Rabu, 11 November 2009

ASIDI ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA

Semester : III
Kelompok : II ( Dua )
Judul percobaan : Penentuan Asam Asetat Dengan Titrasi Asidi –
Alkalimetri
Tanggal percobaan : 21 Agustus 2009


DEDY ANWAR
080405009












LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Penentuan Kadar Asam Asetat dengan Titrasi Asidi - Alkalimetri
TGL. PERCOBAAN : 21 Agustus 2009













Medan, 2009 Asisten,


(Wulan Pratiwi)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL . vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Percobaan 1
1.4 Manfaat Percobaan 1
1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Prinsip Dasar Titrasi 3
2.2 Asidi-Alkalimetri 5
2.3 Asam Cuka 8
2.4 Aplikasi ..9
BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11
3.1. Alat Bahan dan Fungsi 11
3.1.1. Sampel (Cika) 11
3.1.2. Natrium Hidroksida 11
3.1.3. Indikator Phenolphtalein (PP) 12
3.1.4. Aquades (Air) 12
3.2. Alat dan Fungsi 13
3.3. Rangkaian Peralatan 14
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN 16
4.1. Prosedur 16
4.1.1. Penyiapan Larutan NaOH (0,6 N) 16
4.1.2. Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 16
4.2. Flowchart 17
4.2.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
4.2.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19
5.1. Hasil Percobaan 19
5.2. Pembahasan 20
BAB VI KESIMPULAN 23
6.1. Kesimpulan 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN A LA-1
LAMPIRAN B LB-1






















DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat 10
Gambar 3.1. Beaker Glass + Batang Pengaduk 14
Gambar 3.2. Pipet Tetes + Corong + Erlemmeyer 14
Gambar 3.3. Statif dan Klem + Buret + Erlenmeyer 15
Gambar 4.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
Gambar 4.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
Gambar 5.1. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Asam Asetat 20
Gambar 5.2. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel I 21
Gambar 5.3. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel II 21



















DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 19
Tabel 5.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat 19
Tabel 5.3. Perhitungan Kadar Sampel I 19
Tabel 5.4. Perhitungan Kadar Sampel II 20
Tabel LA.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N LA-1
Tabel LA.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat LA-2
Tabel LA.3. Perhitungan Kadar Sampel I LA-3
Tabel LA.4. Perhitungan Kadar Sampel II LA-4



















KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan, 6 September 2009
Penulis,


Dedy Anwar
ABSTRAK

Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya. Hasil percobaan Asidi Alkalimetri yang diperoleh adalah kadar CH3COOH praktek yang diperoleh masing-masing sebesar 7,2 %, 6,08% dan 7,7%. Dan pH sesudah titrasi adalah masing-masing sebesar 9.17, 9.16 dan 9.18


Kata Kunci : As.Asetat, Titrasi


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH).

1.2Perumusan Masalah
Bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, dan menentukan kadar asam asetat Bagaimana tahapan tahapan yang terjadi pada proses titrasi.

1.3 Tujuan Percobaan
Mempelajari dan Menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi asidi-alkalimetri.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :
1.Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.
2.Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.
3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.
4.Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari - hari
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif (Kelompok II) dengan modul percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi ruangan :
1.Temperatur : 30oC.
2.Tekanan udara : 760 mmHg
Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain sampel asam cuka, natrium hidroksida (NaOH) dan indikator phenolphtalein. Sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Prinsip Dasar Titrasi
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut
aA + tT  produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.
ntitran = nanalit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (anonim, 2009)
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.
3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit. (anonim, 2009)
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:
1.Zat harus 100% murni.
2.Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
3.Mudah diperoleh.
4.Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
5.Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Anonim, 2009).

2.2Asidi – alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”.
Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).
2.3Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.(anonim, 2009)

2.4Aplikasi
Pembuatan Asam Nitrat (HNO3) dalam Industri
Pembuatan asam nitrat skala industri memakai proses yang dinamakan “proses tekanan tunggal”. Dalam proses ini sebuah kompresor putar bertahap banyak, yang mempunyai pendingin di antara tahap-tahapnya, digerakkan oleh turbin uap dan turbin pemulih tenaga yang disebutkan alat ekspansi gas sisa (tail gas expander). Pendingin antara tahap diatur sedemikian rupa agar suhu keluar adalah sekitar 230oC pada 1MPa.
Udara keluar dibelah, 85% masuk ke dalam konverter dan 15% ke dalam penukar kalor dan kolom putih. Udara tekan yang panas itu dicampur dengan amonia lewat panas dan dikirim ke konverter yang beroperasi pada tekanan 800 sampai 950 kPa. Campuran udara dan amonia yang mengandung kira-kira 10% amonia, dilewatkan melalui 30 lapisan kaca 80 mesh yang terbuat dari platina kurang lebih 10% rhodium. Pembakaran berlangsung cepat dengan suhu keluar mencapai 940oC. Konversi menjadi NO adalah 94-95% dan diperlukan 62 gram paduan platina per ton metrik kapasitas harian asam. Suhu gas dan konsentrasi amonia yang masuk reaktor merupakan dua parameter yang sangat menentukan.
Pada konsentrasi amonia 11,5% sampai 12% bisa terjadi ledakan. Gas masuk harus mempunyai suhu sedikitnya 205oC dan sebaiknya 230oC agar lapisan pertama kaca itu tetap berada pada suhu reaksi. Pada konsentrasi amonia 10% kenaikan suhu adiabatik adalah 710oC, sehingga konsentrasi amonia dibatasi pada 10%. Umur katalis biasanya 6-10 minggu; hal ini terutama adalah akibat erosi. Dengan demikian, biaya katalis mencapai $5 per ton metrik HNO3 100% yang dihasilkan. Pelet yang mengandung Kobalt Trioksida juga digunakan sebagai katalis, tetapi konversinya agak rendah.
Gas keluar dari konverter dilewatkan melalui pemanas, lanjut uap, ketel uap kalor limbah dan pemanas gas sisa dan keluar pada suhu 2000C. Gas itu kemudian dilewatkan melalui pendingin kondensor yang menghasilkan HNO3 40% sampai 45% sebagai produk yang mengandung 40% nitrogen terikat. Baik gas keluar yang sudah diinginkan maupun asam nitrat encer, keduanya dilewatkan melalui absorber, masih pada tekanan penuh sebesar 980 kPa. Absorber-absorber itu adalah suatu kolom piring tudung-gelembung atau piring tapis dengan gelungan pendingin diatas setiap 20-50 piring. Gas masuk dari bawah asam nitrat encer agak ke atas pada kolom dan air dingin masuk dari atas. Suhu gas yang keluar bersuhu sekitar 10oC. Pada kolom ini terdapat dua titik cekik (pinch point) yang diakibatkan oleh masalah kinetiknya. Di dekat dasar, laju reoksidasi NO cukup lambat karena asam pekat yang terdapat disitu menghalangi absorbsi NO2 sehingga tidak dapat berlangsung lambat. Di dekat puncak kolom, konsentrasi NOx dan oksigen menjadi sangat rendah, sehingga gaya dorong untuk absorbsi itu kecil saja.
Asam yang keluar dari dasar kolom mengandung sedikit NOx terutama N2O4 (tak berwarna) tetapi ada juga NO2 yang berwarna merah. Gas ini diputihkan (bleach) dengan melewatkannya melalui kolom, berlawanan arah dengan udara primer sebanyak 15% (yang diperlukan untuk oksidasi NO menjadi NO2) yang dibocorkan dari kompresor udara. Beberapa pabrik ada yang mempunyai bagian pemutih dibawah kolom absorber utama.


Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat
Anonim, 2009
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN

3.1Alat Bahan dan fungsi
3.1.1 Sampel ( Cuka )
Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.
Sifat fisika :
1.Rumus molekul : CH3COOH
2.Massa molar : 60.05 g/mol
3.Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan
1.266 g cm−3, padatan
4.Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
5.Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.Melarut dengan mudah dalam air
2.Bersifat higroskopik dan korosif
3.Asam asetat merupakan asam lemah.
4.Asam asetat merupakan monobasic.
5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.
6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.
7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
(anonim, 2009)
3.1.2Natrium Hidroksida
Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : NaOH
2.Densitas dan fase : 2.100 g cm−3, cairan
3.Titik lebur : 318 °C
4.Titik didih : 1390 °C
5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO2
2.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air
3.Merupakan larutan basa kuat
4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik
5.Tidak Berbau
(mulyono, 2008)
3.1.3 Indikator Phenolphtalein (PP)
Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : C20H14O4
2.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna
3.Massa jenis : 1,227
4.Berbentuk larutan
5.Merupakan asam lemah
6.Larut dalam air
Sifat kimia :
1.Trayek pH 8,2 – 10
2.Merupakan indikator dalam analisa kimia
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator
4.Larut dalam 95% etil alkohol
5.Asam dwiprotik
6.Tidak berwarna saat asam
7.Berwarna merah rosa saat basa
(mulyono, 2009)
3.1.4 Aquades (air)
Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOH
Sifat fisika Air :
1.Rumus molekul : H2O
2.Massa molar : 18.0153 g/mol
3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan
a.0.92 g/cm³, padatan
4.Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF)
5.Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau
(mulyono, 2009)
Sifat Kimia Air :
1.Pelarut yang baik
2.Memiliki pH 7 (netral)
3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.
4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.
5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah.
Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2
(anonim, 2009)

3.2Alat dan fungsi
1. Pipet tetes
Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
3. Statif dan klem
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
5. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer
7.Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.

3.3Rangkaian Peralatan




Gambar 3.1 Beaker Glass + Batang pengaduk untuk tempat melarutkan pentiter yaitu NaOH






Gambar 3.2 Pipet tetes + corong + Erlenmeyer sebagai tempat sampel dan pencampurn indikator







Gambar 3.3 Statif dan klem + Buret + Erlen meyer yaitu peralatan untuk melakukan titirasi























BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN

4.1Prosedur
4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0.6 N
Cuci dan bilas botol 500 ml
Bila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.
Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok sampai larut.
4.1.2 Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Sampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer
Tambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebut
Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi Merah Rosa yang stabil.
Catat volume NaOH yang terpakai.
Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.
Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II













4.2Flowchart
4.2.1 Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N



























Gambar 4.1 Flowchart Persiapan Larutan NaOH 0,6 N


4.2.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka















Tidak

Ya











Gambar 4.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N


Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat
No
V CH3COOH
V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
pH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,27 M
7,2 %
9,17


Tabel 4.3 Perhitungan Kadar Sampel I
No
V sampel I
V NaOH
Konsentrasi Sampel I
Kadar Sampel I
pH
1
25 ml
43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2
25 ml
46,5 ml
Rata-rata
25 ml
44,75 ml
1,074 M
6,08 %
9,16



Tabel 4.4 Perhitungan Kadar Asam Asetat
No
V sampel II
V NaOH
Konsentrasi sampel II
Kadar sampel II
pH
1
25 ml
56,3 ml
1,36M
7,7%
9,18
2
25 ml
57,2 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,36M
7,7%
9,18


4.2 Pembahasan
Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang kadarnya dapat ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang digunakan sebagai sampel dengan merek: Cap bintang
Kurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh









.


Volume NaOH
Gambar 4.1 Grafik perubahan pH asam Asetat
Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH






Volume NaOH

Gambar 4.2 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel I

Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH









Volume NaOH

Gambar 4.3 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel II

Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut sebesar 5 %. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.
3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.
4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator



















BAB V
KESIMPULAN

5.1Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam teori kadar asam cuka sebesar 5 %.
2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009 a. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org
26 agustus 2009
Anonim.2009 b. Air. http://id.wikipedia.org
26 agustus 2009
Anonim.2009 c. Titrasi Asam Basa. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009d. Analisis Volumetri atau Titrimetri. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009 e. Kumpulan laporan praktikum. http://sulae.blogspot.com
26 agustus 2009
Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima: Erlangga. Jakarta
HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta






















LAMPIRAN
A











LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

LA. 1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N


LA.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat
No
V CH3COOH
V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
pH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,27 M
7,2 %
9,17


LA.3 Perhitungan Kadar Sampel I
No
V sampel I
V NaOH
Konsentrasi Sampel I
Kadar Sampel I
pH
1
25 ml
43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2
25 ml
46,5 ml
Rata-rata
25 ml
44,75 ml
1,074 M
6,08 %
9,16




LA. 4 Perhitungan Kadar Asam Asetat
No
V sampel II
V NaOH
Konsentrasi sampel II
Kadar sampel II
pH
1
25 ml
56,3 ml
1,36M
7,7%
9,18
2
25 ml
57,2 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,36M
7,7%
9,18































LAMPIRAN
B














LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

LB. 1 . Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH 0,6 N

M =
M =
9600= 1000. massa
Massa = 9,6 gram


LB. 2. Perhitungan kadar Asam Asetat

Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 53 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 53 ml
M asetat =
M asetat = 1.27 M

Kadar Asam Asetat =
=
= 7,2 %

LB. 3. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] =
[H+] =
= 4,78 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,78 x 10-3]
= 3 – log 4,78
= 2,32
b.Pada penambahan 10 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 6 31.8 -
r : 6 6 6
s : 0 25.8 6

[H+] =
=
= 7,74 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [7,74 x 10-5]
= 5 – log 7,74
= 4,11
c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 12 31.8 -
r : 12 12 12
s : 0 19,8 12

[H+] =
=
= 2,97 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [2,97 x 10-5]
= 5 – log 2,97
= 4,53
d.Pada penambahan 30 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 18 31.8 -
r : 18 18 18
s : 0 13,8 18

[H+] =
=
= 1,386 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [1,386 x 10-5]
= 5 – log 1,386
= 4,86
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 24 31.8 -
r : 24 24 24
s : 0 7,8 24

[H+] =
=
= 0,58 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,58 x 10-3]
= 3 – log 0,58
= 5,24
f.Pada penambahan 50 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmol
mol NaOH = 50 ml x 0,6 = 30 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 30 31.8 -
r : 30 30 30
s : 0 1,8 30

[H+] =
=
= 0,108 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,108 x 10-3]
= 3 – log 0,108
= 5,97
g.Pada penambahan 53 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
31,8 mol = M CH3COOH x 78 ml
M CH3COOH = 0,4 M
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 31,8 31.8 -
r : 31,8 31,8 31,8
s : 0 0 31,8

[OH-] =
=
= 1,48 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,48 x 10-3]
= 5 – log 1,48
= 4,83
pH = 14 – pOH
= 14 – 4,83
= 9,17


LB. 4. Perhitungan kadar Asam Asetat (Sampel I)

Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 44,75 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 44,75 ml
M asetat =
M asetat = 1.074 M

Kadar Asam Asetat =
=
= 6,08 %


LB. 5. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] =
[H+] =
= 4,39 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,39 x 10-3]
= 3 – log 4,39
= 2,36
b.Pada penambahan 10 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 6 26,85 -
r : 6 6 6
s : 0 20.85 6

[H+] =
=
= 6,25 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [6,25 x 10-5]
= 5 – log 6,25
= 4,21

c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 12 26,85 -
r : 12 12 12
s : 0 14.85 12

[H+] =
=
= 2,23 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [2,23 x 10-5]
= 5 – log 2,23
= 4,65
d.Pada penambahan 30 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 18 26,85 -
r : 18 18 18
s : 0 8.85 18

[H+] =
=
= 0,88 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,88 x 10-5]
= 5 – log 0,88
= 5,05
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol
mol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 24 26,85 -
r : 24 24 24
s : 0 2.85 24

[H+] =
=
= 0,216 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,216 x 10-5]
= 5 – log 0,216
= 5,66
f.Pada penambahan 44,75 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
26,85 mol = M CH3COOH x 69,75 ml
M CH3COOH = 0,38 M
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 26,85 26,85 -
r : 26,85 26,85 26,85
s : 0 0 26,85

[OH-] =
=
= 1,45 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,45 x 10-3]
= 5 – log 1,45
= 4,84
pH = 14 – pOH
= 14 – 4,84
= 9,16

LB. 6. Perhitungan kadar Asam Asetat (sample II)

