pisahkan dan filtratnya disimpan dan beri nama.
<br />3.Ke dalam endapan masukkan aquadest 2 ml, lalu dipanaskan pada penangas air, bila ada Pb+2 larut,
<br />4.Diambil larutannya dan identifikasi dengan K2CrO4 dan KI. Bila terbentuk endapan kuning PbCrO4 dan PbI2 maka menunjukkan ada kation Pb+2.
<br />5.Presipitat (endapan) AgCl dan HgCl (warna putih) ditambah 2 ml NH4OH 0,1 M, adanya endapan hitam adalah HgNH3Cl.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />4.4 Flowchart
<br />4.4.1 Flowchart Identifikasi kation Pb2+
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 4.4 Flowchart Identifikasi Kation Pb+2
<br />4.4.2 Flowchart Identifikasi kation Hg+
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br />
<br />
<br /> Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar 4.5 Flowchart Identifikasi Kation Hg+
<br />4.5 Rekasi Spesifikasi
<br />1. Sampel + HCl 0,1 M PbCl2 ↓ + H2O
<br />2. Identifikasi Pb2+
<br />Sampel + HCl + K2CrO4 PbCrO4 ↓ + 2 KCl
<br />3. Identifikasi Hg+
<br /> HgCl + 2 NH4OH HgNH3Cl ↓ + H2O
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />BAB V
<br />KESIMPULAN DAN SARAN
<br />
<br /> 5.1. Kesimpulan
<br /> 1) Di dalam sampel minuman bersoda “ Fanta apel “ mengandung anion – anion karbonat, khromat, klorida, bromida, dan iodida
<br /> 2) CO32- dapat diidentifikasi dengan menggunakan Na2CO3 yang membentuk endapan berwarna kuning.
<br /> 3) CrO42- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, Hac dan BaCl2 dengan membentuk endapan putih
<br /> 4) Cl- dapat diidentifikasi dengan NH4OH, dan HNO3, dengan membentuk endapan putih
<br /> 5) Br- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, dan NH4OH dengan membentuk endapan kuning
<br /> 6) I- dapat diidentifikasi dengan HNO3, AgNO3, NH4OH, dan CCl4 dengan membentuk endapan putih
<br /> 7) Didalam sampel minuman ”You C1000” Mengandung Kation – kation Timbal, dan Perak
<br /> 8) Pb+2 dapat diidentifikasi dengan HCl dan K2CrO4 yang membentuk endapan endapan kuning.
<br /> 9) Hg+ dapat diidentifikasi dengan AgCl yang akan membentuk endapan berwarna hitam
<br /> 5.2. Saran
<br /> 1) Diharapkan kepada praktikan agar benar-benar memperhatikan apakah sudah terbentuk endapan dengan warna yang sesuai dengan prosedur.
<br /> 2) Pada saat pengunaan NH4OH hendaklah tidak mencium baunya, dan agar cepat menutup botol nya agar tidak menyebar dalam ruangan
<br /> 3) Diharapkan kepada praktikan agar mencuci setiap peralatan yang akan digunakan seperti pipet tetes, agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat atau larutan yang telah digunakan sebelumnya.
<br />
<br />
<br />
<br />DAFTAR PUSTAKA
<br />
<br />Anonim. 2009a. Air. http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
<br />Anonim. 2009b. Asam Klorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
<br />Anonim. 2009c. Natrium Clorida http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
<br />Anonim. 2009d. Anion-Kation. http//-Bloggersejati.com. 9 September 2009
<br />Anonim. 2009e. Kation-anion http//-www.medicafarma.com 9 September 2009
<br />Anonim. 2009f. Analisa Kualitatif http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009
<br />Anonim. 2009g. Anion-kation http//-www.che-mistry.wordpress.org
<br />11 September 2009
<br />Anonim. 2009h. Laporan praktikum http//-sulae.blogspot.com
<br /> 14 September 2009
<br />Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.
<br />Dini, P. 2002 Proses Pembentukan Kristalisasi garam. Jakarta. Deparetemen Kelautan dan Perikanan
<br />Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
<br />Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />LAMPIRAN A
<br />PEMBUATAN EKSTRAK SODA
<br />
<br />A.1 PROSEDUR
<br />Adapun prosedur pembuatan ekstrak soda sebagai berikut :
<br />1.Dua sampai tiga mililiter sample dimasak dengan 5 ml larutan jenuh NaCO3
<br />2.Lalu disaring dan presipitatnya dibuang.
<br />3.Kemudian filtratnya diasamkan dengan HNO3 encer
<br />4.Larutan Tersebut dimasak kembali sampai semua CO2 keluar
<br />5.Selanjutnya Larutan ini disebut Ekstrak Soda.
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />A.2 FLOWCHART
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /> Tidak
<br />
<br />
<br />
<br />Ya
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Gambar A.1 Flowchart Pembuatan ekstrak Soda
<br />LAMPIRAN B
<br />PERALATAN
<br />Tabel B.1 Alat dan Fungsi
<br />No
<br />Nama Alat
<br />Fungsi
<br />Gambar
<br />1
<br />Tabung Reaksi
<br />untuk tempat terjadinya reaksi.
<br />
<br />2
<br />Pipet Tetes
<br />untuk mengambil sampel maupun larutan.
<br />
<br />3
<br />Sentrifiuse
<br />untuk mempercepat terbentuknya endapan
<br />
<br />4
<br />Corong Gelas
<br />untuk membantu memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi
<br />
<br />5
<br />Beaker Glass
<br />untuk tempat meletakkan larutan
<br />
<br />6
<br />Bunsen
<br />untuk memanaskan larutan
<br />
<br />7
<br />Penjepit Tabung
<br />untuk memegang tabung saat dipanaskan pada penangas air
<br />
<br />8
<br />Rak Tabung
<br />untuk tempat meletakkan tabung reaksi agar tidak pecah
<br />
<br />9
<br />Penganas Air
<br />Memanaskan Larutan
<br />
<br />10
<br />Pipa Kapiler
<br />mengalirkan Gas dari tabung reaksi ke tabung lain
<br />
<br />11
<br />Kertas Lakmus
<br />Unutk menguji larutan, Basa atau Asam
<br />
<br />12
<br />Batang pengaduk
<br />Untuk mengaduk larutan
<br />
<br />13
<br />Gelas Ukur
<br />Untuk mengukur larutan
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />LAMPIRAN
<br />C
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />CURRICULUM VITAE
<br />
<br />NAMA
<br />:
<br />Dedy Anwar
<br />NIM
<br />:
<br />080405009
<br />NO HP
<br />:
<br />0831908042015
<br />ALAMAT MEDaN
<br />:
<br />Jl. Jambu No. 50D
<br />Alamat asal
<br />:
<br />Jln. BM.Muda Pangsidimpuan
<br />Agama
<br />:
<br />Islam
<br />tempat tanggal lahir
<br />:
<br />Padangsidimpuan 8 Agustus 1990
<br />hobby
<br />:
<br />Badminton
<br />cita-cita
<br />:
<br />-
<br />RIWAYAT PENDIDIKAN
<br />
<br />JENJANG PENDIDIKAN
<br />TAHUN
<br />TK Bayangkari
<br />1995 – 1996
<br />SD N 142417 Padangsidimpuan
<br />1996 – 2002
<br />SMP N 1 Padangsidimpuan
<br />2002 – 2005
<br />SMA N 3 Padangsidimpuan
<br />2005 – 2008
<br />Teknik Kimia FT USU
<br />2008 - Sekarang
<br />RIWAYAT ORGANISASI
<br />
<br />NAMA ORGANISASI
<br />JABATAN
<br />TAHUN MENJABAT
<br />Covalen Study Group (CSG) Teknik Kimia USU
<br />
<br />Himatek FT USU
<br />
<br />HMI
<br />Anggota
<br />
<br />
<br />Anggota
<br />
<br />Anggota
<br />2007 - Sekarang
<br />
<br />
<br />2007 - Sekarang
<br />
<br />2007
<br />
<br />PESAN & KESAN : Semoga lulus Praktikum Kimia Analisa dengan nilai
<br />memuaskan
<br />
<br />
<br />DEDY ANWAR
<br />080405009
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />laporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8854683371348824362.post-49922600104462534982009-11-11T02:59:00.001-08:002009-11-11T02:59:52.152-08:00GRAVIMETRILAPORAN PRAKTIKUM<br />KIMIA ANALISA<br /><br />Semester : III<br />Kelompok : II ( Dua )<br />Judul percobaan : Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat <br /> dengan Gravimetri <br />Tanggal percobaan : 28 Agustus 2009<br /><br /><br />NAMA : DEDY ANWAR<br />NIM : 080405009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />MEDAN <br />2009<br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />NAMA / NIM : Dedy Anwar<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat <br /> dengan Gravimetri <br />TGL. PERCOBAAN : 28 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br />(Apria Ningsih)<br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENUGASAN<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009<br /> Andriani Dewi / 080405030<br /> Juliananta Sitepu / 080405060<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penetapan Nikel Sebagai Dimetilglioksimat <br /> Dengan Gravimetri<br />TGL. PERCOBAAN : 28 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br />(Apria Ningsih)<br /><br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat dengan Gravimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.<br />Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.<br />Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.<br />Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini, Kakak Apria Ningsih<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.<br /> Medan, 9 September 2009<br /> Penulis,<br /><br /> Dedy Anwar<br /><br />DAFTAR ISI<br />KATA PENGANTAR i<br />DAFTAR ISI ii<br />DAFTAR TABEL iii<br />DAFTAR GAMBAR . iv<br />BAB I PENDAHULUAN 1<br />1.1 Latar Belakang 1<br />1.2 Perumusan Masalah 1<br />1.3 Tujuan Percobaan 1<br />1.4 Manfaat Percobaan 1<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3<br /> 2.1 Gravimetri 3<br /> 2.2 Gravimetri Pengendapan 4<br /> 2.3 Zat Pengendap Organik 9<br /> 2.4 Dimetilglioksimat . 9<br /> 2.5. Aplikasi 10<br />BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 12<br /> 3.1. Bahan dan Fungsinya 12<br /> 3.2. Peralatan dan Fungsinya 12<br /> 3.3. Rangkaian Gambar Peralatan 15<br /> 3.4. Prosedur Percobaan 16<br /> 3.5. Flowchart Percobaan 17<br />BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18<br /> 4.1. Hasil 18<br /> 4.2. Pembahasan 19<br />BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 20<br /> 5.1. Kesimpulan 20<br /> 5.2. Saran 20<br />DAFTAR PUSTAKA 21<br />LAMPIRAN A LA-1<br />LAMPIRAN B LB-1<br />DAFTAR GAMBAR<br /><br />Gambar 2.1. Struktur Dimetilglioksima 10<br />Gambar 2.2. Konsep Penggunaan Analisis dalam Bidang Peternakan 11<br />Gambar 3.1. Gambar Rangkaian Peralatan Analisa Gravimetri 15<br />Gambar 3.2 .Flowchart Gravimetri 17<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB I<br /> PENDAHULUAN<br /><br />1.1LATAR BELAKANG PERCOBAAN<br /> Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya<br /> Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan dikeringkan serta ditimabang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer.<br /> Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting.<br /><br />1.2 TUJUAN PERCOBAAN<br /> Adapun tujuan dari percobaan ini yang hendak dicapai adalah untuk menentukan kadar Nikel ( Ni+2 ) yang diperoleh dari penimbangan endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2.<br /><br />1.3 RUMUSAN MASALAH<br /> Permaalahan yang di rumuskan dalam percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar Ni dengan menimbang endapan kering Ni(C4H7O2N2)2.<br /><br />1.4 MANFAAT PERCOBAAN<br /> Manfaat dari percobaan in adalah :<br />1.Dapat mengetahui kadar Ni dengan menimbang endapan kering Ni(C4H7O2N2)2 pada ukuran sampel tertentu.<br />2.Mengetahui dan memahami konsep analisa gravimetri yang baik dan benar.<br /><br />1.5 RUANG LINGKUP PERCOBAAN<br /> Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif dengan modul percobaan Penetapan Nikel sebagai Dimetilglioksimat dengan Gravimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara dan dalam kondisi ruangan:<br />1.Temperatur : 30oC.<br />2.Tekanan udara : 760 mmHg.<br />Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain NiCl2, HCl 0,1N, Aquades, NH4OH 6N dan Dimetiglioksima (C4H8O2N2) 1%. Dan alat yang kami pakai pada percobaan antara lain Beaker gelas, gelas ukur, corong, kertas saring, pipet tetes, cawan porselen, penangas, penjepit tabung, termometer, batang pengaduk dan neraca digital.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II <br />TIJAUAN PUSTAKA<br /><br />2.1GRAVIMETRI<br />Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).<br />Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).<br />Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).<br /> Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti<br />aA + R → AaRr<br />dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:<br />Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)<br />CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)<br />Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri sebagai berikut :<br />Metode pengendapan<br />Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,<br />Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.<br />Metode peguapan atau pembebasan ( gas )<br />Metode elektroanalisis<br />Metode ekstraksi dan kromatogravi<br />Pada percobaan yang dilakukan praktikan menggunakan cara pengendapan.<br /><br />2.2GRAVIMETRI PENGENDAPAN<br /> Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna. <br /> Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.<br />Syarat – syarat senyawa yang di timbang :<br />Stokiometri<br />Mempunyai kestabilan yang tinggi<br />Faktor gravimetrinya kecil<br />Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :<br />1.Memilih pelarut sampel<br /> Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,<br />Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.<br />2.Pengendapan analit<br /> Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.<br />Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)<br />3.Pengeringan endapan<br /> Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.<br />4.Menimbang endapan<br /> Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas<br />Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and Underwood, 2002).<br /> Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :<br />1.Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)<br />2.Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.<br />Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).<br /> Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif.<br />Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).<br /> Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis (Harjadi, 1993).<br /> Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam : <br />(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.<br />(2) Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.<br />Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi dengan sulfat (Day and Underwood, 2002).<br />Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari. Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu; kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif. Ketika isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :<br />1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-awal pengendapan<br />2. Pencucian<br />3. Pencernaan<br />4. Pengendapan kembali<br /> Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut seringkali dapat disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).