Volume astetat : 25 ml
Volume NaOH rataan : 56,75 ml
M NaOH : 0,6 N
M asetat x V asetat = M NaOH x V NaOH
M asetat x 25 ml = 0.6 N x 56,75 ml
M asetat =
M asetat = 1.362 M

Kadar Asam Asetat =

=

= 7,7 %

LB. 7. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] =
[H+] =
= 4,74 x 10-3
pH = -log [H+]
= -log [4,74 x 10-3]
= 3 – log 4,74
= 2,33
b.Pada penambahan 10 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 6 34,05 -
r : 6 6 6
s : 0 28,05 6

[H+] =
=
= 8,4 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [8,4 x 10-5]
= 5 – log 8,4
= 4,08
c.Pada penambahan 20 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 12 34.05 -
r : 12 12 12
s : 0 22,05 12

[H+] =
=
= 3,3 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [3,3 x 10-5]
= 5 – log 3,3
= 4,48

d.Pada penambahan 30 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 18 34,05 -
r : 18 18 18
s : 0 16,05 18

[H+] =
=
= 1,6 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [1,6 x 10-5]
= 5 – log 1,6
= 4,8
e.Pada penambahan 40 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 24 34,05 -
r : 24 24 24
s : 0 10,05 24

[H+] =
=
= 0,756 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,756 x 10-3]
= 3 – log 0,756
= 5,12

f.Pada penambahan 50 ml NaOH
mol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmol
mol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 30 34.05 -
r : 30 30 30
s : 0 4,05 30

[H+] =
=
= 0,243 x 10-5
pH = -log [H+]
= -log [0,243 x 10-3]
= 3 – log 0,243
= 5,61
g.Pada penambahan 53 ml NaOH
mol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH
34,05 mol = M CH3COOH x 81,75 ml
M CH3COOH = 0,42 M
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
m : 34,05 34,05 -
r : 34,05 34,05 34,05
s : 0 0 34,05

[OH-] =
=
= 1,51 x 10-5
pOH = -log [OH+]
= -log [1,51 x 10-3]
= 5 – log 1,51
= 4,82
pH = 14 – pOH
= 14 – 4,82
= 9,18

Selasa, 20 Oktober 2009

ANALISA AIR

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA

Semester : III (Tiga)
Kelompok : II ( Dua )
Judul percobaan : ANALISA AIR
Tanggal percobaan : 29 Agustus 2009


NAMA : DEDY ANWAR
NIM : 080405009












LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : ANALISA AIR
TGL. PERCOBAAN : 29 Agustus 2009













Medan, 2009 Asisten,


(Indra Azmi Marpaung)



LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN
NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009
Andriani Dewi / 080405030
Juliananta Sitepu / 080405060
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : ANALISA AIR
TGL. PERCOBAAN : 29 Agustus 2009












Medan, 2009 Asisten,


(Indra Azmi Marpaung)



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Analisa Air dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc..
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan, 1 September 2009
Penulis,

Dedy Anwar


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Analsia air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik.
Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum (anonim, 2009).

1.2Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada percobaan analisa air adalah bagaimana cara menentukan alkalinitas air.

1.3Tujuan
Tujuan percobaan analisa air, antara lain:
1.Mempelajari beberapa cara penganalisaan air.
2.Mengetahui standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia
3.Mengetahui cara-cara pengambilan sampel untuk penganalisaan air.



1.4Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan ini antara lain dapat mengetahui cara menganalisa air, Dan dapat menentukan kadar alkalinity air, serta dapat menganalisa kualitas sampel air yang diuji.

1.5Ruang Lingkup
Percobaan analisa air dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan keadaan ruangan bersuhu 30oC dan tekanan udara 760 mmHg.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain air sungai Kenanga Raya, Medan, air minum kemasan “Aqua” indikator metil jingga, dan H2SO4 0,02 N. Peralatan-peralatan yang digunakan antara lain buret, statif, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, corong, dan pipet tetes.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sampel
Air merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat, proses penyebaran, dan kebiasaan alami air dikenal dengan hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu untuk percabangan teknik sipil, dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air dan penyaluran kotoran, sistem pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan sungai, dan pengendalian banjir dan tenaga air (anonim, 2009).
2.1.1 Air Sungai (“Kenaga Raya”)
Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju samudera, danau, Laut atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap kedalam tanah sebelum menemukan badan air lainya. Dengan melalui sungai adalah cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau .
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologis. Air dalam sundai umumnya terkumpul dari presipitasi seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan dibeberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan Es/salju. Selain itu air juga mengalirkan sidimen dan polutan (Anonim.2009).
Sungai Kenanga Raya terletak di daerah Tanjung Mulia kota Medan. Sungai yang berada di tengah – tengah kota Medan ini memiliki kondisi yang sangat mengkhawatirkan sekali. Ketika praktikan mengampil sampel kesana. Ketika itu sungai dalam kondisi normal, artinya airnya tidak pasang, tidak surut dan tidak keruh, sebenarnya airnya tidak jernih akibat banyaknya sampah dan aliran limbah rumah tangga ke sungai.
2.1.2 Air Minum Kemasan (“Aqua”)
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu.
Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 ltr atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).
Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non mineral biasanya dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air pengunungan (anonim,2009).
Air “Aqua” telah melewati proses pemurnian secara alami selama perjalanannya dari pegunungan hingga mencapai sumber mata air bawah tanah. Sepanjang perjalanannya ini, air menyerap mineral dan menjaga keseimbangannya sebagaimana di sumber mata air asalnya, yang merupakan mineral penting bagi kesehatan tubuh.
Sumber mata air yang dipilih tidaklah sembarangan. Aqua berasal dari sumber mata air terpilih yang mewakili sebagian dari sumber mata air alami terbaik di Indonesia. Menemukan mata air yang sesuai kriteria Aqua bukanlah pekerjaan mudah. Pada saat menemukan sumber mata air alami, harus dipastikan bahwa setiap sumber mata air pegunungan harus memenuhi 9 poin kriteria yang kemudian melewati 5 tahap proses seleksi yang ketat sebelum akhirnya dapat dijadikan sumber mata air untuk Aqua (anonim, 2009).

2.2 Alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Anonim 2009).
Tabel 2.1 Kualitas air berdasarkan alkalinitas (Swingle, 1968)
Alkalinitas (mg/l)
Kondisi perairan
0 – 10
Tidak dapat dimanfaatkan
10 – 50
Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2 rendah, pH bervariasi, dan perairan kurang produktif
50 – 200
Alkalinitas sedang, pH bervariasi, CO2 sedang, produktivitas sedang
>500
pH stabil, produktivitas rendah, ikan terancam