<br /> Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1993).<br /> Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan jenuhnya. Kelarutan suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).<br /> Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:<br /> %A = Bobot A x 100 %<br /> Bobot sample<br />atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu:<br /> fg = BA atom A x 100 %<br /> BM endapan<br />Maka, persentase analitnya:<br /> %A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100%<br /> berat sampel<br /> Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :<br />1. Tidak langsung<br />Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat analat sebelum dan sesudah reaksi.<br />2. Langsung<br />Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan (Harjadi, 1993).<br />Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi dua macam:<br />1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin organik atau anorganik.<br />2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri (Harjadi, 1993).<br /><br />2.3 ZAT PENGENDAP ORGANIK<br /> Reagensia organik merupaka bahan untuk membantu proses pemisahan satu atau lebih ion anorganik dari campuran, yang mana ion – ion ini biasanya mengghasilkan senyawaan yang angat sedikit dapat larut dan sering kali berwarna. Reagensia organik disebut juga zat pengendap organik. Zat pengendap organik yang digunakan haruslah ideal, artinya pengendap organik tersebut bersifat spesifik, yaitu harus membari endapan dengan hanya satu endapan tertentu.<br /><br />2.4 DIMETILGLIOKSMAT<br /> Pengendap organik ini ditemukan oleh L. Thusgaeff dan digunakan oleh O. Brunck untuk penetapan nikel dalam baja. Zat ini memberi endapan merah cerah bila direaksikan dengan larutan nikel dengan garamnya. Sedikit berlebih reagensia ini tidak memberi reaksi apa – apa terhadap endapan, tapi ada juga kelebihannya yang harus dihindari, yaitu :<br />1.Kemungkinan dimetilglioksimat ikut mengendap karena semakin kecil kelarutannya<br />2. Dapat menyebabkan bertambahnya kelarutan endapan dalam campuran air-etanol<br />CH3 – C = N – OH<br /> |<br />CH3 – C = N – OH<br />Gambar 2.1 Struktur Dimetilglioksima<br />Dimetilglioksimat hanya sedikit larut dalam air sehingga dipakai sebagai larutan 1 % dalam etanol.<br /><br />2.5 APLIKASI<br />Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah<br />Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan<br />Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah satu upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis. Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki manfaat ekologis dan ekonomis. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada dalam sistem usahatani. <br />Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih. Bapedal (1998) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi.<br /><br /><br />Gambar 2.2 Konsep Penggunaan Analisis dalam bidang Peternakan<br /> Penggunakan dari pada Gravimetri disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat padat terlarut, ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat daur hidup sistem usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat pencemar yang dihasilkan dapat diminimisasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sistem usaha peternakan yang menerapkan produksi bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah dan swasta dalam pengembangan sistem usaha peternakan yang ramah lingkungan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODOLOGI PERCOBAAN<br /><br />3.1 Bahan dan Fungsinya<br />1. Sampel (yaitu Ni dalam garamnya, NiCl2), sebagai bahan yang akan dianalisis.<br />2. Asam Klorida (HCl) 0,1 N, sebagai katalis dalam reaksi<br />3. Aquades , sebagai pelarut dan mengencerkan sampel.<br />4. Amonium Hidroksida (NH4OH) 6 N , sebagai pembentuk suasana basa.<br />5. Dimetilglioksima 1% , sebagai reagensia spesifik.<br /><br />3.2. Peralatan dan Fungsinya<br />1. Beaker gelas 500 ml, <br /> Fungsinya : sebagai wadah berlangsungnya proses pencampuran sample dengan zat lainnya. <br /><br /><br /><br /><br />2. Gelas ukur 50 ml, <br /> Fungsinya : sebagai wadah ukur dari zat atau larutan yang akan digunakan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />3. Corong , <br /> Fungsinya : sebagai alat bantu dalam pemindahan larutan dari satu beaker glass ke beaker glass lainnya.<br /><br /><br /><br />4. Kertas saring , <br /> Fungsinya : sebagai alat pemisah endapan dengan larutannya.<br /> <br />5. Pipet tetes, <br /> Fungsinya : sebagai alat untuk mengambil zat dengan volume yang kecil dan meneteskannya ke larutan yang dikehendaki.<br /><br /><br /><br />6. Penangas , <br /> Fungsinya : sebagai alat pemanas atau menaikkan suhu larutan<br /><br /><br /><br /><br /><br />7. Penjepit tabung, <br /> Fungsinya : sebagai alat untuk menjepit dan memindahkan beaker glass dan cawan porselin pada proses pemanasan dan pengeringan. <br /><br /><br /><br />8. Termometer, <br /> Fungsinya : sebagai alat pengukur suhu larutan. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />9. Batang Pengaduk, <br />Fungsinya : sebagai alat untuk mengaduk campuran ataupun larutan sehingga bercampur dengan rata.<br /><br /><br /><br /><br />10. Neraca massa digital, <br /> Fungsinya : sebagai pengukur massa dari sampel dan endapan.<br /><br />11. Cawan Porselen<br /> Fungsinya : sebagai tempat untuk pengeringan<br /><br />12. Bunsen<br /> Fungsinya : sebagai alat pengering dan alat penganas<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.3Rangkaian Gambar Peralatan<br /><br /><br />Gambar 3.1 Gambar Rangkaian Peralatan Analisa Gravimetri<br /><br />Keterangan Gambar :<br />1.Beaker glass<br />2.Gelas Ukur<br />3.Corong<br />4.Kertas saring<br />5.Pipet Tetes<br />6.Penganas Air<br />7.Penjepit Tabung<br />8.Termometer<br />9.Pengaduk<br />10.Neraca Massa digital<br />11.Porselen<br />12.Bunsen<br /><br />3.4 PROSEDUR PERCOBAAN<br />1.Sampel NiCl2 ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan kedalam beaker gelas.<br />2.Sampel didalam beaker gelas ditambah aquades hingga keseluruhan sample tenggelam.<br />3.Ditambahkan 5 ml asm klorida ( HCl ) 0,1 N dan diencerkan hingga volume 200 ml.<br />4.Larutan dipanaskan di atas penangas hingga bersuhu 70-80 oC dan ditambahkan dimetilglioksimat ( C4H8O2N2 ) 1% sebanyak 120 ml, kemudia segera ditambahkan larutan ammonia 1 M sebanyak 2 tetes langsung pada larutan bukan pada dinding gelas.<br />5.Didiamkan diata penangas selama 20- 30 menit atau hingga terbentuk endapan yang sempurna.<br />6.Larutan diangkat dari penangas dan didinginkan di dengan menyelupkan beaker gelas kedalam air dingin lalu disaring.<br />7.Endapan yang telah disaring dicuci kembali dengan aquades agar bebas klorida lalu dipindahkan ke dalam cawan porselen yang telah kering dan ditimbang sebelumnya.<br />8.Endapan didalam cawan dipanaskan diatas penangas selama 50 menit atau hingga endapan membentuk serbuk.<br />9.Endapan didinginkan lalu ditimbang bersama dengan cawan, dan diulangi pengeringan 3 kali untuk mendapatkan hasil konstan.<br />10.Dihitung persentase Nikel.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.5 FLOWCHART PERCOBAAN<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> ya tidak<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.2 Flowchart gravimetri<br /><br />BAB IV<br /> HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />4.1HASIL<br />a.Pelarut sample<br />Berat sample : 0,75 gram<br />Volume pelarut : 165 ml<br />Didapat dari :<br />Jika Ar Ni = 58,75<br /> Mr C4H8O2N2 = 237,75<br />Maka, (Ar Ni / Mr NiCl2) x m S = m Ni<br /> Ni = (58,75 / 129.75) x 0,75 <br /> Ni = 330 mg<br />Jika 5 ml dimetilglioksima per 10 mgram Ni, maka<br /> m1 / v1 = m2 / v2<br /> 10 / 5 = 330 / v2<br />V2 = 165 ml dimetilglioksima untuk 0,75 gram sampel<br /> b. pengeringan<br />berat cawan kosong : 25,236 gram<br />berat cawan + sample : 34,921 gram<br />Berat cawan + sample setelah,<br />Pengeringan I : 30,615 gram<br />Pengeringan II : 27,492 gram<br />Pengeringan III : 25.931 gram<br />Berat rata - rata : 28,01 gram<br />Berat endapan = 28.01 – 25.236<br /> Ni = 2.654 gram<br />c . Persentase Nikel (Ni) <br /> %Ni = 145,8 %<br /><br /><br />4.2 PEMBAHASAN<br />Gravimetri merupakan cara analisa yang berdasarkan prinsip penimbangan berat endapan yang telah kering dan diubah dalam bentuk yang semurninya.<br />Proses pemisahan yang kami lakukan cukup sempurna sehingga terbentuknya endapan yang sempurna dan sesuai dengan teori.<br /> Ada beberapa kesulitan yang kami hadapi saat praktikum, salah satunya saat pengeringan analit. Dimana ketika memanaskan tahap II , analit yang kami panaskan tersebut berasap, mungkin ini terjadi karena praktikan memanaskan analit tersebut pada api Bunsen yang seperti kita tahu bahwa api Bunsen itu memiliki suhu yang tidak dapat diatur konstan. Karena seharusnya penangaslah yang praktikan gunakan sebagai pemanas larutan.<br /> Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut menetapkan bahwa persentase Nikel yang praktikan dapatkan adalah sekitar 145,8 %<br />Perolehan nilai persentase nikel yang tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :<br />1.Ketika melakukan penambahan zat pelarut (dimetilglioksima), hendaknya dilakukan penghitungan volume pengendap yang teliti dan hati-hati, karena hal ini mempengaruhi jumlah endapan yang akan dibentuk sehingga berdampak juga dalam perhitungan persentase nikel.<br />2.Pencucian endapan hendaknya dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak ada endapan yang terbuang. <br />3.Proses pemanasan larutan yang dilakukan juga harus sempurna dan sesuai dengan analit (nikel) sehingga proses pelarutan nikel oleh dimetilglioksima dapat terjadi dengan sempurna. Dengan pelarutan yang sempurna, endapan yang terbentuk juga akan sempurna.<br />4.Proses penimbangan endapan juga hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan teliti sehingga proses pengukuran berat endapan benar-benar akurat.<br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V <br />KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />5.1 KESIMPULAN<br />Adapun kesimpulan yng dapat diambil dari percobaan ini ialah :<br />1.Berat Nikel yang didapat dari 0,75 gram NiCl2 adalah seberat 0,33 gram <br />2.Kadar nikel yang di peroleh dari penimbangan endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2 adalah 2,654 gram <br />3.Kadar nikel (Ni) yang terkandung dalam NiCL2 adalah 145.8 %<br /><br />5.2 SARAN<br />Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan ini :<br />1.Diharapkan agar praktikan berikutnya lebih hati – hati dan teliti dalam menganalisa secara gravimetri agar mendapatkan hasil yang kesalahannya sedikit.<br />2.Sebelum masuk praktikum, dianjurkan agar setiap praktikan mempelajari dan memahami prosedur kerja, alat dan bahan agar tidak ada kesulitan saat praktikum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim,a, 2009, gravimetri. http//www.wikipedia.or/gravimetri. 30 Agustus 2009<br />Anonim,b, 2009, analisa gravimetri. http//www.google.com/analisa_gravimetri.<br /> 30 Agustus 2009<br />Anonim,c, 2009, laporan gravimetri. http//www. Sulae-blogspot.com. <br /> 30 Agustus 2009<br />Anonim,d, 2009, gravimetri. http//www. Annisanfushie.wordpress.com. <br /> 30 Agustus 2009<br />A. Day. N dan A.L. Anderwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. penerbit Erlangga: Jakarta<br />Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.<br />Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.<br />Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.<br />Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II, Kalman Media Pustaka, Jakarta.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN A <br />DATA PERCOBAAN<br /><br />1. Pelarut sample<br /> Berat sample : 0,75 gram<br /> Volume pelarut : 165 ml<br />2. Pengeringan<br /> Berat cawan kosong : 25,236 gram<br />Berat cawan + sample : 34,921 gram<br />Berat cawan + sample setelah,<br /> Pengeringan I : 30,615 gram<br />Pengeringan II : 27,492 gram<br />Pengeringan III : 25.931 gram<br />Berat konstan : 2.654 gram<br /><br />Perhitungan % Ni<br /> %Ni = <br /> %Ni = <br /><br /> %Ni = 145,8 %<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN B<br /> PERHITUNAN<br /><br /> <br />LB.1 Volume Larutan Dimetilglioksima 1 % yang Digunakan<br /><br /><br /><br /><br /><br />Maka, volume dimetilglioksima 1 % yang digunakan untuk 0,75 gr NiCl26H2O adalah :<br /><br /><br /><br />LB.2 Berat Konstan Endapan Nikel<br /> Berat konstan Nikel = rata-rata berat pengeringan <br /> <br /> = 2,654 gr<br />LB.3 Menentukan Faktor Gravimetrik (Fg)<br /><br /><br /><br /><br />LB.4 Menentukan Persentase Nikel<br /> <br /> <br /> %Ni = 145,8 %<br /><br />LB.5 Nilai Persentase Nikel Sebenarnya berdasarkan Perbandingan Massa Atom relatifnya dengan Massa Atom Senyawanya / Sampel (Nicl2 . 6H2O)laporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8854683371348824362.post-90770081646884125292009-11-11T02:58:00.000-08:002009-11-11T02:59:08.880-08:00ASIDI ALKALIMETRILAPORAN PRAKTIKUM<br />KIMIA ANALISA<br /><br />Semester : III<br />Kelompok : II ( Dua )<br />Judul percobaan : Penentuan Asam Asetat Dengan Titrasi Asidi – <br /> Alkalimetri<br />Tanggal percobaan : 21 Agustus 2009<br /><br /><br />DEDY ANWAR<br />080405009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />MEDAN <br />2009<br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />NAMA / NIM : Dedy Anwar<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penentuan Kadar Asam Asetat dengan Titrasi Asidi - Alkalimetri<br />TGL. PERCOBAAN : 21 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br /> (Wulan Pratiwi)<br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR i<br />ABSTRAK ii<br />DAFTAR ISI iii<br />DAFTAR GAMBAR v<br />DAFTAR TABEL . vi<br />BAB I PENDAHULUAN 1<br />1.1 Latar Belakang 1<br />1.2 Perumusan Masalah 1<br />1.3 Tujuan Percobaan 1<br />1.4 Manfaat Percobaan 1<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3<br /> 2.1 Prinsip Dasar Titrasi 3<br /> 2.2 Asidi-Alkalimetri 5<br /> 2.3 Asam Cuka 8<br /> 2.4 Aplikasi ..9<br />BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11<br /> 3.1. Alat Bahan dan Fungsi 11<br /> 3.1.1. Sampel (Cika) 11<br /> 3.1.2. Natrium Hidroksida 11<br /> 3.1.3. Indikator Phenolphtalein (PP) 12<br /> 3.1.4. Aquades (Air) 12<br /> 3.2. Alat dan Fungsi 13<br /> 3.3. Rangkaian Peralatan 14<br />BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN 16<br /> 4.1. Prosedur 16<br /> 4.1.1. Penyiapan Larutan NaOH (0,6 N) 16<br /> 4.1.2. Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 16<br /> 4.2. Flowchart 17<br /> 4.2.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17<br /> 4.2.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18<br />BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19<br /> 5.1. Hasil Percobaan 19<br /> 5.2. Pembahasan 20<br />BAB VI KESIMPULAN 23<br /> 6.1. Kesimpulan 23<br />DAFTAR PUSTAKA 24<br />LAMPIRAN A LA-1<br />LAMPIRAN B LB-1<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR GAMBAR<br /><br />Gambar 2.1. Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat 10 <br />Gambar 3.1. Beaker Glass + Batang Pengaduk 14<br />Gambar 3.2. Pipet Tetes + Corong + Erlemmeyer 14<br />Gambar 3.3. Statif dan Klem + Buret + Erlenmeyer 15<br />Gambar 4.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17<br />Gambar 4.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18<br />Gambar 5.1. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Asam Asetat 20<br />Gambar 5.2. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel I 21<br />Gambar 5.3. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel II 21<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR TABEL<br /><br />Tabel 5.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 19<br />Tabel 5.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat 19<br />Tabel 5.3. Perhitungan Kadar Sampel I 19<br />Tabel 5.4. Perhitungan Kadar Sampel II 20<br />Tabel LA.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N LA-1<br />Tabel LA.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat LA-2<br />Tabel LA.3. Perhitungan Kadar Sampel I LA-3<br />Tabel LA.4. Perhitungan Kadar Sampel II LA-4<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KATA PENGANTAR<br /><br />Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.<br /> Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.<br /> Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.<br /> Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.<br /> Medan, 6 September 2009<br /> Penulis,<br /> <br /><br /> Dedy Anwar<br />ABSTRAK<br /> <br />Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya. Hasil percobaan Asidi Alkalimetri yang diperoleh adalah kadar CH3COOH praktek yang diperoleh masing-masing sebesar 7,2 %, 6,08% dan 7,7%. Dan pH sesudah titrasi adalah masing-masing sebesar 9.17, 9.16 dan 9.18<br /><br /><br />Kata Kunci : As.Asetat, Titrasi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /> <br />1.1Latar Belakang <br />Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH).<br /><br />1.2Perumusan Masalah<br />Bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, dan menentukan kadar asam asetat Bagaimana tahapan tahapan yang terjadi pada proses titrasi.<br /><br />1.3 Tujuan Percobaan<br />Mempelajari dan Menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi asidi-alkalimetri.<br /><br />1.4 Manfaat<br />Manfaat yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :<br />1.Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.<br />2.Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.<br />3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.<br />4.Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari - hari<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan<br />Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif (Kelompok II) dengan modul percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi ruangan :<br />1.Temperatur : 30oC.<br />2.Tekanan udara : 760 mmHg<br />Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain sampel asam cuka, natrium hidroksida (NaOH) dan indikator phenolphtalein. Sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />2.1Prinsip Dasar Titrasi<br />Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut<br />aA + tT produk<br />dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.<br />ntitran = nanalit<br />neq titran = neq analit<br />dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (anonim, 2009)<br />Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:<br />1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan<br />2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.<br />3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran<br />4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit. (anonim, 2009)<br />Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).<br />Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).<br />Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:<br />1.Zat harus 100% murni.<br />2.Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang. <br />3.Mudah diperoleh.<br />4.Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil. <br />5.Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).<br />Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Anonim, 2009).<br /><br />2.2Asidi – alkalimetri<br /> Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). <br />H+ + OH- H2O <br />Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. <br />Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu. <br />Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya. <br />Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. <br />Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. <br />Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.<br />Prinsip Titrasi Asam basa<br />Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.<br />Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”.<br />Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.<br />Cara Mengetahui Titik Ekivalen<br />Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:<br />1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.<br />2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.<br />Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.<br />Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.<br />Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.<br />Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).<br /> Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.<br />Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).<br />Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).<br />2.3Asam Cuka<br />Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.<br />Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.(anonim, 2009)<br /><br />2.4Aplikasi<br />Pembuatan Asam Nitrat (HNO3) dalam Industri<br />Pembuatan asam nitrat skala industri memakai proses yang dinamakan “proses tekanan tunggal”. Dalam proses ini sebuah kompresor putar bertahap banyak, yang mempunyai pendingin di antara tahap-tahapnya, digerakkan oleh turbin uap dan turbin pemulih tenaga yang disebutkan alat ekspansi gas sisa (tail gas expander). Pendingin antara tahap diatur sedemikian rupa agar suhu keluar adalah sekitar 230oC pada 1MPa.<br />Udara keluar dibelah, 85% masuk ke dalam konverter dan 15% ke dalam penukar kalor dan kolom putih. Udara tekan yang panas itu dicampur dengan amonia lewat panas dan dikirim ke konverter yang beroperasi pada tekanan 800 sampai 950 kPa. Campuran udara dan amonia yang mengandung kira-kira 10% amonia, dilewatkan melalui 30 lapisan kaca 80 mesh yang terbuat dari platina kurang lebih 10% rhodium. Pembakaran berlangsung cepat dengan suhu keluar mencapai 940oC. Konversi menjadi NO adalah 94-95% dan diperlukan 62 gram paduan platina per ton metrik kapasitas harian asam. Suhu gas dan konsentrasi amonia yang masuk reaktor merupakan dua parameter yang sangat menentukan. <br />Pada konsentrasi amonia 11,5% sampai 12% bisa terjadi ledakan. Gas masuk harus mempunyai suhu sedikitnya 205oC dan sebaiknya 230oC agar lapisan pertama kaca itu tetap berada pada suhu reaksi. Pada konsentrasi amonia 10% kenaikan suhu adiabatik adalah 710oC, sehingga konsentrasi amonia dibatasi pada 10%. Umur katalis biasanya 6-10 minggu; hal ini terutama adalah akibat erosi. Dengan demikian, biaya katalis mencapai $5 per ton metrik HNO3 100% yang dihasilkan. Pelet yang mengandung Kobalt Trioksida juga digunakan sebagai katalis, tetapi konversinya agak rendah.<br />Gas keluar dari konverter dilewatkan melalui pemanas, lanjut uap, ketel uap kalor limbah dan pemanas gas sisa dan keluar pada suhu 2000C. Gas itu kemudian dilewatkan melalui pendingin kondensor yang menghasilkan HNO3 40% sampai 45% sebagai produk yang mengandung 40% nitrogen terikat. Baik gas keluar yang sudah diinginkan maupun asam nitrat encer, keduanya dilewatkan melalui absorber, masih pada tekanan penuh sebesar 980 kPa. Absorber-absorber itu adalah suatu kolom piring tudung-gelembung atau piring tapis dengan gelungan pendingin diatas setiap 20-50 piring. Gas masuk dari bawah asam nitrat encer agak ke atas pada kolom dan air dingin masuk dari atas. Suhu gas yang keluar bersuhu sekitar 10oC. Pada kolom ini terdapat dua titik cekik (pinch point) yang diakibatkan oleh masalah kinetiknya. Di dekat dasar, laju reoksidasi NO cukup lambat karena asam pekat yang terdapat disitu menghalangi absorbsi NO2 sehingga tidak dapat berlangsung lambat. Di dekat puncak kolom, konsentrasi NOx dan oksigen menjadi sangat rendah, sehingga gaya dorong untuk absorbsi itu kecil saja.<br />Asam yang keluar dari dasar kolom mengandung sedikit NOx terutama N2O4 (tak berwarna) tetapi ada juga NO2 yang berwarna merah. Gas ini diputihkan (bleach) dengan melewatkannya melalui kolom, berlawanan arah dengan udara primer sebanyak 15% (yang diperlukan untuk oksidasi NO menjadi NO2) yang dibocorkan dari kompresor udara. Beberapa pabrik ada yang mempunyai bagian pemutih dibawah kolom absorber utama. <br /><br /><br />Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat<br />Anonim, 2009<br />BAB III<br />BAHAN DAN PERALATAN<br /><br />3.1Alat Bahan dan fungsi<br />3.1.1 Sampel ( Cuka )<br /> Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.<br />Sifat fisika :<br />1.Rumus molekul : CH3COOH<br />2.Massa molar : 60.05 g/mol<br />3.Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan<br /> 1.266 g cm−3, padatan<br />4.Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]<br />5.Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]<br />6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.<br />Sifat kimia :<br />1.Melarut dengan mudah dalam air <br />2.Bersifat higroskopik dan korosif<br />3.Asam asetat merupakan asam lemah.<br />4.Asam asetat merupakan monobasic.<br />5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.<br />6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.<br />7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.<br />(anonim, 2009)<br />3.1.2Natrium Hidroksida <br />Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)<br />Sifat Fisika :<br />1.Rumus molekul : NaOH<br />2.Densitas dan fase : 2.100 g cm−3, cairan<br />3.Titik lebur : 318 °C <br />4.Titik didih : 1390 °C <br />5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.<br />Sifat kimia :<br />1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO2<br />2.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air<br />3.Merupakan larutan basa kuat<br />4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik<br />5.Tidak Berbau<br />(mulyono, 2008)<br />3.1.3 Indikator Phenolphtalein (PP)<br />Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)<br />Sifat Fisika :<br />1.Rumus molekul : C20H14O4<br />2.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna<br />3.Massa jenis : 1,227<br />4.Berbentuk larutan<br />5.Merupakan asam lemah<br />6.Larut dalam air<br />Sifat kimia :<br />1.Trayek pH 8,2 – 10<br />2.Merupakan indikator dalam analisa kimia<br />3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator<br />4.Larut dalam 95% etil alkohol<br />5.Asam dwiprotik<br />6.Tidak berwarna saat asam<br />7.Berwarna merah rosa saat basa<br />(mulyono, 2009)<br />3.1.4 Aquades (air)<br /> Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOH<br />Sifat fisika Air : <br />1.Rumus molekul : H2O<br />2.Massa molar : 18.0153 g/mol<br />3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan<br />a.0.92 g/cm³, padatan<br />4.Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF) <br />5.Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF) <br />6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau<br />(mulyono, 2009)<br />Sifat Kimia Air :<br />1.Pelarut yang baik<br />2.Memiliki pH 7 (netral) <br />3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.<br />4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.<br />5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah.<br />Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2 <br />(anonim, 2009)<br /><br />3.2Alat dan fungsi<br />1. Pipet tetes<br />Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer<br />2. Erlenmeyer<br /> Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.<br />3. Statif dan klem<br /> Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.<br />4. Buret<br />Fungsi : Sebagai wadah pentiter.<br />5. Beaker Glass<br /> Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.<br />6. Corong<br />Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer<br />7.Batang Pengaduk<br />Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.<br /><br />3.3Rangkaian Peralatan<br /><br /> <br /><br /><br />Gambar 3.1 Beaker Glass + Batang pengaduk untuk tempat melarutkan pentiter yaitu NaOH<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.2 Pipet tetes + corong + Erlenmeyer sebagai tempat sampel dan pencampurn indikator<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.3 Statif dan klem + Buret + Erlen meyer yaitu peralatan untuk melakukan titirasi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />PROSEDUR PERCOBAAN<br /><br />4.1Prosedur<br />4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0.6 N<br />Cuci dan bilas botol 500 ml<br />Bila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.<br />Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok sampai larut.