2.3 Kesadahan Air
Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida selalu ada di dalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil. Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu, sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan di air setelah penapisan, seperti pelembut lime soda ash. Bikarbonat adalah sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50 grain/gallon.
Alkalinitas. Alkalinitas dari air bisa didefinisikan sebagai kapasitasnya terhadap asam netral. Zat alkali di dalam air termasuk hidroksida. Alkalinitas dapat dideteksi oleh rasanya yang asam dan mereka menyebabkan kertas litmus merah menjadi biru (pH test paper). Konsentrasi Fosfat dan Silika jarang ditemukan di saluran alami rumah. Senyawa yang mengandung ion ini dapat digunakan dalam proses penapisan air yang bervariasi. Konsentrasi alkalinitas menengah
diinginkan oleh hampir semua sumber air untuk menyeimbangkan antara efek korosif dan asam. (anonim,2009)
Tetapi, jumlah yang berlebihan menyebabkan beberapa masalah. Ion ini tentu bebas berada di air, tetapi mereka ada di kation, seperti kalsium, magnesium, dan natrium. Anda mungkin tidak akan memperhatikan kondisi alkali karena ion bikarbonat, kecuali ada dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, anda harus siap mendeteksi alkalinitas walaupun memiliki jumlah karbonat dan ion hidroksida yang sangat kecil.
Air dengan alkali tinggi memiliki rasa seperi soda. Peraturan EPA membatasi alkalinitas dalam total padatan terlarut (500 ppm) dan beberapa lebih dibatasi oleh pH. Alkali yang memiliki kandungan mineral tinggi juga menyebabkan pengeringan yang berlebihan terhadap kulit karena pada faktanya, mereka menghilangkan kelembaban pada kulit. Masalah pada alkalinitas dapat dihilangkan oleh reverse osmosis bersama dengan total padatan terlarutnya. Metode lain juga dapat menghilangkan alkalinitas, namun metode tersebut tidak cocok digunakan untuk
perumahan dibandingkan jika menggunakan reverse osmosis. Metode ini adalah distilasi dan deionisasi. Beberapa metode lain juga dapat menghilangkan alkalinitas, namun metode ini tidak baik digunakan di rumah. Metode tersebut adalah :
1.Penghilang padatan dengan lime soda ash. Pada saat yang sama, proses ini akan mem-persipirasi jumlah yang seimbang dari alkalinitas. Pelembutan dengan lime biasanya dilarang digunakan oleh industri dan penerapan dalam skala besar lainnya. Pelembutan lime akan mengurangi total alkalinitas, pelembutan lime mengubah HCO3 menjadi C03, ion alkalinitas yang lebih kuat.
2.Anion resin yang diregenerasi oleh natrium klorida menghilangkan semua anion (karbonat, bikarbonat, sulfat, dan nitrat). Ia mengganti anion dengan persamaan kimia yang seimbang terhadap ion klorida. Kerugian dari proses ini adalah hampir semua dari kasus menghasilkan
konsentrasi ion klorida yang tinggi. Pada titik kejenuhan, resin memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan kembali konsentrasi tinggi yang dibawa anion termasuk nitrat. Untuk pemakaian
perumahan, hasil seperti ini tentu tidak diinginkan karena alkalinitas asli.
3.Pemberian asam mineral akan menetralisir alkalinitas air. Asam hidroklorin, asam sulfur, atau kombinasi dari keduanya dapat digunakan. Proses ini mengubah bikarbonat dan karbonat
menjadi asam karbon. Pada titik ini, dianjurkan untuk melakukan beberapa metode untuk mengeluarkan gas karbondioksida keluar ke atmosfer. Kerugian dari teknik ini jelas. Diperlukan kontrol yang presisi dalam proses dan kehati-hatian dalam menangani asam yang pekat (Anonim,2009).

2.4 Analisa Umum pada Air

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum Tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi, terlebih lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman penduduk, limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai, semakin mempersulit masyarakat untuk mendapatkan air yang layak untuk di minum.
Definisi air minum
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
Persyaratan air minum
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, tetapi terdapat resiko kalau air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, tetapi banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air.
Jadi, air yang akan digunakan untuk air minum tidak bisa sembarang air, misalnya di rumah anda, sumber air berasal dari air tanah, yang diambil dengan menggunakan jetpump, meskipun secara kasat mata tampak jernih, tetapi belum tentu memenuhi syarat, karena kondisi lingkungan disekitarnya akan sangat menentukan kualitas air tersebut. Untuk memastikan apakah air tanah yang ada di rumah anda memenuhi syarat untuk di minum atau tidak, sebaiknya anda membawa sampel air tersebut ke laboratorium pengujian seperti Sucofindo, atau lab-lab swasta lain yang banyak menjual jasa untuk pemeriksaan air, tapi cek juga, apakah lab yang akan anda gunakan sudah terakreditasi atau belum. Ini untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Jika lab-nya sudah terakreditasi, maka validitas hasil pengujian tentunya lebih terpercaya.
Syarat air minum tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002.. Persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, dan fisik. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung logam berat dan bakteri patogen seperti E. Coli.. Untuk lebih detil mengetahui rincian syarat air minum, anda dapat melihatnya dalam Kepmenkes tersebut (anonim,2009).
Syarat tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Artinya jika air yang akan anda gunakan memiliki bau, rasa atau warna, berarti air tersebut telah tercemar.
Syarat tidak mengandung logam berat
Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang terutama dirusak
Syarat tidak mengandung bakteri pathogen
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberpa jam, dapat menyebabkan muntaber (anonim, 2009).

2.5 Standar Baku Mutu Air
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak (anonim,2009).
Berikut baku mutu untuk kriteria air berdasarkan Kep.Men Lingkunagn Hidup :
2.5.1 Air Bersih
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
Tabel 2.2 Syarat Baku Mutu Air bersih
No.
Parameter
Satuan
Kadar Makasimum
Keterangan
A.Fisika
1
Bau
-
-
Tidak Berbau
2
Jumlah zat padat terlarut (TDS)
mg/L
1000
-
3
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
4
Rasa
-
-
Tidak Berasa
5
Suhu
0°C
Suhu Udara ±3°C
-
6
Warna
Skala TCU
15
-
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1
Air Raksa
mg/L
0,001

2
Arsan
mg/L
0,05

3
Besi
mg/L
1,0

4
Fluorida
mg/L
1,5

5
Kadmium
mg/L
0,005

6
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500

7
Klorida
mg/L
600

8
Kronium, valensi 6
mg/L
0,05

9
Mangan
mg/L
0,5

10
Nitrat, sebagai N
mg/L
10

11
Nitrit, sebagai N
mg/L
1,0

12
pH
mg/L
0,05

13
Salenium
mg/L
0,01

14
Seng
mg/L
15

15
Sianida
mg/L
0,1

16
Sulfat
mg/L
400

17
Timbal
mg/L
0,05

b. Kimia Organik
1
Aldrin
mg/L
0,0007

2
Benzen
mg/L
0,01

3
Benzo (a) pyrene
mg/L
0,00001

4
Chloroform
(total isomer)
mg/L
0,007

5
Chloroform
mg/L
0,03

6
2,4-D
mg/L
0,10

7
DDT
mg/L
0,03

8
Detergen
mg/L
0,5

9
1,2-DiCloroethene
mg/L
0,01

10
1,1-Dicloroethene
mg/L
0,0003

11
Heptachlor dan Heptachlor epoxide
mg/L
0,003

12
Hexachlorobenzene
mg/L
0,00001

13
Gamma-HCH (Lindane)
mg/L
0,004

14
Methoxychlor
mg/L
0,10

15
PentaChloropenol
mg/L
0,01

16
Pestisida total
mg/L
0,10

17
2,4,6-trichloropenol
mg/L
0,01

18
Zat organik (KmnO­4)
mg/L
10

c. Mikrobiologik
1
Total Koliform (MPN)
Jumlah per 100 ml
0
Bukan Air pipaan
2
Koliform tinja belum diperiksa
Jumlah per 100 ml
0
Bukan Air pipaan
d. Radio Aktivitas
1
Aktivitas Alpha (Gross Alpha activity)
Bg/L
0,1

2
Aktivitas Beta (Gross Beta activity)
Bg/L
1,0


Keterangan :
mg = miligram
ml = milliliter
L = Liter
Bg = Beguerel
NTU = Nepnelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut

2.5.2 Air Minum
Mengingat betapa pentingnya air minum untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
Tabel 2.3 Syarat Baku Mutu Air Minum
No.
Parameter
Satuan
Kadar Makasimum
Keterangan
A.Fisika
1
Bau
-
-
Tidak Berbau
2
Jumlah zat padat terlarut (TDS)
mg/L
1000
-
3
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
4
Rasa
-
-
Tidak Berasa
5
Suhu
0°C
Suhu Udara ±3°C
-
6
Warna
Skala TCU
15
-
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1
Air Raksa
mg/L
0,001

2
Aluminium
mg/L
0,2

3
Arsan
mg/L
0,05

4
Bakium
mg/L
1,0

5
Besi
mg/L
0,3

6
Fluorida
mg/L
1,5

7
Kadmium
mg/L
0,005

8
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500

9
Klorida
mg/L
250

10
Kronium, valensi 6
mg/L
0,05

11
Mangan
mg/L
0,1

12
Natrium
mg/L
200

13
Nitrat, sebagai N
mg/L
10

14
Nitrit, sebagai N
mg/L
1,0

15
Perak
mg/L
0,05

16
Salenium
mg/L
0,01

17
Seng
mg/L
5,0

18
Sianida
mg/L
0,1

19
Sulfat
mg/L
400

20
Sulfida (sebagai H2S)
mg/L
0,05

21
Tembaga
mg/L
1,0

22
Timbal
mg/L
0,05

b. Kimia Organik
1
Aldrin
mg/L
0,0007

2
Benzen
mg/L
0,01

3
Benzo (a) pyrene
mg/L
0,00001

4
Chloroform
(total isomer)
mg/L
0,0003

5
Chloroform
mg/L
0,03

6
2,4-D
mg/L
0,10

7
DDT
mg/L
0,03

8
Detergen
mg/L
0,05

9
1,2-DiCloroethene
mg/L
0,01

10
1,1-Dicloroethene
mg/L
0,0003

11
Heptachlor dan Heptachlor epoxide
mg/L
0,003

12
Hexachlorobenzene
mg/L
0,00001

13
Gamma-HCH (Lindane)
mg/L
0,004

14
Methoxychlor
mg/L
0,03

15
PentaChloropenol
mg/L
0,01

16
Pestisida total
mg/L
0,10

17
2,4,6-trichloropenol
mg/L
0,01

18
Zat organik (KmnO­4)
mg/L
10

c. Mikrobiologik
1
Koliform Tinja
Jumlah per 100 ml
0

2
Total Koliform
Jumlah per 100 ml
0
95% dari Sampel yang diperiksa selama setahun kadang boleh ada 3 per 100 ml sampel air. Tetapi tidak berturut-turut
d. Radio Aktivitas
1
Aktivitas Alpha (Gross Alpha activity)
Bg/L
0,1


Keterangan :
mg = miligram
ml = milliliter
L = Liter
Bg = Beguerel
NTU = Nepnelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut

2.5.3 Limbah Cair
Mengingat betapa pentingnya air. Air limbah yang dizinkan untuk dibuang ke alam dengan persyaratan, yaitu :
BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK

Tabel 2.4 Syarat Baku Mutu Air Limbah
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
Ph
-
6-9
BOD
mg/L
100
TSS
mg/L
100
Minyak dan Lemak
mg/L
10


2.6 Aplikasi Analisa Air dalam Industri

Salah satu aplikasi atau penerapan dari Analisa Air ini adalah pada proses pengolahan air perkotaan. Pengolahan air perkotaan menggunakan proses soda dingin. Dengan menggunakan proses ini, kesadahan air dapat diturunkan sampai 35 ppm jika cukup peluang diberikan untuk berlangsungnya pengendapan.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi keadaan lewat-jenuh (supersaturasi) dalam proses gamping dingin soda ialah dengan mengkontakkan lumpur yang diendapkan sebelumnya. Bila lumpur ini dikenakan pada air yang belum diolah dan bahan kimia permukaannya, atau “benih” akan membantu terjadinya pengendapan. Hasilnya berupa reaksi yang lebih cepat dan lebih lengkap yang menghasilkan partikel yang lebih besar dan lebih mudah menguap. Peralatan yang dikembangkan untuk kontak ini, dibuat oleh Infileo, Inc, yang dinamakan Accelerator. Permutit Spaulding Precipitator mempunyai dua kompartemen, satu untuk mencampur dan mengaduk air mentah dengan bahan-bahan kimia pelunak dan lumpur yang sudah terbentuk sebelumnya, dan satu lagi untuk mengendapkan dan menyaring air yang telah dilunakkan pada waktu mengalir ke atas melalui liputan lumpur yang tersuspensi. Mesin seperti ini dapat mempersingkat sedimentasi dari 4 jam menjadi kurang dari 1 jam dan biasanya juga mengurangi pemakaian bahan kimia. (anonim,2009)
Kekuatan utama tehadap proses gamping dingin soda ialah besarnya volume lumpur basah yang terbentuk. Pembuangan lumpur ini merupakan masalah dan biayanya mahal. Permutit Spicator menggunakan presipitasi (pengendapan) sebagai katalis. Hal ini dapat mengurangi volume dan kandungan sisa air lumpur. Volumenya tinggi 12 persen dari proses yang konvensional dan limbah padat yang dihasilkan hampir mempunyai pasir basah saja.

Gambar 2.1. Flowsheet Pengolahan Air Perkotaan
Deskripsi prosesnya sebagai berikut air umpan dengan kesadahan 376 ppm diaerasi kemudian disalurkan ke pelunak klasifikator bersama dengan alumunium sulfat, hidrat gamping, dan karbon aktif sehingga menghasilkan pengendapan. Air itu selanjutnya diproses di bak rekarbonasi yang hasilkan akan disalurkan ke filter pasir lalu dikloroinasi dengan kloroinator yang akhirnya menghasilkan air yang memiliki kesadahan sebesar 77 ppm. (anonim,2009)


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan

3.1.1. H2SO4 (Asam Sulfat)
a.Sifat fisika
Berat molekul : 98,08 gr/mol
Titik didih : 3400C
Titik lebur : 100C
Densitas relative : 1,8 gr/cm3
Tidak berbau
Tidak berwarna
b.Sifat kimia
Merupakan cairan yang higroskopis
Merupakan asam kuat
Bersifat korosif pada logam
Saat pemanasan, terbentuk uap beracun (SOn)
Merupakan asam bervalensi dua
Terurai dengan 95% etil alcohol
Dapat menimbulkan hujan asam : 2SO2 + O2 2SO3
SO3 + H2O H2SO4

3.1.2. Air (H2O)
a.Sifat fisika
Berat molekul : 18,016 gr/mol
Titik didih : 1000C
Titik lebur : 00C
Densitas bentuk cairan : 1 gr / cm3
Densitas bentuk es : 0.915 gr / cm3
Tidak berwarna
Bentuk kristal heksagonal
b.Sifat kimia
pH saat keadaan murni 7
Larut dalam 95% etil alcohol
Larut dalam etil eter
Pelarut yang baik
Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat
Lebih bersifat reduktor daripada oksidator
Reaksi dengan logam besi menghasilkan Fe3O4
3Fe + 4H2O Fe3O4 + 4H2
3.1.3. Metil Jingga
a.Sifat fisika
Berat molekul : 372,33 gr/mol
Berbentuk bubuk berwarna merah atau kuning orange
Pada suhu kamar berbentuk larutan
Rumus molekul : (CH3)2NC6H4N2C6H4SO3Na
Spesifik garvitasi : 1
Tidak berbau
b.Sifat kimia
Trayek pH 3,1 – 4,4
Berwarna merah dalam asam
Stabil saat penggunaan maupun penyimpanan
Tidak menguap pada suhu 70 F
Terurai menghasilkan Cox, NOx, dan Sox
Larut dalam air

3.2 Alat
3.2.1 Nama Alat
1. Statif,
Fungsi : sebagai penjepit buret
2. Buret,
Fungsi : sebagai alat pentiter
3. Erlenmeyer,
Fungsi : sebagai wadah larutan yang akan dititrasi
4. Gelas ukur,
Fungsi : sebagai penakar volume yang akan digunakan
5. Beaker Gelas,
Fungsi : sebagai penakar larutan yang akan digunakansebagai wadah larutan
6. Corong kaca,
fungsi : untuk menuang larutan ke alat bermulut kecil
7. Pipet tetes,
Fungsi : untuk mengmbil larutan dalam jumlah sedikit

3.2.2 Gambar Peralatan







Statif Gelas ukur Beaker Glass





Pipet tetes Erlen meyer corong


Buret

Gambar 3.1 Peralatan Analisa Air


3.3 Prosedur Praktikum
Analisa Alkalinitas
1.100 ml larutan sampel dimasukkan ke erlenmeyer
2.3 tetes metil orange ditambahkan ke larutan
3.Larutan dititrasi dengan H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna orange
4.Volume H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna orange
5.Kadar alkalinity dihitung dengan rumus:
V H2SO4 x N H2SO4
Alkalinitas (mg CaCO3/L) = ---------------------- x 1000 x 50,4
Volume sample


































3.4 Flowchart
3.4.1 Flowchart Analisa Alkalinitas Sampel “Aqua”



Gambar 3.2. Flowchart Analisa Alkalinitas Aqua


3.4.2 Flowchart Analisa Alkalinitas Sampel “Air Sungai Kenanga Raya”



Gambar 3.3. Flowchart Analisa Alkalinitas Air Sungai Kenanga Raya



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
I. Air Sungai Kenanga Raya
Tabel 4.1 Data Analisa Air Sungai


















II. Air Aqua
Tabel 4.2 Data Analisa Air Sungai

















































4.2 Pembahasan

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan selama percobaan sehingga mempengaruhi nilai dari alkalinitas sample yang di ukur, yaitu :
1. Pembacaan buret yang tidak tepat ketika berlangsungnya titrasi, mengakibatkan volume zat pentiter tidak tepat sehingga hasil analisa yang diperoleh tidak akurat.
2. Praktikan kurang berhati-hati saat melakukan percobaan, misalnya sering terjadi kelebihan beberapa tetes larutan pentiter saat titrasi sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak tepat.
3. Bahan atau larutan yang digunakan seperti larutan standar mungkin sudah terkontaminasi dan kadaluarsa.

Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Sungai Kenaga Raya :

Gambar. 4.1 Grafik Volume H2SO4 terhadap titrasi Air Sungai Kenanga Raya

Berikut Grafik Perbedaan Volume H2SO4 terhadap sampel, Air Aqua :

Gambar. 4.2 Grafik Volume H2SO4 terhadap titrasi Air Aqua














BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dari percobaan ini adalah :
1. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air.
2. Alkalinitas Air Sungai Kenanga Raya Lebih besar dari pada air Aqua
3. Alkalinitas dari air aqua yang diperoleh dari percobaan ini adalah 362,88 mg/L
4. Alkalinitas dari iar sungai Kenaga Raya yang diperoleh dari percobaan ini adalah 831,6 mg /L


5.2Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum ini adalah :
1.Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil akhir agar galat yang ada tidak besar .
2.Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini.
3.Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat praktikum















DAFTAR PUSTAKA


Anonim , 2009. Aqua. http://danoneaqua.com. 29 Agustus 2009
Anonim , 2009. Air Minum yang Layak. http://healtylife.blogsopt.com
29 Agustus 2009
Anonim , 2009. Alkalinitas. http://maswira-weblog.com. 30 Agustus 2009
Anonim , 2009. Kesadahan­. http://o-fish.wordpress.com. 30 Agustus 2009
Anonim , 2009.UU Menteri Negara lingkungan Hidup. http://persembahanku.files-wordpress.com. 30 Agustus 2009
Anonim , 2009.Air. http://wikipedia.com. 30 Agustus 2009




























LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

I. Air Sungai Kenanga Raya
Tabel A-1 Data Analisa Air Sungai



II. Air Aqua
Tabel A-2 Data Analisa Air Aqua


Keterangan : Sampel I : Air Sungai Kenaga Raya
Sampel II : Air Aqua














LAMPIRAN B
PERHITUNGAN


I. Air Sungai Kenanga Raya


















II. Air Aqua




















LAMPIRAN C
PETA PENGAMBILAN SAMPEL



Gambar C.1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Air Sungai Kenanga Raya


LAMPIRAN D
FOTO LOKASI SAMPEL


Gambar D.1 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Kenanga Raya

Gambar D.2 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Kenanga Raya

Gambar D.3 Praktikan Saat Pengambilan Sampel Air Sungai

Gambar D.4 Praktikan Dan Sampel Air Sungai Kenangan Raya

Minggu, 18 Oktober 2009

PERMANGANOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISA

Semester : III
Kelompok : II ( Dua )
Judul percobaan : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri
Tanggal percobaan : 5 September 2009


NAMA
NIM
DEDY ANWAR
080405009












LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009



LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri
TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009













Medan, 2009 Asisten,


(Haryanto Manurung)


LABORATORIUM KIMIA ANALISA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENUGASAN
NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009
Andriani Dewi / 080405030
Juliananta Sitepu / 080405060
KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri
TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009












Medan, 2009 Asisten,


(Haryanto Manurung)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri, dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan, 10 September 2009
Penulis,

Dedy Anwar

ABSTRAK

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Tujuan dari percobaan Penentuan Fe dengan Cara Permanganometri adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe, kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N, asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N, asam sulfat (H2SO4) 6 N dan asam fosfat (H3PO4) 85%. Sedangkan alat yang digunakan yaitu satu set alat standardisasi, pemanas, gelas ukur, erlenmeyer dan pipet volum. Prosedur percobaan ini adalah penyiapan larutan kalium permanganat 0,1 N kemudian standarisasi kalium permaganat dengan cara mentitrasi larutan tersebut menggunakan asam sulfat 6 N dan menentukan kadar besi dengan cara mentitrasi sampel menggunakan larutan kalium permanganat. Dari percobaan ini menunjukan bahwa kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel adalah 0,002 N, dan % ralat Fe sebesar 99 %.

Kata Kunci : Titrasi














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL . vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Percobaan 1
1.4 Manfaat Percobaan 1
1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Permanganometri 3
2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri 6
2.3 Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 6
2.4 Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri . 7
2.5. Aplikasi Permanganometri 8
BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11
3.1. Bahan 11
3.1.1. Kalium Permanganat (KMnO4) 11
3.1.2. Asam Oksalat (H2C2O4) 11
3.1.3. Asam Fosfat 12
3.1.4. Asam Sulfat (H2SO4) 12
3.1.5. Besi (Fe) 13
3.1.6 Air (H2O) 14
3.2. Alat 14
3.2.1 Nama Alat dan Fungsi 14
3.2.2 Gambar Rangkaian Peralatan 16
3.3. Prosedur Percobaan 17
3.3.1. Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 17
3.3.2. Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 17
3.3.3. Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe) 17
3.4. Flowchart 18
3.4.1. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 18
3.4.2. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 19
3.4.3. Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe) 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
4.1. Hasil Percobaan 21
4.1.1. Penyiapan Larutan KMnO4 21
4.1.2. Standarisasi Larutan KMnO4 21
4.1.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21
4.2. Pembahasan 22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 23
5.1. Kesimpulan 23
5.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN A 25
LAMPIRAN B 26














DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Komponen Utama Permanganometri 6
Gambar 2.2. Sistem Pengolahan Air Asin Bergerak 9
Gambar 3.1.a. Peralatan Permanganometri 16
Gambar 3.1.b. Rangkaian Peralatan Titrasi 16
Gambar 3.2. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 18
Gambar 3.3. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 19
Gambar 3.4. Flowchart Penentuan Kadar Fe 20























DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 7
Tabel 4.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 21
Tabel 4.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 21
Tabel 4.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21
Tabel A.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 25
Tabel A.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 25
Tabel A.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 25






















BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman praktikan (Anonim, 2009.c).
.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi dar larutan kalium permanganat KMnO4 dengan prinsip titrasi Permanganometri.

1.3. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Permanganometri adalah untuk menentukan kadar dari kalium permanganat KMnO4 secara praktek dengan titrasi KMnO4 tersebut terhadap larutan asam oksalat dihidrat H2C2O4.2H2O.

1.5. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan Permanganometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara Permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi-reduksi yang dimlikinya sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

1.4. Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan analisa kuantitatif Permanganometri dilaksanakan di laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan
1. Temperatur udara : 30oC
2. Tekanan udara : 760 mmHg.
Bahan yang digunakan yaitu larutan asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) 250 ml 2 N sebagai larutan yang akan dititrasi, larutan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai larutan pentiter (larutan standar), dan larutan asam sulfat (H2SO4) 1 M yang berfungsi untuk membuat suasana asam. Alat-alat yang digunakan antara lain : buret, statif besi, pipet tetes, gelas ukur, beaker gelas, erlenmeyer, kasa asbes, bunsen, dan termometer.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Permanganometri
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (anonim, 2009.d).
Pada permanganometri titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .Reaksi dalam suasana netral yaitu :
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (anonim,2009.c).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau.
Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. (anonim,2009.a)




2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri
Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis besarnya terbagi atas 2 komponen utama yang secara skema dapat digambarkan sebagai berikut:
Permanganometri



Zat pentiter Zat yang dititer
(di dalam buret) (di dalam erlenmeyer)

KMnO4 H2C2O4

Akhir titrasi : Grek zat pentiter = Grek zat yang dititer
V1. N1 = V2. N2
Gambar 2.1 Skema Komponen Utama Permanganometri
(Anonim,2009.d)