<br />4.1.2 Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka<br />Sampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer<br />Tambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebut<br />Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi Merah Rosa yang stabil. <br />Catat volume NaOH yang terpakai.<br />Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.<br />Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4.2Flowchart<br />4.2.1 Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> Gambar 4.1 Flowchart Persiapan Larutan NaOH 0,6 N<br /><br /><br />4.2.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /> <br /><br /> <br /> <br /><br /><br /> Tidak<br /><br /> Ya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 4.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka<br /><br />BAB V<br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br /><br />4.1 Hasil Percobaan<br /> Tabel 4.1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N<br />Berat kristal NaOH<br />9,6 gr<br />Volume pelarut<br />400 ml<br />Konsentrasi As. Oksalat<br />0.6 N<br /><br /><br /> Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat<br />No<br />V CH3COOH<br />V NaOH<br />Konsentrasi CH3COOH<br />Kadar CH3COOH<br />pH<br />1<br />25 ml<br />53,5 ml<br />1,27 M<br />7,2 %<br />9,17<br />2<br />25 ml<br />52,5 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />53 ml<br />1,27 M<br />7,2 %<br />9,17<br /><br /><br /> Tabel 4.3 Perhitungan Kadar Sampel I<br />No<br />V sampel I<br />V NaOH<br />Konsentrasi Sampel I<br />Kadar Sampel I<br />pH<br />1<br />25 ml<br />43 ml<br />1,074 M<br />6,08 %<br />9,16<br />2<br />25 ml<br />46,5 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />44,75 ml<br />1,074 M<br />6,08 %<br />9,16<br /><br /><br /><br /> Tabel 4.4 Perhitungan Kadar Asam Asetat<br />No<br />V sampel II<br />V NaOH<br />Konsentrasi sampel II<br />Kadar sampel II<br />pH<br />1<br />25 ml<br />56,3 ml<br />1,36M<br />7,7%<br />9,18<br />2<br />25 ml<br />57,2 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />53 ml<br />1,36M<br />7,7%<br />9,18<br /><br /><br />4.2 Pembahasan<br />Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang kadarnya dapat ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang digunakan sebagai sampel dengan merek: Cap bintang<br />Kurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />.<br /> <br /> <br />Volume NaOH<br />Gambar 4.1 Grafik perubahan pH asam Asetat<br />Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Volume NaOH<br /><br />Gambar 4.2 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel I<br /><br /> Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Volume NaOH<br /><br />Gambar 4.3 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel II<br /><br />Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut sebesar 5 %. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:<br />1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.<br />2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.<br />3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.<br />4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />KESIMPULAN<br /><br />5.1Kesimpulan<br />Setelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :<br />1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam teori kadar asam cuka sebesar 5 %.<br />2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.<br />3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.<br />4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.<br />5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.<br />6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim.2009 a. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org<br /> 26 agustus 2009<br />Anonim.2009 b. Air. http://id.wikipedia.org<br /> 26 agustus 2009<br />Anonim.2009 c. Titrasi Asam Basa. http://belajarkimia.com<br /> 26 agustus 2009<br />Anonim.2009d. Analisis Volumetri atau Titrimetri. http://belajarkimia.com<br />26 agustus 2009<br />Anonim.2009 e. Kumpulan laporan praktikum. http://sulae.blogspot.com<br /> 26 agustus 2009<br />Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima: Erlangga. Jakarta <br />HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN<br />A<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN A<br />DATA PERCOBAAN <br /><br /> LA. 1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N<br />Berat kristal NaOH<br />9,6 gr<br />Volume pelarut<br />400 ml<br />Konsentrasi As. Oksalat<br />0.6 N<br /><br /><br /> LA.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat<br />No<br />V CH3COOH<br />V NaOH<br />Konsentrasi CH3COOH<br />Kadar CH3COOH<br />pH<br />1<br />25 ml<br />53,5 ml<br />1,27 M<br />7,2 %<br />9,17<br />2<br />25 ml<br />52,5 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />53 ml<br />1,27 M<br />7,2 %<br />9,17<br /><br /><br /> LA.3 Perhitungan Kadar Sampel I<br />No<br />V sampel I<br />V NaOH<br />Konsentrasi Sampel I<br />Kadar Sampel I<br />pH<br />1<br />25 ml<br />43 ml<br />1,074 M<br />6,08 %<br />9,16<br />2<br />25 ml<br />46,5 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />44,75 ml<br />1,074 M<br />6,08 %<br />9,16<br /><br /><br /><br /><br /> LA. 4 Perhitungan Kadar Asam Asetat<br />No<br />V sampel II<br />V NaOH<br />Konsentrasi sampel II<br />Kadar sampel II<br />pH<br />1<br />25 ml<br />56,3 ml<br />1,36M<br />7,7%<br />9,18<br />2<br />25 ml<br />57,2 ml<br />Rata-rata<br />25 ml<br />53 ml<br />1,36M<br />7,7%<br />9,18<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN<br />B<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN B<br />PERHITUNGAN<br /><br />LB. 1 . Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH 0,6 N<br /><br /> M = <br /> M = <br />9600= 1000. massa<br />Massa = 9,6 gram<br /><br /><br />LB. 2. Perhitungan kadar Asam Asetat<br /><br /> Volume astetat : 25 ml<br /> Volume NaOH rataan : 53 ml<br /> M NaOH : 0,6 N<br /> M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH<br /> M asetat x 25 ml = 0.6 N x 53 ml<br /> M asetat = <br /> M asetat = 1.27 M<br /><br /> Kadar Asam Asetat = <br /> = <br /> = 7,2 %<br /><br />LB. 3. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH<br /><br />a.Pada penambahan 0 ml NaOH<br /><br />[H+] = <br />[H+] = <br /> = 4,78 x 10-3<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [4,78 x 10-3]<br /> = 3 – log 4,78<br /> = 2,32<br />b.Pada penambahan 10 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 6 31.8 -<br /> r : 6 6 6 <br /> s : 0 25.8 6<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 7,74 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [7,74 x 10-5]<br /> = 5 – log 7,74<br /> = 4,11<br />c.Pada penambahan 20 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol<br />mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 12 31.8 -<br /> r : 12 12 12 <br /> s : 0 19,8 12<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 2,97 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [2,97 x 10-5]<br /> = 5 – log 2,97<br /> = 4,53<br />d.Pada penambahan 30 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol<br />mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 18 31.8 -<br /> r : 18 18 18 <br /> s : 0 13,8 18<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 1,386 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [1,386 x 10-5]<br /> = 5 – log 1,386<br /> = 4,86<br />e.Pada penambahan 40 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol<br />mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 24 31.8 -<br /> r : 24 24 24 <br /> s : 0 7,8 24<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,58 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,58 x 10-3]<br /> = 3 – log 0,58<br /> = 5,24<br />f.Pada penambahan 50 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol<br />mol NaOH = 50 ml x 0,6 = 30 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 30 31.8 -<br /> r : 30 30 30 <br /> s : 0 1,8 30<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,108 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,108 x 10-3]<br /> = 3 – log 0,108<br /> = 5,97<br />g.Pada penambahan 53 ml NaOH<br />mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH<br />31,8 mol = M CH3COOH x 78 ml<br />M CH3COOH = 0,4 M<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 31,8 31.8 -<br /> r : 31,8 31,8 31,8 <br /> s : 0 0 31,8<br /><br />[OH-] = <br /> = <br /> = 1,48 x 10-5<br />pOH = -log [OH+]<br /> = -log [1,48 x 10-3]<br /> = 5 – log 1,48<br /> = 4,83<br />pH = 14 – pOH<br /> = 14 – 4,83<br /> = 9,17<br /><br /><br />LB. 4. Perhitungan kadar Asam Asetat (Sampel I)<br /><br /> Volume astetat : 25 ml<br /> Volume NaOH rataan : 44,75 ml<br /> M NaOH : 0,6 N<br /> M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH<br /> M asetat x 25 ml = 0.6 N x 44,75 ml<br /> M asetat = <br /> M asetat = 1.074 M<br /><br /> Kadar Asam Asetat = <br /> = <br /> = 6,08 %<br /><br /><br />LB. 5. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH<br /><br />a.Pada penambahan 0 ml NaOH<br /><br />[H+] = <br />[H+] = <br /> = 4,39 x 10-3<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [4,39 x 10-3]<br /> = 3 – log 4,39<br /> = 2,36<br />b.Pada penambahan 10 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 6 26,85 -<br /> r : 6 6 6 <br /> s : 0 20.85 6<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 6,25 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [6,25 x 10-5]<br /> = 5 – log 6,25<br /> = 4,21<br /><br />c.Pada penambahan 20 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol<br />mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 12 26,85 -<br /> r : 12 12 12 <br /> s : 0 14.85 12<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 2,23 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [2,23 x 10-5]<br /> = 5 – log 2,23<br /> = 4,65<br />d.Pada penambahan 30 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol<br />mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 18 26,85 -<br /> r : 18 18 18 <br /> s : 0 8.85 18<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,88 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,88 x 10-5]<br /> = 5 – log 0,88<br /> = 5,05<br />e.Pada penambahan 40 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol<br />mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 24 26,85 -<br /> r : 24 24 24 <br /> s : 0 2.85 24<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,216 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,216 x 10-5]<br /> = 5 – log 0,216<br /> = 5,66<br />f.Pada penambahan 44,75 ml NaOH<br />mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH<br />26,85 mol = M CH3COOH x 69,75 ml<br />M CH3COOH = 0,38 M<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 26,85 26,85 -<br /> r : 26,85 26,85 26,85 <br /> s : 0 0 26,85<br /><br />[OH-] = <br /> = <br /> = 1,45 x 10-5<br />pOH = -log [OH+]<br /> = -log [1,45 x 10-3]<br /> = 5 – log 1,45<br /> = 4,84<br />pH = 14 – pOH<br /> = 14 – 4,84<br /> = 9,16<br /><br />LB. 6. Perhitungan kadar Asam Asetat (sample II)<br /><br /> Volume astetat : 25 ml<br /> Volume NaOH rataan : 56,75 ml<br /> M NaOH : 0,6 N<br /> M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH<br /> M asetat x 25 ml = 0.6 N x 56,75 ml<br /> M asetat = <br /> M asetat = 1.362 M<br /><br /> Kadar Asam Asetat = <br /><br /> = <br /><br /> = 7,7 %<br /><br />LB. 7. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH<br /><br />a.Pada penambahan 0 ml NaOH<br /><br />[H+] = <br />[H+] = <br /> = 4,74 x 10-3<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [4,74 x 10-3]<br /> = 3 – log 4,74<br /> = 2,33<br />b.Pada penambahan 10 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 6 34,05 -<br /> r : 6 6 6 <br /> s : 0 28,05 6<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 8,4 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [8,4 x 10-5]<br /> = 5 – log 8,4<br /> = 4,08<br />c.Pada penambahan 20 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 12 34.05 -<br /> r : 12 12 12 <br /> s : 0 22,05 12<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 3,3 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [3,3 x 10-5]<br /> = 5 – log 3,3<br /> = 4,48<br /><br />d.Pada penambahan 30 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 18 34,05 -<br /> r : 18 18 18 <br /> s : 0 16,05 18<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 1,6 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [1,6 x 10-5]<br /> = 5 – log 1,6<br /> = 4,8<br />e.Pada penambahan 40 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 24 34,05 -<br /> r : 24 24 24 <br /> s : 0 10,05 24<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,756 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,756 x 10-3]<br /> = 3 – log 0,756<br /> = 5,12<br /><br />f.Pada penambahan 50 ml NaOH<br />mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol<br />mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol<br /><br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 30 34.05 -<br /> r : 30 30 30 <br /> s : 0 4,05 30<br /><br />[H+] = <br /> = <br /> = 0,243 x 10-5<br />pH = -log [H+]<br /> = -log [0,243 x 10-3]<br /> = 3 – log 0,243<br /> = 5,61<br />g.Pada penambahan 53 ml NaOH<br />mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH<br />34,05 mol = M CH3COOH x 81,75 ml<br />M CH3COOH = 0,42 M<br /> NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O<br /> m : 34,05 34,05 -<br /> r : 34,05 34,05 34,05 <br /> s : 0 0 34,05<br /><br />[OH-] = <br /> = <br /> = 1,51 x 10-5<br />pOH = -log [OH+]<br /> = -log [1,51 x 10-3]<br /> = 5 – log 1,51<br /> = 4,82<br />pH = 14 – pOH<br /> = 14 – 4,82<br /> = 9,18laporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8854683371348824362.post-20475971141101102022009-10-20T03:08:00.000-07:002009-11-11T03:04:19.357-08:00ANALISA AIRLAPORAN PRAKTIKUM<br />KIMIA ANALISA<br /><br />Semester : III (Tiga)<br />Kelompok : II ( Dua )<br />Judul percobaan : ANALISA AIR <br />Tanggal percobaan : 29 Agustus 2009<br /><br /><br />NAMA : DEDY ANWAR<br />NIM : 080405009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />MEDAN <br />2009<br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />NAMA / NIM : Dedy Anwar<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : ANALISA AIR<br />TGL. PERCOBAAN : 29 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br />(Indra Azmi Marpaung)<br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENUGASAN<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009<br /> Andriani Dewi / 080405030<br /> Juliananta Sitepu / 080405060<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : ANALISA AIR<br />TGL. PERCOBAAN : 29 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br />(Indra Azmi Marpaung)<br /><br /><br /><br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Analisa Air dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.