2.3. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri
Kalium permanganat yang digunakan pada permanganometri adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang beraneka ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:
a.dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
b.dalam larutan netral, pH 4 – 10
MnO4- + 4H+ + 3e- Mn­­O2 ↓ + 2H2O
c.dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih
MnO4- + e- MnO42-
Kebanyakan titrasi ini dilakukan dalam keadaan asam, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1. Reaksi-reaksi kimia dalam permanganometri
Analat
Reaksi separuh (oksidasi)
Sn2+
H2O2
Fe2+
Fe(CN)64-
H2C2O4
HNO2
K

Uranium(IV)
Vanadium(IV)
Antimon (III)
Arsenik(III)
Br-
Mo3+
Ti3+
W3+
Sn2+ Sn4+ + 2e-
H2O2 O2(g) + 2H+ + 2e-
Fe2+ Fe3+ +2e-
Fe(CN)64- Fe(CN)63-
H2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2e-
HNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2e-
K2Na[Co(NO2)6] + 6H2O Co2+ + 6NO3- +12H+ + 2K++ Na+ + 11e-
U4+ + 2H2O UO22++ 4H++ 2e-
VO2+ + 3H2O V(OH)4-+ 2H++ e-
HSbO2 + 2H2O H3SbO4
HAsO2+ 2H2O H2AsO4 + 2H+ + 2e
2Br-- Br2 + 2e-
Mo3++ H2O MoO22+ + 4H+ + 1e-
Ti3+ + 2H2O TiO2+ + 2H+ +3e-
W3+ + 2H2O WO22+ + 4H+ + 2e-
(Sumber : Anonim, 2009.d)
2.4. Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
1.Larutan pentiter KMnO4­ pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
2.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+­.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
3.Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2↑
H2O2 H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (anonim,2009.b).

2.5. Aplikasi Permanganometri
Sistem Pengolahan Air Asin
Alat pengolah air asin ada banyak macamnya. Selama ini untuk mengolah air asin dikenal dengan cara destilasi, pertukaran ion, elektrodialisis, dan osmosis balik. Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan teknologi pengolahan air asin harus disesuaikan dengan konsidi air baku, biaya yang tersedia, kapasitas dan kualitas yang diinginkan oleh pemakai air. Di antara berbagai macam teknologi tersebut yang banyak dipakai adalah teknologi destilasi dan osmosis balik. Teknologi destilasi umumnya banyak dipakai ditempat yang mempunyai energi terbuang (pembakaran gas minyak pada kilang minyak), sehingga dapat menghemat biaya operasi dan skala produksinya besar (>500 m3/hari). Sedangkan teknologi osmosis balik banyak dipakai dalam skala yang lebih kecil.
Keunggulan teknologi membran osmosis balik adalah kecepatannya dalam memproduksi air, karena menggunakan tenaga pompa. Kelemahannya adalah penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan kerak kapur atau posfat yang umum terdapat dalam air asin atau laut. Untuk mengatasi kelemahannya pada unit pengolah air osmosa balik selalu dilengkapi dengan unit anti pengerakkan dan anti penyumbatan oleh bakteri. Sistem membran reverse yang dipakai dapat berupa membran hollow fibre, lempeng/plate atau berupa spiral wound. Membran ini mampu menurunkan kadar garam hingga 95-98%. Air hasil olahan sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung diminum.
Teknologi pengolahan air asin sistem osmosis balik banyak dipakai di banyak negara seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Arab. Teknologi ini banyak dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi kota-kota tepi pantai yang langka sumber air tawarnya. Pemakai lain adalah kapal laut, industri farmasi, industri elektronika, dan rumah sakit.
Pada proses dengan membran, pemisahan air dari pengotornya didasarkan pada proses penyaringan dengan skala molekul. Di dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik, tidak memungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan tekanan yang sangat tinggi sekali. Pada prakteknya untuk menghasilkan air tawar, air asin atau air laut dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam suatu modul membran osmosis balik yang mempunyai dua buah pipa keluaran, yakni pipa keluaran untuk air tawar yang dihasilkan dan pipa keluaran untuk air garam yang telah dipekatkan.
Di dalam membran osmosis balik tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan ikut ke dalam air buangan. Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam membran osmosis balik harus mempunyai persyaratan tertentu, misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium karbonat dan lainnya.

Gambar 2.2 Sistem Pengolah Air Asin Bergerak

Pengolahan air minum dengan sistem osmosis balik terdiri dari dua bagian, yakni unit pengolahan awal dan unit osmosis balik. Salah satu contoh diagram proses pengolahan air dengan sistem osmosis balik dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1. Air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan awal sebelum diproses di dalam unit osmosis balik. Unit pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni pompa air baku, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 m. Sedangkan unit osmosis balik terdiri dari pompa tekanan tinggi dan membran osmosis balik, serta pompa dosing klorin dan sterilisator ultra violet (UV) (anonim,2009.e).




















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan
3.1.1 Kalium Permanganat ( KMnO4 )
A.Sifat Fisika
1.Berat molekul : 197,12 gr/mol.
2.Titik didih : 32,350C.
3.Titik beku : 2,830C.
4.Bentuk : Kristal berwarna ungu-kehitaman
5.Densitas : 2,7 kg/L pada 20°C
B.Sifat kimia
1.Larut dalam metanol.
KMnO4 + CH3OH → CH3MnO4 + KOH
2.Mudah terurai oleh sinar.
4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH
3.Dalam suasana netral dan basa akan tereduksi menjadi MnO2.
4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH
4.Kelarutan dalam basa alkali berkurang jika volume logam alkali berlebih.
5.Merupakan zat pengoksidasi yang kuat.
6.Bereaksi dengan materi yang tereduksi dan mudah terbakar menimbulkan bahaya api dan ledakan.
(Mulyono,2005)

3.1.2 Asam Oksalat (H2C2O4)
A. Sifat Fisika
1.Berat molekul : 90,03584 gr/mol.
2.Berat jenis : 2,408 gr/cm3.
3.Bentuk : Padatan Kristal
4.Tak berwarna
5.Larut dalam air panas dan dingin.
B. Sifat Kimia
1.Didapatkan dari reaksi pemanasan gula (sukrosa) dengan oksigen.
C12H22O11 + 18 O 6 (COOH)2 + 5 H2O
2.Memiliki afinitas yang besar terhadap air.
3.Dapat menggantikan hidrogen dalam reaksinya dengan logam aktif. dan membentuk garam sulfat.
4.Dapat digunakan sebagai pembersih logam
5.Beracun
(Mulyono,2005)
3.1.3 Asam Fosfat (H3PO4)
A. Sifat Fisika
1.Berat molekul : 98 gr/mol.
2.Titik leleh : 21 0C.
3.Titil lebur : 42,350 C.
4.Bentuk : Cairan tak berwarna
5.Densitas : 1,83 kg/L pada 40C
B.Sifat Kimia
1.Memiliki konstanta diasosiasi K1 = 7,1 ×10–3, K2 = 6,3×10–8, dan K3 = 4,7 × 10–13.
2.Merupakan senyawa alkali kuat.
3.Merupakan asam yang lebih kuat daripada asam asetat, asam oksalat, asam borat dan asam salisilat.
4.Merupakan asan bervalensi 3.
5.Merupakan senyawa polar.
6.Bersifat korosif pada logam.
(Mulyono,2005)

3.1.4 Asam Sulfat (H2SO4)
A.Sifat Fisika
1.Berat molekul : 98 gr/mol
2.Titik didih : 315-338 0C
3.Titik lebur : 10 0C
4.Bentuk : Cairan Kental tak berwarna
5.Densitas : 1,8 kg/L pada 40C
B. Sifat kimia :
1.Merupakan asam kuat.
2.Bersifat korosif.
3.Memiliki afinitas yang sangat besar terhadap air.
4.Bersifat sangat reaktif.
5.Merupakan asam bervalensi dua.
6.Diperoleh dari reaksi SO3 dengan air.
SO­3 + H2O H2SO4
(Mulyono,2005)