<br /> Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.<br /> Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.<br /> Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc..<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.<br /> Medan, 1 September 2009<br /> Penulis,<br /> <br /> Dedy Anwar<br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />1.1Latar Belakang<br />Analsia air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik.<br /> Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (anonim, 2009).<br /><br />1.2Rumusan Masalah<br />Perumusan masalah pada percobaan analisa air adalah bagaimana cara menentukan alkalinitas air.<br /><br />1.3Tujuan<br />Tujuan percobaan analisa air, antara lain:<br />1.Mempelajari beberapa cara penganalisaan air.<br />2.Mengetahui standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia<br />3.Mengetahui cara-cara pengambilan sampel untuk penganalisaan air.<br /><br /><br /><br />1.4Manfaat<br />Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan ini antara lain dapat mengetahui cara menganalisa air, Dan dapat menentukan kadar alkalinity air, serta dapat menganalisa kualitas sampel air yang diuji.<br /><br />1.5Ruang Lingkup<br />Percobaan analisa air dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan keadaan ruangan bersuhu 30oC dan tekanan udara 760 mmHg.<br />Bahan-bahan yang digunakan antara lain air sungai Kenanga Raya, Medan, air minum kemasan “Aqua” indikator metil jingga, dan H2SO4 0,02 N. Peralatan-peralatan yang digunakan antara lain buret, statif, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, corong, dan pipet tetes.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />2.1 Teori Sampel<br />Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan alami air dikenal dengan hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil, dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran, sistem pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan pengendalian banjir dan tenaga air (anonim, 2009).<br />2.1.1 Air Sungai (“Kenaga Raya”)<br /> Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju samudera, danau, Laut atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap kedalam tanah sebelum menemukan badan air lainya. Dengan melalui sungai adalah cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau .<br /> Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologis. Air dalam sundai umumnya terkumpul dari presipitasi seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan Es/salju. Selain itu air juga mengalirkan sidimen dan polutan (Anonim.2009).<br />Sungai Kenanga Raya terletak di daerah Tanjung Mulia kota Medan. Sungai yang berada di tengah – tengah kota Medan ini memiliki kondisi yang sangat mengkhawatirkan sekali. Ketika praktikan mengampil sampel kesana. Ketika itu sungai dalam kondisi normal, artinya airnya tidak pasang, tidak surut dan tidak keruh, sebenarnya airnya tidak jernih akibat banyaknya sampah dan aliran limbah rumah tangga ke sungai.<br />2.1.2 Air Minum Kemasan (“Aqua”)<br />Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu.<br />Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).<br />Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non mineral biasanya dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air pengunungan (anonim,2009).<br /> Air “Aqua” telah melewati proses pemurnian secara alami selama perjalanannya dari pegunungan hingga mencapai sumber mata air bawah tanah. Sepanjang perjalanannya ini, air menyerap mineral dan menjaga keseimbangannya sebagaimana di sumber mata air asalnya, yang merupakan mineral penting bagi kesehatan tubuh. <br />Sumber mata air yang dipilih tidaklah sembarangan. Aqua berasal dari sumber mata air terpilih yang mewakili sebagian dari sumber mata air alami terbaik di Indonesia. Menemukan mata air yang sesuai kriteria Aqua bukanlah pekerjaan mudah. Pada saat menemukan sumber mata air alami, harus dipastikan bahwa setiap sumber mata air pegunungan harus memenuhi 9 poin kriteria yang kemudian melewati 5 tahap proses seleksi yang ketat sebelum akhirnya dapat dijadikan sumber mata air untuk Aqua (anonim, 2009).<br /><br />2.2 Alkalinitas<br /> Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Anonim 2009).<br />Tabel 2.1 Kualitas air berdasarkan alkalinitas (Swingle, 1968)<br />Alkalinitas (mg/l)<br />Kondisi perairan<br />0 – 10<br />Tidak dapat dimanfaatkan<br />10 – 50<br />Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2 rendah, pH bervariasi, dan perairan kurang produktif<br />50 – 200<br />Alkalinitas sedang, pH bervariasi, CO2 sedang, produktivitas sedang<br />>500<br />pH stabil, produktivitas rendah, ikan terancam<br /><br /><br /><br />2.3 Kesadahan Air<br />Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida selalu ada di dalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil. Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu, sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan di air setelah penapisan, seperti pelembut lime soda ash. Bikarbonat adalah sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50 grain/gallon.<br />Alkalinitas. Alkalinitas dari air bisa didefinisikan sebagai kapasitasnya terhadap asam netral. Zat alkali di dalam air termasuk hidroksida. Alkalinitas dapat dideteksi oleh rasanya yang asam dan mereka menyebabkan kertas litmus merah menjadi biru (pH test paper). Konsentrasi Fosfat dan Silika jarang ditemukan di saluran alami rumah. Senyawa yang mengandung ion ini dapat digunakan dalam proses penapisan air yang bervariasi. Konsentrasi alkalinitas menengah <br />diinginkan oleh hampir semua sumber air untuk menyeimbangkan antara efek korosif dan asam. (anonim,2009)<br />Tetapi, jumlah yang berlebihan menyebabkan beberapa masalah. Ion ini tentu bebas berada di air, tetapi mereka ada di kation, seperti kalsium, magnesium, dan natrium. Anda mungkin tidak akan memperhatikan kondisi alkali karena ion bikarbonat, kecuali ada dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, anda harus siap mendeteksi alkalinitas walaupun memiliki jumlah karbonat dan ion hidroksida yang sangat kecil.<br />Air dengan alkali tinggi memiliki rasa seperi soda. Peraturan EPA membatasi alkalinitas dalam total padatan terlarut (500 ppm) dan beberapa lebih dibatasi oleh pH. Alkali yang memiliki kandungan mineral tinggi juga menyebabkan pengeringan yang berlebihan terhadap kulit karena pada faktanya, mereka menghilangkan kelembaban pada kulit. Masalah pada alkalinitas dapat dihilangkan oleh reverse osmosis bersama dengan total padatan terlarutnya. Metode lain juga dapat menghilangkan alkalinitas, namun metode tersebut tidak cocok digunakan untuk <br />perumahan dibandingkan jika menggunakan reverse osmosis. Metode ini adalah distilasi dan deionisasi. Beberapa metode lain juga dapat menghilangkan alkalinitas, namun metode ini tidak baik digunakan di rumah. Metode tersebut adalah :<br />1.Penghilang padatan dengan lime soda ash. Pada saat yang sama, proses ini akan mem-persipirasi jumlah yang seimbang dari alkalinitas. Pelembutan dengan lime biasanya dilarang digunakan oleh industri dan penerapan dalam skala besar lainnya. Pelembutan lime akan mengurangi total alkalinitas, pelembutan lime mengubah HCO3 menjadi C03, ion alkalinitas yang lebih kuat.<br />2.Anion resin yang diregenerasi oleh natrium klorida menghilangkan semua anion (karbonat, bikarbonat, sulfat, dan nitrat). Ia mengganti anion dengan persamaan kimia yang seimbang terhadap ion klorida. Kerugian dari proses ini adalah hampir semua dari kasus menghasilkan <br />konsentrasi ion klorida yang tinggi. Pada titik kejenuhan, resin memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan kembali konsentrasi tinggi yang dibawa anion termasuk nitrat. Untuk pemakaian <br />perumahan, hasil seperti ini tentu tidak diinginkan karena alkalinitas asli.<br />3.Pemberian asam mineral akan menetralisir alkalinitas air. Asam hidroklorin, asam sulfur, atau kombinasi dari keduanya dapat digunakan. Proses ini mengubah bikarbonat dan karbonat <br />menjadi asam karbon. Pada titik ini, dianjurkan untuk melakukan beberapa metode untuk mengeluarkan gas karbondioksida keluar ke atmosfer. Kerugian dari teknik ini jelas. Diperlukan kontrol yang presisi dalam proses dan kehati-hatian dalam menangani asam yang pekat (Anonim,2009).<br /><br />2.4 Analisa Umum pada Air<br /><br />Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum Tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi, terlebih lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman penduduk, limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai, semakin mempersulit masyarakat untuk mendapatkan air yang layak untuk di minum.<br />Definisi air minum<br />Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. <br />Persyaratan air minum<br />Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, tetapi terdapat resiko kalau air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, tetapi banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air.<br />Jadi, air yang akan digunakan untuk air minum tidak bisa sembarang air, misalnya di rumah anda, sumber air berasal dari air tanah, yang diambil dengan menggunakan jetpump, meskipun secara kasat mata tampak jernih, tetapi belum tentu memenuhi syarat, karena kondisi lingkungan disekitarnya akan sangat menentukan kualitas air tersebut. Untuk memastikan apakah air tanah yang ada di rumah anda memenuhi syarat untuk di minum atau tidak, sebaiknya anda membawa sampel air tersebut ke laboratorium pengujian seperti Sucofindo, atau lab-lab swasta lain yang banyak menjual jasa untuk pemeriksaan air, tapi cek juga, apakah lab yang akan anda gunakan sudah terakreditasi atau belum. Ini untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Jika lab-nya sudah terakreditasi, maka validitas hasil pengujian tentunya lebih terpercaya.<br />Syarat air minum tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002.. Persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, dan fisik. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung logam berat dan bakteri patogen seperti E. Coli.. Untuk lebih detil mengetahui rincian syarat air minum, anda dapat melihatnya dalam Kepmenkes tersebut (anonim,2009).<br />Syarat tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna<br />Artinya jika air yang akan anda gunakan memiliki bau, rasa atau warna, berarti air tersebut telah tercemar.<br />Syarat tidak mengandung logam berat<br />Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang terutama dirusak<br />Syarat tidak mengandung bakteri pathogen<br />Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberpa jam, dapat menyebabkan muntaber (anonim, 2009).<br /><br />2.5 Standar Baku Mutu Air<br />Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak (anonim,2009).<br />Berikut baku mutu untuk kriteria air berdasarkan Kep.Men Lingkunagn Hidup :<br />2.5.1 Air Bersih<br />Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :<br />Tabel 2.2 Syarat Baku Mutu Air bersih<br />No.<br />Parameter<br />Satuan<br />Kadar Makasimum<br />Keterangan<br />A.Fisika<br />1<br />Bau<br />-<br />-<br />Tidak Berbau<br />2<br />Jumlah zat padat terlarut (TDS)<br />mg/L<br />1000<br />-<br />3<br />Kekeruhan<br />Skala NTU<br />5<br />-<br />4<br />Rasa<br />-<br />-<br />Tidak Berasa<br />5<br />Suhu<br />0°C<br />Suhu Udara ±3°C<br />-<br />6<br />Warna<br />Skala TCU<br />15<br />-<br />B. Kimia<br />a. Kimia Anorganik<br />1<br />Air Raksa<br />mg/L<br />0,001<br /><br />2<br />Arsan<br />mg/L<br />0,05<br /><br />3<br />Besi<br />mg/L<br />1,0<br /><br />4<br />Fluorida<br />mg/L<br />1,5<br /><br />5<br />Kadmium<br />mg/L<br />0,005<br /><br />6<br />Kesadahan (CaCO3)<br />mg/L<br />500<br /><br />7<br />Klorida<br />mg/L<br />600<br /><br />8<br />Kronium, valensi 6<br />mg/L<br />0,05<br /><br />9<br />Mangan<br />mg/L<br />0,5<br /><br />10<br />Nitrat, sebagai N<br />mg/L<br />10<br /><br />11<br />Nitrit, sebagai N<br />mg/L<br />1,0<br /><br />12<br />pH<br />mg/L<br />0,05<br /><br />13<br />Salenium<br />mg/L<br />0,01<br /><br />14<br />Seng<br />mg/L<br />15<br /><br />15<br />Sianida<br />mg/L<br />0,1<br /><br />16<br />Sulfat<br />mg/L<br />400<br /><br />17<br />Timbal<br />mg/L<br />0,05<br /><br />b. Kimia Organik<br />1<br />Aldrin<br />mg/L<br />0,0007<br /><br />2<br />Benzen<br />mg/L<br />0,01<br /><br />3<br />Benzo (a) pyrene<br />mg/L<br />0,00001<br /><br />4<br />Chloroform <br />(total isomer)<br />mg/L<br />0,007<br /><br />5<br />Chloroform<br />mg/L<br />0,03<br /><br />6<br />2,4-D<br />mg/L<br />0,10<br /><br />7<br />DDT<br />mg/L<br />0,03<br /><br />8<br />Detergen<br />mg/L<br />0,5<br /><br />9<br />1,2-DiCloroethene<br />mg/L<br />0,01<br /><br />10<br />1,1-Dicloroethene<br />mg/L<br />0,0003<br /><br />11<br />Heptachlor dan Heptachlor epoxide<br />mg/L<br />0,003<br /><br />12<br />Hexachlorobenzene<br />mg/L<br />0,00001<br /><br />13<br />Gamma-HCH (Lindane)<br />mg/L<br />0,004<br /><br />14<br />Methoxychlor<br />mg/L<br />0,10<br /><br />15<br />PentaChloropenol<br />mg/L<br />0,01<br /><br />16<br />Pestisida total<br />mg/L<br />0,10<br /><br />17<br />2,4,6-trichloropenol<br />mg/L<br />0,01<br /><br />18<br />Zat organik (KmnO4)<br />mg/L<br />10<br /><br />c. Mikrobiologik<br />1<br />Total Koliform (MPN)<br />Jumlah per 100 ml<br />0<br />Bukan Air pipaan<br />2<br />Koliform tinja belum diperiksa<br />Jumlah per 100 ml<br />0<br />Bukan Air pipaan<br />d. Radio Aktivitas<br />1<br />Aktivitas Alpha (Gross Alpha activity)<br />Bg/L<br />0,1<br /><br />2<br />Aktivitas Beta (Gross Beta activity)<br />Bg/L<br />1,0<br /><br /><br />Keterangan :<br />mg = miligram<br />ml = milliliter<br />L = Liter<br />Bg = Beguerel<br />NTU = Nepnelometrik Turbidity Units<br />TCU = True Colour Units<br />Logam berat merupakan logam terlarut<br /><br />2.5.2 Air Minum<br />Mengingat betapa pentingnya air minum untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :<br />Tabel 2.3 Syarat Baku Mutu Air Minum<br />No.<br />Parameter<br />Satuan<br />Kadar Makasimum<br />Keterangan<br />A.Fisika<br />1<br />Bau<br />-<br />-<br />Tidak Berbau<br />2<br />Jumlah zat padat terlarut (TDS)<br />mg/L<br />1000<br />-<br />3<br />Kekeruhan<br />Skala NTU<br />5<br />-<br />4<br />Rasa<br />-<br />-<br />Tidak Berasa<br />5<br />Suhu<br />0°C<br />Suhu Udara ±3°C<br />-<br />6<br />Warna<br />Skala TCU<br />15<br />-<br />B. Kimia<br />a. Kimia Anorganik<br />1<br />Air Raksa<br />mg/L<br />0,001<br /><br />2<br />Aluminium<br />mg/L<br />0,2<br /><br />3<br />Arsan<br />mg/L<br />0,05<br /><br />4<br />Bakium<br />mg/L<br />1,0<br /><br />5<br />Besi<br />mg/L<br />0,3<br /><br />6<br />Fluorida<br />mg/L<br />1,5<br /><br />7<br />Kadmium<br />mg/L<br />0,005<br /><br />8<br />Kesadahan (CaCO3)<br />mg/L<br />500<br /><br />9<br />Klorida<br />mg/L<br />250<br /><br />10<br />Kronium, valensi 6<br />mg/L<br />0,05<br /><br />11<br />Mangan<br />mg/L<br />0,1<br /><br />12<br />Natrium<br />mg/L<br />200<br /><br />13<br />Nitrat, sebagai N<br />mg/L<br />10<br /><br />14<br />Nitrit, sebagai N<br />mg/L<br />1,0<br /><br />15<br />Perak<br />mg/L<br />0,05<br /><br />16<br />Salenium<br />mg/L<br />0,01<br /><br />17<br />Seng<br />mg/L<br />5,0<br /><br />18<br />Sianida<br />mg/L<br />0,1<br /><br />19<br />Sulfat<br />mg/L<br />400<br /><br />20<br />Sulfida (sebagai H2S)<br />mg/L<br />0,05<br /><br />21<br />Tembaga<br />mg/L<br />1,0<br /><br />22<br />Timbal<br />mg/L<br />0,05<br /><br />b. Kimia Organik<br />1<br />Aldrin<br />mg/L<br />0,0007<br /><br />2<br />Benzen<br />mg/L<br />0,01<br /><br />3<br />Benzo (a) pyrene<br />mg/L<br />0,00001<br /><br />4<br />Chloroform <br />(total isomer)<br />mg/L<br />0,0003<br /><br />5<br />Chloroform<br />mg/L<br />0,03<br /><br />6<br />2,4-D<br />mg/L<br />0,10<br /><br />7<br />DDT<br />mg/L<br />0,03<br /><br />8<br />Detergen<br />mg/L<br />0,05<br /><br />9<br />1,2-DiCloroethene<br />mg/L<br />0,01<br /><br />10<br />1,1-Dicloroethene<br />mg/L<br />0,0003<br /><br />11<br />Heptachlor dan Heptachlor epoxide<br />mg/L<br />0,003<br /><br />12<br />Hexachlorobenzene<br />mg/L<br />0,00001<br /><br />13<br />Gamma-HCH (Lindane)<br />mg/L<br />0,004<br /><br />14<br />Methoxychlor<br />mg/L<br />0,03<br /><br />15<br />PentaChloropenol<br />mg/L<br />0,01<br /><br />16<br />Pestisida total<br />mg/L<br />0,10<br /><br />17<br />2,4,6-trichloropenol<br />mg/L<br />0,01<br /><br />18<br />Zat organik (KmnO4)<br />mg/L<br />10<br /><br />c. Mikrobiologik<br />1<br />Koliform Tinja<br />Jumlah per 100 ml<br />0<br /><br />2<br />Total Koliform <br />Jumlah per 100 ml<br />0<br />95% dari Sampel yang diperiksa selama setahun kadang boleh ada 3 per 100 ml sampel air. Tetapi tidak berturut-turut<br />d. Radio Aktivitas<br />1<br />Aktivitas Alpha (Gross Alpha activity)<br />Bg/L<br />0,1<br /><br /><br />Keterangan :<br />mg = miligram<br />ml = milliliter<br />L = Liter<br />Bg = Beguerel<br />NTU = Nepnelometrik Turbidity Units<br />TCU = True Colour Units<br />Logam berat merupakan logam terlarut<br /><br />2.5.3 Limbah Cair<br />Mengingat betapa pentingnya air. Air limbah yang dizinkan untuk dibuang ke alam dengan persyaratan, yaitu :<br />BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK<br /><br /> Tabel 2.4 Syarat Baku Mutu Air Limbah<br />Parameter<br />Satuan<br />Kadar Maksimum<br />Ph<br />-<br />6-9<br />BOD<br />mg/L<br />100<br />TSS<br />mg/L<br />100<br />Minyak dan Lemak<br />mg/L<br />10<br /><br /><br />2.6 Aplikasi Analisa Air dalam Industri<br /><br />Salah satu aplikasi atau penerapan dari Analisa Air ini adalah pada proses pengolahan air perkotaan. Pengolahan air perkotaan menggunakan proses soda dingin. Dengan menggunakan proses ini, kesadahan air dapat diturunkan sampai 35 ppm jika cukup peluang diberikan untuk berlangsungnya pengendapan. <br />Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi keadaan lewat-jenuh (supersaturasi) dalam proses gamping dingin soda ialah dengan mengkontakkan lumpur yang diendapkan sebelumnya. Bila lumpur ini dikenakan pada air yang belum diolah dan bahan kimia permukaannya, atau “benih” akan membantu terjadinya pengendapan. Hasilnya berupa reaksi yang lebih cepat dan lebih lengkap yang menghasilkan partikel yang lebih besar dan lebih mudah menguap. Peralatan yang dikembangkan untuk kontak ini, dibuat oleh Infileo, Inc, yang dinamakan Accelerator. Permutit Spaulding Precipitator mempunyai dua kompartemen, satu untuk mencampur dan mengaduk air mentah dengan bahan-bahan kimia pelunak dan lumpur yang sudah terbentuk sebelumnya, dan satu lagi untuk mengendapkan dan menyaring air yang telah dilunakkan pada waktu mengalir ke atas melalui liputan lumpur yang tersuspensi. Mesin seperti ini dapat mempersingkat sedimentasi dari 4 jam menjadi kurang dari 1 jam dan biasanya juga mengurangi pemakaian bahan kimia. (anonim,2009)<br />Kekuatan utama tehadap proses gamping dingin soda ialah besarnya volume lumpur basah yang terbentuk. Pembuangan lumpur ini merupakan masalah dan biayanya mahal. Permutit Spicator menggunakan presipitasi (pengendapan) sebagai katalis. Hal ini dapat mengurangi volume dan kandungan sisa air lumpur. Volumenya tinggi 12 persen dari proses yang konvensional dan limbah padat yang dihasilkan hampir mempunyai pasir basah saja.<br /><br />Gambar 2.1. Flowsheet Pengolahan Air Perkotaan<br />Deskripsi prosesnya sebagai berikut air umpan dengan kesadahan 376 ppm diaerasi kemudian disalurkan ke pelunak klasifikator bersama dengan alumunium sulfat, hidrat gamping, dan karbon aktif sehingga menghasilkan pengendapan. Air itu selanjutnya diproses di bak rekarbonasi yang hasilkan akan disalurkan ke filter pasir lalu dikloroinasi dengan kloroinator yang akhirnya menghasilkan air yang memiliki kesadahan sebesar 77 ppm. (anonim,2009)<br /><br /><br />BAB III <br />METODE PRAKTIKUM<br /><br />3.1 Bahan<br /><br />3.1.1. H2SO4 (Asam Sulfat)<br />a.Sifat fisika<br />Berat molekul : 98,08 gr/mol<br />Titik didih : 3400C<br />Titik lebur : 100C<br />Densitas relative : 1,8 gr/cm3<br />Tidak berbau<br />Tidak berwarna<br />b.Sifat kimia<br />Merupakan cairan yang higroskopis<br />Merupakan asam kuat<br />Bersifat korosif pada logam<br />Saat pemanasan, terbentuk uap beracun (SOn)<br />Merupakan asam bervalensi dua<br />Terurai dengan 95% etil alcohol<br />Dapat menimbulkan hujan asam : 2SO2 + O2 2SO3<br /> SO3 + H2O H2SO4<br /><br />3.1.2. Air (H2O)<br />a.Sifat fisika<br />Berat molekul : 18,016 gr/mol<br />Titik didih : 1000C<br />Titik lebur : 00C<br />Densitas bentuk cairan : 1 gr / cm3<br />Densitas bentuk es : 0.915 gr / cm3<br />Tidak berwarna<br />Bentuk kristal heksagonal<br />b.Sifat kimia<br />pH saat keadaan murni 7<br />Larut dalam 95% etil alcohol<br />Larut dalam etil eter<br />Pelarut yang baik<br />Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat<br />Lebih bersifat reduktor daripada oksidator<br />Reaksi dengan logam besi menghasilkan Fe3O4<br />3Fe + 4H2O Fe3O4 + 4H2<br />3.1.3. Metil Jingga<br />a.Sifat fisika<br />Berat molekul : 372,33 gr/mol<br />Berbentuk bubuk berwarna merah atau kuning orange<br />Pada suhu kamar berbentuk larutan <br />Rumus molekul : (CH3)2NC6H4N2C6H4SO3Na<br />Spesifik garvitasi : 1<br />Tidak berbau<br />b.Sifat kimia<br />Trayek pH 3,1 – 4,4<br />Berwarna merah dalam asam<br />Stabil saat penggunaan maupun penyimpanan<br />Tidak menguap pada suhu 70 F<br />Terurai menghasilkan Cox, NOx, dan Sox<br />Larut dalam air<br /><br />3.2 Alat<br />3.2.1 Nama Alat <br /> 1. Statif,<br />Fungsi : sebagai penjepit buret<br /> 2. Buret, <br />Fungsi : sebagai alat pentiter<br /> 3. Erlenmeyer, <br />Fungsi : sebagai wadah larutan yang akan dititrasi<br /> 4. Gelas ukur, <br />Fungsi : sebagai penakar volume yang akan digunakan<br />5. Beaker Gelas, <br />Fungsi : sebagai penakar larutan yang akan digunakansebagai wadah larutan<br />6. Corong kaca, <br />fungsi : untuk menuang larutan ke alat bermulut kecil<br />7. Pipet tetes, <br />Fungsi : untuk mengmbil larutan dalam jumlah sedikit<br /><br />3.2.2 Gambar Peralatan<br /> <br /> <br /><br /> <br /><br /><br /><br /> Statif Gelas ukur Beaker Glass<br /><br /><br /> <br /><br /><br /> Pipet tetes Erlen meyer corong<br /><br /> <br /> Buret<br /><br />Gambar 3.1 Peralatan Analisa Air<br /><br /><br />3.3 Prosedur Praktikum<br />Analisa Alkalinitas<br />1.100 ml larutan sampel dimasukkan ke erlenmeyer<br />2.3 tetes metil orange ditambahkan ke larutan<br />3.Larutan dititrasi dengan H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna orange<br />4.Volume H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna orange<br />5.Kadar alkalinity dihitung dengan rumus:<br /> V H2SO4 x N H2SO4<br />Alkalinitas (mg CaCO3/L) = ---------------------- x 1000 x 50,4<br /> Volume sample<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.4 Flowchart<br />3.4.1 Flowchart Analisa Alkalinitas Sampel “Aqua”<br /><br /><br /><br />Gambar 3.2. Flowchart Analisa Alkalinitas Aqua<br /><br /><br />3.4.2 Flowchart Analisa Alkalinitas Sampel “Air Sungai Kenanga Raya”<br /><br /><br /><br />Gambar 3.3. Flowchart Analisa Alkalinitas Air Sungai Kenanga Raya<br /><br /><br /><br />BAB IV<br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />4.1 Hasil<br />I. Air Sungai Kenanga Raya<br />Tabel 4.1 Data Analisa Air Sungai<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />II. Air Aqua<br />Tabel 4.2 Data Analisa Air Sungai<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4.2 Pembahasan<br /><br />Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. <br />Kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan selama percobaan sehingga mempengaruhi nilai dari alkalinitas sample yang di ukur, yaitu :<br />1. Pembacaan buret yang tidak tepat ketika berlangsungnya titrasi, mengakibatkan volume zat pentiter tidak tepat sehingga hasil analisa yang diperoleh tidak akurat.<br />2. Praktikan kurang berhati-hati saat melakukan percobaan, misalnya sering terjadi kelebihan beberapa tetes larutan pentiter saat titrasi sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak tepat.<br />3. Bahan atau larutan yang digunakan seperti larutan standar mungkin sudah terkontaminasi dan kadaluarsa.<br /><br />Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Sungai Kenaga Raya :<br /><br />Gambar. 4.1 Grafik Volume H2SO4 terhadap titrasi Air Sungai Kenanga Raya<br /><br />Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Aqua : <br /><br />Gambar. 4.2 Grafik Volume H2SO4 terhadap titrasi Air Aqua<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PENUTUP<br /><br />5.1 Kesimpulan<br /> Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari percobaan ini adalah :<br />1. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air.<br />2. Alkalinitas Air Sungai Kenanga Raya Lebih besar dari pada air Aqua<br />3. Alkalinitas dari air aqua yang diperoleh dari percobaan ini adalah 362,88 mg/L<br />4. Alkalinitas dari iar sungai Kenaga Raya yang diperoleh dari percobaan ini adalah 831,6 mg /L<br /><br /><br />5.2Saran <br />Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum ini adalah :<br />1.Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil akhir agar galat yang ada tidak besar .<br />2.Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini.<br />3.Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Anonim , 2009. Aqua. http://danoneaqua.com. 29 Agustus 2009<br />Anonim , 2009. Air Minum yang Layak. http://healtylife.blogsopt.com <br />29 Agustus 2009<br />Anonim , 2009. Alkalinitas. http://maswira-weblog.com. 30 Agustus 2009<br />Anonim , 2009. Kesadahan. http://o-fish.wordpress.com. 30 Agustus 2009<br />Anonim , 2009.UU Menteri Negara lingkungan Hidup. http://persembahanku.files-wordpress.com. 30 Agustus 2009<br />Anonim , 2009.Air. http://wikipedia.com. 30 Agustus 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN A<br />DATA PERCOBAAN<br /><br />I. Air Sungai Kenanga Raya<br />Tabel A-1 Data Analisa Air Sungai<br /><br /><br /><br />II. Air Aqua<br />Tabel A-2 Data Analisa Air Aqua<br /><br /> <br />Keterangan : Sampel I : Air Sungai Kenaga Raya<br /> Sampel II : Air Aqua<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN B<br /> PERHITUNGAN<br /><br /><br />I. Air Sungai Kenanga Raya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />II. Air Aqua<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN C <br />PETA PENGAMBILAN SAMPEL<br /><br /><br /><br />Gambar C.1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel<br />Air Sungai Kenanga Raya<br /><br /><br />LAMPIRAN D<br />FOTO LOKASI SAMPEL<br /><br /><br />Gambar D.1 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Kenanga Raya<br /><br />Gambar D.2 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Kenanga Raya<br /><br />Gambar D.3 Praktikan Saat Pengambilan Sampel Air Sungai<br /><br />Gambar D.4 Praktikan Dan Sampel Air Sungai Kenangan Rayalaporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8854683371348824362.post-18156288162329349562009-10-18T03:28:00.000-07:002009-11-11T03:05:09.737-08:00PERMANGANOMETRILAPORAN PRAKTIKUM<br />KIMIA ANALISA<br /><br />Semester : III<br />Kelompok : II ( Dua )<br />Judul percobaan : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri <br />Tanggal percobaan : 5 September 2009<br /><br /><br />NAMA<br />NIM<br />DEDY ANWAR<br />080405009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />MEDAN <br />2009<br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />NAMA / NIM : Dedy Anwar<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri<br />TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br /> (Haryanto Manurung)<br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENUGASAN<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009<br /> Andriani Dewi / 080405030<br /> Juliananta Sitepu / 080405060<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri<br />TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten, <br /><br /><br />(Haryanto Manurung)<br /><br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri, dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.<br /> Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.<br /> Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.<br /> Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.<br /> Medan, 10 September 2009<br /> Penulis,<br /> <br /> Dedy Anwar<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Tujuan dari percobaan Penentuan Fe dengan Cara Permanganometri adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe, kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N, asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N, asam sulfat (H2SO4) 6 N dan asam fosfat (H3PO4) 85%. Sedangkan alat yang digunakan yaitu satu set alat standardisasi, pemanas, gelas ukur, erlenmeyer dan pipet volum. Prosedur percobaan ini adalah penyiapan larutan kalium permanganat 0,1 N kemudian standarisasi kalium permaganat dengan cara mentitrasi larutan tersebut menggunakan asam sulfat 6 N dan menentukan kadar besi dengan cara mentitrasi sampel menggunakan larutan kalium permanganat. Dari percobaan ini menunjukan bahwa kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel adalah 0,002 N, dan % ralat Fe sebesar 99 %. <br /><br />Kata Kunci : Titrasi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR i<br />ABSTRAK ii<br />DAFTAR ISI iii<br />DAFTAR GAMBAR v<br />DAFTAR TABEL . vi<br />BAB I PENDAHULUAN 1<br />1.1 Latar Belakang 1<br />1.2 Perumusan Masalah 1<br />1.3 Tujuan Percobaan 1<br />1.4 Manfaat Percobaan 1<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3<br /> 2.1 Pengertian Permanganometri 3<br /> 2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri 6<br /> 2.3 Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 6<br /> 2.4 Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri . 7<br /> 2.5. Aplikasi Permanganometri 8<br />BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11<br /> 3.1. Bahan 11<br /> 3.1.1. Kalium Permanganat (KMnO4) 11<br /> 3.1.2. Asam Oksalat (H2C2O4) 11<br /> 3.1.3. Asam Fosfat 12<br /> 3.1.4. Asam Sulfat (H2SO4) 12<br /> 3.1.5. Besi (Fe) 13<br /> 3.1.6 Air (H2O) 14<br /> 3.2. Alat 14<br /> 3.2.1 Nama Alat dan Fungsi 14<br /> 3.2.2 Gambar Rangkaian Peralatan 16<br /> 3.3. Prosedur Percobaan 17<br /> 3.3.1. Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 17<br /> 3.3.2. Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 17<br /> 3.3.3. Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe) 17<br /> 3.4. Flowchart 18<br /> 3.4.1. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 18<br /> 3.4.2. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 19<br /> 3.4.3. Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe) 20<br />BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21<br /> 4.1. Hasil Percobaan 21<br /> 4.1.1. Penyiapan Larutan KMnO4 21<br /> 4.1.2. Standarisasi Larutan KMnO4 21<br /> 4.1.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21<br /> 4.2. Pembahasan 22<br />BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 23<br /> 5.1. Kesimpulan 23<br /> 5.2. Saran 23<br />DAFTAR PUSTAKA 24<br />LAMPIRAN A 25<br />LAMPIRAN B 26<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR GAMBAR<br /><br />Gambar 2.1. Skema Komponen Utama Permanganometri 6<br />Gambar 2.2. Sistem Pengolahan Air Asin Bergerak 9<br />Gambar 3.1.a. Peralatan Permanganometri 16<br />Gambar 3.1.b. Rangkaian Peralatan Titrasi 16<br />Gambar 3.2. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 18<br />Gambar 3.3. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 19<br />Gambar 3.4. Flowchart Penentuan Kadar Fe 20<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR TABEL<br /><br />Tabel 2.1. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 7<br />Tabel 4.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 21<br />Tabel 4.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 21<br />Tabel 4.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21<br />Tabel A.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 25<br />Tabel A.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 25<br />Tabel A.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 25<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />1.1. Latar Belakang<br />Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).<br /> Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.<br /> Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman praktikan (Anonim, 2009.c).<br />.<br />1.2. Perumusan Masalah<br />Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi dar larutan kalium permanganat KMnO4 dengan prinsip titrasi Permanganometri.<br /><br />1.3. Tujuan Percobaan<br />Tujuan dari percobaan Permanganometri adalah untuk menentukan kadar dari kalium permanganat KMnO4 secara praktek dengan titrasi KMnO4 tersebut terhadap larutan asam oksalat dihidrat H2C2O4.2H2O.<br /><br />1.5. Manfaat Percobaan<br />Manfaat dari percobaan Permanganometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara Permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi-reduksi yang dimlikinya sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.<br /><br />1.4. Ruang Lingkup Percobaan<br />Percobaan analisa kuantitatif Permanganometri dilaksanakan di laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan <br /> 1. Temperatur udara : 30oC <br /> 2. Tekanan udara : 760 mmHg.<br />Bahan yang digunakan yaitu larutan asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) 250 ml 2 N sebagai larutan yang akan dititrasi, larutan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai larutan pentiter (larutan standar), dan larutan asam sulfat (H2SO4) 1 M yang berfungsi untuk membuat suasana asam. Alat-alat yang digunakan antara lain : buret, statif besi, pipet tetes, gelas ukur, beaker gelas, erlenmeyer, kasa asbes, bunsen, dan termometer.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />2.1. Pengertian Permanganometri<br /> Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (anonim, 2009.d).<br /> Pada permanganometri titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. <br /> Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida.<br /> Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .Reaksi dalam suasana netral yaitu :<br />MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O<br /> Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan<br />Reaksi dalam suasana alkalis :<br />MnO4- + 3e → MnO42-<br />MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-<br />MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH-<br />Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.<br />Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan<br />3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+<br />Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .<br /> Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.<br />Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.<br />Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .<br /> Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (anonim,2009.c).<br /> Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau.<br /> Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.<br /> Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :<br />(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.<br />(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. (anonim,2009.a)<br /><br /><br /><br /><br />2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri<br />Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis besarnya terbagi atas 2 komponen utama yang secara skema dapat digambarkan sebagai berikut:<br />Permanganometri<br /><br /><br /><br /> Zat pentiter Zat yang dititer<br /> (di dalam buret) (di dalam erlenmeyer)<br /><br /> KMnO4 H2C2O4<br /><br /> Akhir titrasi : Grek zat pentiter = Grek zat yang dititer<br /> V1. N1 = V2. N2<br />Gambar 2.1 Skema Komponen Utama Permanganometri<br />(Anonim,2009.d)<br /><br />2.3. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri<br />Kalium permanganat yang digunakan pada permanganometri adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang beraneka ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:<br />a.dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih<br />MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O<br />b.dalam larutan netral, pH 4 – 10 <br />MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 ↓ + 2H2O<br />c.dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih<br /> MnO4- + e- MnO42-<br />Kebanyakan titrasi ini dilakukan dalam keadaan asam, seperti pada tabel dibawah ini:<br />Tabel 2.1. Reaksi-reaksi kimia dalam permanganometri<br />Analat<br />Reaksi separuh (oksidasi)<br />Sn2+<br />H2O2<br />Fe2+<br />Fe(CN)64-<br />H2C2O4 <br />HNO2<br />K<br /><br />Uranium(IV)<br />Vanadium(IV)<br />Antimon (III)<br />Arsenik(III)<br />Br-<br />Mo3+<br />Ti3+<br />W3+<br />Sn2+ Sn4+ + 2e-<br />H2O2 O2(g) + 2H+ + 2e-<br />Fe2+ Fe3+ +2e-<br />Fe(CN)64- Fe(CN)63-<br />H2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2e-<br />HNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2e-<br />K2Na[Co(NO2)6] + 6H2O Co2+ + 6NO3- +12H+ + 2K++ Na+ + 11e-<br />U4+ + 2H2O UO22++ 4H++ 2e-<br />VO2+ + 3H2O V(OH)4-+ 2H++ e-<br />HSbO2 + 2H2O H3SbO4<br />HAsO2+ 2H2O H2AsO4 + 2H+ + 2e<br />2Br-- Br2 + 2e-<br />Mo3++ H2O MoO22+ + 4H+ + 1e-<br />Ti3+ + 2H2O TiO2+ + 2H+ +3e-<br />W3+ + 2H2O WO22+ + 4H+ + 2e-<br />(Sumber : Anonim, 2009.d)<br />2.4. Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri<br /> Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:<br />1.Larutan pentiter KMnO4 pada buret<br />Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.<br />2.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4<br />Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.<br />MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+<br />3.Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4<br />Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.<br />H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2↑<br />H2O2 H2O + O2↑<br /> Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (anonim,2009.b).<br /><br />2.5. Aplikasi Permanganometri<br /> Sistem Pengolahan Air Asin <br />Alat pengolah air asin ada banyak macamnya. Selama ini untuk mengolah air asin dikenal dengan cara destilasi, pertukaran ion, elektrodialisis, dan osmosis balik. Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan teknologi pengolahan air asin harus disesuaikan dengan konsidi air baku, biaya yang tersedia, kapasitas dan kualitas yang diinginkan oleh pemakai air. Di antara berbagai macam teknologi tersebut yang banyak dipakai adalah teknologi destilasi dan osmosis balik. Teknologi destilasi umumnya banyak dipakai ditempat yang mempunyai energi terbuang (pembakaran gas minyak pada kilang minyak), sehingga dapat menghemat biaya operasi dan skala produksinya besar (>500 m3/hari). Sedangkan teknologi osmosis balik banyak dipakai dalam skala yang lebih kecil.<br />Keunggulan teknologi membran osmosis balik adalah kecepatannya dalam memproduksi air, karena menggunakan tenaga pompa. Kelemahannya adalah penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan kerak kapur atau posfat yang umum terdapat dalam air asin atau laut. Untuk mengatasi kelemahannya pada unit pengolah air osmosa balik selalu dilengkapi dengan unit anti pengerakkan dan anti penyumbatan oleh bakteri. Sistem membran reverse yang dipakai dapat berupa membran hollow fibre, lempeng/plate atau berupa spiral wound. Membran ini mampu menurunkan kadar garam hingga 95-98%. Air hasil olahan sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung diminum.<br />Teknologi pengolahan air asin sistem osmosis balik banyak dipakai di banyak negara seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Arab. Teknologi ini banyak dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi kota-kota tepi pantai yang langka sumber air tawarnya. Pemakai lain adalah kapal laut, industri farmasi, industri elektronika, dan rumah sakit. <br />Pada proses dengan membran, pemisahan air dari pengotornya didasarkan pada proses penyaringan dengan skala molekul. Di dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik, tidak memungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan tekanan yang sangat tinggi sekali. Pada prakteknya untuk menghasilkan air tawar, air asin atau air laut dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam suatu modul membran osmosis balik yang mempunyai dua buah pipa keluaran, yakni pipa keluaran untuk air tawar yang dihasilkan dan pipa keluaran untuk air garam yang telah dipekatkan. <br />Di dalam membran osmosis balik tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan ikut ke dalam air buangan. Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam membran osmosis balik harus mempunyai persyaratan tertentu, misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium karbonat dan lainnya.<br /><br />Gambar 2.2 Sistem Pengolah Air Asin Bergerak<br /><br />Pengolahan air minum dengan sistem osmosis balik terdiri dari dua bagian, yakni unit pengolahan awal dan unit osmosis balik. Salah satu contoh diagram proses pengolahan air dengan sistem osmosis balik dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1. Air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan awal sebelum diproses di dalam unit osmosis balik. Unit pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni pompa air baku, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 m. Sedangkan unit osmosis balik terdiri dari pompa tekanan tinggi dan membran osmosis balik, serta pompa dosing klorin dan sterilisator ultra violet (UV) (anonim,2009.e).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODOLOGI PERCOBAAN<br /><br />3.1 Bahan<br />3.1.1 Kalium Permanganat ( KMnO4 )<br />A.Sifat Fisika <br />1.Berat molekul : 197,12 gr/mol.<br />2.Titik didih : 32,350C.<br />3.Titik beku : 2,830C.<br />4.Bentuk : Kristal berwarna ungu-kehitaman<br />5.Densitas : 2,7 kg/L pada 20°C <br />B.Sifat kimia<br />1.Larut dalam metanol.<br />KMnO4 + CH3OH → CH3MnO4 + KOH<br />2.Mudah terurai oleh sinar.<br />4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH<br />3.Dalam suasana netral dan basa akan tereduksi menjadi MnO2.<br /> 4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH<br />4.Kelarutan dalam basa alkali berkurang jika volume logam alkali berlebih.<br />5.Merupakan zat pengoksidasi yang kuat.<br />6.Bereaksi dengan materi yang tereduksi dan mudah terbakar menimbulkan bahaya api dan ledakan. <br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.2 Asam Oksalat (H2C2O4)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 90,03584 gr/mol.<br />2.Berat jenis : 2,408 gr/cm3.<br />3.Bentuk : Padatan Kristal<br />4.Tak berwarna<br />5.Larut dalam air panas dan dingin.<br />B. Sifat Kimia<br />1.Didapatkan dari reaksi pemanasan gula (sukrosa) dengan oksigen.<br />C12H22O11 + 18 O 6 (COOH)2 + 5 H2O<br />2.Memiliki afinitas yang besar terhadap air.<br />3.Dapat menggantikan hidrogen dalam reaksinya dengan logam aktif. dan membentuk garam sulfat.<br />4.Dapat digunakan sebagai pembersih logam<br />5.Beracun<br />(Mulyono,2005)<br />3.1.3 Asam Fosfat (H3PO4)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 98 gr/mol.<br />2.Titik leleh : 21 0C.<br />3.Titil lebur : 42,350 C.<br />4.Bentuk : Cairan tak berwarna<br />5.Densitas : 1,83 kg/L pada 40C<br />B.Sifat Kimia<br />1.Memiliki konstanta diasosiasi K1 = 7,1 ×10–3, K2 = 6,3×10–8, dan K3 = 4,7 × 10–13.<br />2.Merupakan senyawa alkali kuat.<br />3.Merupakan asam yang lebih kuat daripada asam asetat, asam oksalat, asam borat dan asam salisilat.<br />4.Merupakan asan bervalensi 3.<br />5.Merupakan senyawa polar.<br />6.Bersifat korosif pada logam. <br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.4 Asam Sulfat (H2SO4)<br />A.Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 98 gr/mol<br />2.Titik didih : 315-338 0C<br />3.Titik lebur : 10 0C<br />4.Bentuk : Cairan Kental tak berwarna<br />5.Densitas : 1,8 kg/L pada 40C<br />B. Sifat kimia :<br />1.Merupakan asam kuat.<br />2.Bersifat korosif.<br />3.Memiliki afinitas yang sangat besar terhadap air.<br />4.Bersifat sangat reaktif.<br />5.Merupakan asam bervalensi dua.<br />6.Diperoleh dari reaksi SO3 dengan air.<br /> SO3 + H2O H2SO4<br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.5 Besi (Fe)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 55,847 gr/mol.<br />2.Titik leleh : 15370C.<br />3.Titik didih : 30000C.<br />4.Bentuk : Padatan berwarna putih abu-abu<br />5.Densitas : 7,874 kg/L pada 20 0C<br />6.Fase padat.<br />7.Berwarna metalik mengkilap keabu-abuan.<br />8.Termasuk dalam golongan logam transisi.<br />B. Sifat Kimia<br />1.Derajat keasamannya meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan oksidasinya.<br />2.Tingkat hidrolisis besi meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan valensinya.<br />3.Pada temperatur kamar, besi bersifat sangat stabil.<br />4.Tidak larut dalam asam nitrat.<br />5.Larut dalam larutan natrium hidroksida panas.<br />6.Konfigurasi elektronnya adalah 3d 6 4s 2.<br />(Mulyono,2005)<br />3.1.6 Air (H2O)<br />A.Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 18.0153 gr/mol<br />2.Titik leleh : 00C<br />3.Titik didih : 1000C<br />4.Berat jenis : 0.998 gr/cm3<br />5.Berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau.<br />6.Memiliki gaya adhesi yang kuat.<br />B.Sifat Kimia<br />1.Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat daripada hidrogen.<br />2.Merupakan senyawa yang polar.<br />3.Memiliki ikatan van der waals dan ikatan hidrogen.<br />4.Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut lainnya.<br />5.Dapat dipisahkan dengan elektrolisis menjadi oksigen dan hidrogen.<br />6.Dibentuk sebagai hasil samping dari pembakaran senyawa yang mengandung hidrogen.<br />(Mulyono,2009)<br /><br />3.2 Alat<br />3.2.1 Nama Alat dan Fungsi<br />1.Statif dan klem<br /> Fungsi : sebagai alat untuk menahan dan menjepit buret selama proses titrasi berlangsung. <br />2.Buret<br /> Fungsi : sebagai alat untuk menempatkan larutan penitrasi.<br />3.Bunsen<br /> Fungsi : sebagai sumber api untuk memanaskan larutan.<br />4.Erlenmeyer<br /> Fungsi : sebagai wadah atau tempat larutan yang akan dititrasi.<br />5.Pipet tetes <br /> Fungsi : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit.<br />6. Termometer<br /> Fungsi : untuk mengukur suhu larutan.<br />7.Gelas ukur<br /> Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.<br />8.Corong<br />Fungsi : untuk memperluas permukaan agar larutan yang dituang tidak tumpah.<br />9.Beaker glass<br />Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang digunakan atau sebagai<br />wadah suatu larutan.<br />10.Kaki tiga<br /> Fungsi : sebagai tempat meletakkan kasa penangas air.<br />11.Kasa penangas air<br />Fungsi : sebagai tempat meletakkan suatu wadah larutan yang akan di-<br />panaskan dan membatasi api dan suatu wadah larutan supaya tidak bersentuhan secara langsung.<br />12.Penangas air<br />Fungsi : sebagai wadah untuk air yang akan dipanaskan dengan api.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />6.2.2Gambar rangkaian Peralatan<br /><br /> <br /> a b<br /> Gambar 3.1 : a. Peralatan Permanganometri<br /> b. Rangkaian Peralatan Titirasi<br /><br />Keterangan gambar :<br />1. Statif dan Klem<br />2. Buret<br />3. Erlenmeyer<br />4. Beaker glass<br />5. Gelas ukur<br />6. Corong glass<br />7. Kasa penyangga<br />8. Pipet tetes<br />9. Termometer<br />10. Penanggas air<br />11. Batang Pengaduk<br /><br />3.3 Prosedur Percobaan<br />3.3.1 Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />1.Sebanyak 3,16 gram kristal KMnO4 ditimbang dan dimasukkan kedalam beker gelas.<br />2.Ditambahkan kedalam beaker gelas aquades hingga volume 200 ml.<br />3.Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.<br />4.Larutan didinginkan dan disimpan kedalam botol coklat agar tidak terkontaminasi.<br />5.Apabila larutan akan digunakan larutan harus distandarisasi terlebih dahulu.<br />3.3.2 Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />1.Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 N menggunakan pipet volume, masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.<br />2.Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 10 ml H2SO4 6 N aduk rata kemudian panaskan hingga mencapai 70-80 oC menggunakan penangas air. <br />3.Dalam keadaan panas titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga diperoleh warna merah rosa yang stabil. <br />4.Setelah warna tersebut terbentuk, catat volume KMnO4 yang terpakai.<br />5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali. <br />6.Dihitung volume KMnO4 rata-rata, konsentrasi dan % ralatnya.<br />3.3.3 Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)<br />1.Sampel yang mengandung larutan Fe2+ dipipet 15 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer. <br />2.Ditambahkan 10 ml H2SO4 dan 2 ml H3PO4 85%.<br />3.Lakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga terjadi perubahan warna merah rosa yang stabil.<br />4.Apabila warna tersebut telah terbentuk, dicatat volume KMnO4 yang terpakai.<br />5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali. <br />6.Dihitung konsentrasi Fe dalam sampel dan % ralatnya.<br /><br /><br /><br /><br />3.4 Flowchart<br />3.4.1 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />Gambar 3.2 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.4.2 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /> <br /><br /> Tidak<br /> ya<br /> <br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.3 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br />3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /> <br /><br /> Tidak<br /><br /> Ya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Kadar Fe<br />BAB IV <br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />4.1 Hasil Percobaan<br />4.1.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel 4.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4 <br />Massa KMnO4 <br />BM KMnO4<br />V Pelarut H2O<br />Konsentrasi KMnO4<br />3,16 gr<br />158,034 gr/mol<br />200 ml<br />0,1 N<br /><br />4.1.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel 4.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4<br />No<br />Volume H2C2O4<br />Volume H2SO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrasi KMnO4<br />% ralat<br /><br />NT<br />NP<br />1<br />2<br />3<br />20 ml<br />20 ml<br />20 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10,2 ml<br />9,2 ml<br />10,7 ml<br />0,1 N<br />0,05 N<br />50 %<br />Rata-rata<br />20 ml<br />10 ml<br />10,03 ml<br /><br />4.1.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)<br /> Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe<br />No<br />Volume Sampel<br />Volume H2SO4<br />Volume H3PO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrsi KMnO4<br />% Ralat<br />Nt<br />Np<br />1<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br /><br /><br /><br />0, 2 N<br /><br /><br /><br />0,002 N<br /><br /><br /><br />99 %<br />2<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,5 ml<br />3<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br />Rata-rata<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,3 ml<br /><br />4.2 Pembahasan<br />Pada percobaan titrasi permanganometri, didapatkan konsentrasi KMnO4 adalah 0,1 N dimana persen ralat KMnO4 adalah 50 % setelah pentitrasian. Pada penentuan kadar Fe didapat konsentrasi Fe sebesar 0,002 N, dan persen ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel. <br />Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ ( Day & Underwood, 1993 ).<br />MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H<br /> Untuk menentukan kadar besi dengan terlebih dahulu diubah menjadi ferrosulfat baru dioksidasi menjadi ferrisulfat (anonim,2009.f)<br />2Fe2+ + MnO- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O<br />Dari reaksi ini digunakan:<br />1.H2SO4 agar reaksi cepat dan kuantatif.<br />2.H3PO4 agar warna Fe(III) luntur dengan pembentukan kompleks tak berwarna.<br />Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan seperti ini adalah :<br />1.Dalam melakukan percobaan alat seperti buret sudah tidak bagus lagi (tidak efesien).<br />2.Pembacaan buret tidak teliti.<br />3.Zat pentiter yang digunakan dalam percobaan, normalitasnya sudah tidak tepat lagi akibat telah terkontaminasi.<br />Didalam permanganometri diperlukan larutan-larutan seperti H2SO4 dan H3PO4 sebab dalam titrasi dengan KMnO4 harus dalam suasana asam. Dalam titrasi permanganometri titrasi harus dilakukan dalam suasana asam. Oleh karena itu, digunakan asam kuat yang dapat mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasuana asam yang stabil bukan sebagai indikator karena KMnO4 bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang paling baik dan juga berfungsi mengikat air yang akan dipanaskan supaya menguap<br />BAB V<br /> KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />5.1 Kesimpulan<br />Setelah melakukan percobaan, maka praktikan dapat mengambil kesimpulan penting yaitu :<br />1.Permanganometri adalah metode titrasi menggunakan larutan KMnO4 sebagai titran.<br />2.Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 70-80oC, sehingga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,1 N dan persen ralat sebesar 50 %.<br />3.Kadar Fe yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,002 N dan persen ralat 99 %.<br />4.Dalam percobaan ini terdapat % ralat sebesar 99 %.<br />5.Larutan KMnO4 merupakan larutan yang sifatnya autoindikator sehingga dalam percobaan Permanganometri ini tidak diperlukan indikator yang lain.<br />6.Titrasi Permanganometri berlangsung dalam keadaan asam.<br /><br />5.2 Saran<br />Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :<br />1. Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.<br />2. Untuk menghindari terontaminasinya larutan KMnO4 diusahakan agar percobaan lebih cepat dilaksanakan<br />3. Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi .<br />4. Teliti melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim. 2009a. Permanganonetri http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009<br />Anonim. 2009b. Permanganometri http//-www.medicafarma.com 9 September 2009<br />Anonim. 2009c. Permanganonetri praktikum http//-www.rumahkimia.wordpress.com 11 September 2009<br />Anonim. 2009d. Permanganonetri http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009<br />Anonim. 2009e. Analisa permanganonetri http//-www.che-mistry.wordpress.org <br />11 September 2009<br />Anonim. 2009f. Laporan Permanganometri http//-sulae.blogspot.com <br /> 14 September 2009<br />Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.<br />Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.<br />Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN A<br />DATA PERCOBAAN<br /><br />LA.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel A.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4 <br />Massa KMnO4 <br />BM KMnO4<br />V Pelarut H2O<br />Konsentrasi KMnO4<br />3,16 gr<br />158,034 gr/mol<br />200 ml<br />0,1 N<br /><br />LA.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel A.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4<br />No<br />Volume H2C2O4<br />Volume H2SO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrasi KMnO4<br />% ralat<br /><br />NT<br />NP<br />1<br />2<br />3<br />20 ml<br />20 ml<br />20 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10,2 ml<br />9,2 ml<br />10,7 ml<br />0,1 N<br />0,05 N<br />50 %<br />Rata-rata<br />20 ml<br />10 ml<br />10,03 ml<br /><br />LA.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)<br /> Tabel A.3 Hasil Penentuan Kadar Fe<br />No<br />Volume Sampel<br />Volume H2SO4<br />Volume H3PO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrsi KMnO4<br />% Ralat<br />Nt<br />Np<br />1<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br /><br /><br /><br />0, 2 N<br /><br /><br /><br />0,002 N<br /><br /><br /><br />99 %<br />2<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,5 ml<br />3<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br />Rata-rata<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,3 ml<br />LAMPIRAN B<br />PERHITUNGAN<br /><br />LB.1 Pembuatan KMnO4 0,1 N<br /><br /> Jadi 3,16 gr kristal KMnO4 dilarutkan pada 200 ml air untuk mendapatkan KMnO4 0,1 N<br /><br />LB.2 Penghitungan Konsentrasi KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br />Jadi konsentrasi KMnO4 adalah 0,05 M <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LB.3 Perhitungan kadar Fe<br /><br />Sehingga konsentrasi Fe<br /><br /><br /><br /><br />Maka , <br /><br />Jadi % ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel.laporan permanganometrihttp://www.blogger.com/profile/02771794257787795037noreply@blogger.com0