3.1.5 Besi (Fe)
A. Sifat Fisika
1.Berat molekul : 55,847 gr/mol.
2.Titik leleh : 15370C.
3.Titik didih : 30000C.
4.Bentuk : Padatan berwarna putih abu-abu
5.Densitas : 7,874 kg/L pada 20 0C
6.Fase padat.
7.Berwarna metalik mengkilap keabu-abuan.
8.Termasuk dalam golongan logam transisi.
B. Sifat Kimia
1.Derajat keasamannya meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan oksidasinya.
2.Tingkat hidrolisis besi meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan valensinya.
3.Pada temperatur kamar, besi bersifat sangat stabil.
4.Tidak larut dalam asam nitrat.
5.Larut dalam larutan natrium hidroksida panas.
6.Konfigurasi elektronnya adalah 3d 6 4s 2.
(Mulyono,2005)
3.1.6 Air (H2O)
A.Sifat Fisika
1.Berat molekul : 18.0153 gr/mol
2.Titik leleh : 00C
3.Titik didih : 1000C
4.Berat jenis : 0.998 gr/cm3
5.Berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau.
6.Memiliki gaya adhesi yang kuat.
B.Sifat Kimia
1.Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat daripada hidrogen.
2.Merupakan senyawa yang polar.
3.Memiliki ikatan van der waals dan ikatan hidrogen.
4.Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut lainnya.
5.Dapat dipisahkan dengan elektrolisis menjadi oksigen dan hidrogen.
6.Dibentuk sebagai hasil samping dari pembakaran senyawa yang mengandung hidrogen.
(Mulyono,2009)

3.2 Alat
3.2.1 Nama Alat dan Fungsi
1.Statif dan klem
Fungsi : sebagai alat untuk menahan dan menjepit buret selama proses titrasi berlangsung.
2.Buret
Fungsi : sebagai alat untuk menempatkan larutan penitrasi.
3.Bunsen
Fungsi : sebagai sumber api untuk memanaskan larutan.
4.Erlenmeyer
Fungsi : sebagai wadah atau tempat larutan yang akan dititrasi.
5.Pipet tetes
Fungsi : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit.
6. Termometer
Fungsi : untuk mengukur suhu larutan.
7.Gelas ukur
Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.
8.Corong
Fungsi : untuk memperluas permukaan agar larutan yang dituang tidak tumpah.
9.Beaker glass
Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang digunakan atau sebagai
wadah suatu larutan.
10.Kaki tiga
Fungsi : sebagai tempat meletakkan kasa penangas air.
11.Kasa penangas air
Fungsi : sebagai tempat meletakkan suatu wadah larutan yang akan di-
panaskan dan membatasi api dan suatu wadah larutan supaya tidak bersentuhan secara langsung.
12.Penangas air
Fungsi : sebagai wadah untuk air yang akan dipanaskan dengan api.















6.2.2Gambar rangkaian Peralatan


a b
Gambar 3.1 : a. Peralatan Permanganometri
b. Rangkaian Peralatan Titirasi

Keterangan gambar :
1. Statif dan Klem
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Beaker glass
5. Gelas ukur
6. Corong glass
7. Kasa penyangga
8. Pipet tetes
9. Termometer
10. Penanggas air
11. Batang Pengaduk

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N
1.Sebanyak 3,16 gram kristal KMnO4 ditimbang dan dimasukkan kedalam beker gelas.
2.Ditambahkan kedalam beaker gelas aquades hingga volume 200 ml.
3.Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.
4.Larutan didinginkan dan disimpan kedalam botol coklat agar tidak terkontaminasi.
5.Apabila larutan akan digunakan larutan harus distandarisasi terlebih dahulu.
3.3.2 Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N
1.Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 N menggunakan pipet volume, masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
2.Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 10 ml H2SO4 6 N aduk rata kemudian panaskan hingga mencapai 70-80 oC menggunakan penangas air.
3.Dalam keadaan panas titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga diperoleh warna merah rosa yang stabil.
4.Setelah warna tersebut terbentuk, catat volume KMnO4 yang terpakai.
5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali.
6.Dihitung volume KMnO4 rata-rata, konsentrasi dan % ralatnya.
3.3.3 Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)
1.Sampel yang mengandung larutan Fe2+ dipipet 15 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
2.Ditambahkan 10 ml H2SO4 dan 2 ml H3PO4 85%.
3.Lakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga terjadi perubahan warna merah rosa yang stabil.
4.Apabila warna tersebut telah terbentuk, dicatat volume KMnO4 yang terpakai.
5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali.
6.Dihitung konsentrasi Fe dalam sampel dan % ralatnya.




3.4 Flowchart
3.4.1 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N





















Gambar 3.2 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N








3.4.2 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N














Tidak
ya













Gambar 3.3 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N

3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)













Tidak

Ya














Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Kadar Fe
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N
Tabel 4.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4
Massa KMnO4
BM KMnO4
V Pelarut H2O
Konsentrasi KMnO4
3,16 gr
158,034 gr/mol
200 ml
0,1 N

4.1.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N
Tabel 4.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4
No
Volume H2C2O4
Volume H2SO4
Volume KMnO4
Konsentrasi KMnO4
% ralat

NT
NP
1
2
3
20 ml
20 ml
20 ml
10 ml
10 ml
10 ml
10,2 ml
9,2 ml
10,7 ml
0,1 N
0,05 N
50 %
Rata-rata
20 ml
10 ml
10,03 ml

4.1.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)
Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
No
Volume Sampel
Volume H2SO4
Volume H3PO4
Volume KMnO4
Konsentrsi KMnO4
% Ralat
Nt
Np
1
15 ml
10 ml
2 ml
0,2 ml



0, 2 N



0,002 N



99 %
2
15 ml
10 ml
2 ml
0,5 ml
3
15 ml
10 ml
2 ml
0,2 ml
Rata-rata
15 ml
10 ml
2 ml
0,3 ml

4.2 Pembahasan
Pada percobaan titrasi permanganometri, didapatkan konsentrasi KMnO4 adalah 0,1 N dimana persen ralat KMnO4 adalah 50 % setelah pentitrasian. Pada penentuan kadar Fe didapat konsentrasi Fe sebesar 0,002 N, dan persen ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ ( Day & Underwood, 1993 ).
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H
Untuk menentukan kadar besi dengan terlebih dahulu diubah menjadi ferrosulfat baru dioksidasi menjadi ferrisulfat (anonim,2009.f)
2Fe2+ + MnO- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Dari reaksi ini digunakan:
1.H2SO4 agar reaksi cepat dan kuantatif.
2.H3PO4 agar warna Fe(III) luntur dengan pembentukan kompleks tak berwarna.
Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan seperti ini adalah :
1.Dalam melakukan percobaan alat seperti buret sudah tidak bagus lagi (tidak efesien).
2.Pembacaan buret tidak teliti.
3.Zat pentiter yang digunakan dalam percobaan, normalitasnya sudah tidak tepat lagi akibat telah terkontaminasi.
Didalam permanganometri diperlukan larutan-larutan seperti H2SO4 dan H3PO4 sebab dalam titrasi dengan KMnO4 harus dalam suasana asam. Dalam titrasi permanganometri titrasi harus dilakukan dalam suasana asam. Oleh karena itu, digunakan asam kuat yang dapat mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasuana asam yang stabil bukan sebagai indikator karena KMnO4 bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang paling baik dan juga berfungsi mengikat air yang akan dipanaskan supaya menguap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka praktikan dapat mengambil kesimpulan penting yaitu :
1.Permanganometri adalah metode titrasi menggunakan larutan KMnO4 sebagai titran.
2.Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 70-80oC, sehingga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,1 N dan persen ralat sebesar 50 %.
3.Kadar Fe yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,002 N dan persen ralat 99 %.
4.Dalam percobaan ini terdapat % ralat sebesar 99 %.
5.Larutan KMnO4 merupakan larutan yang sifatnya autoindikator sehingga dalam percobaan Permanganometri ini tidak diperlukan indikator yang lain.
6.Titrasi Permanganometri berlangsung dalam keadaan asam.

5.2 Saran
Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :
1. Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.
2. Untuk menghindari terontaminasinya larutan KMnO4 diusahakan agar percobaan lebih cepat dilaksanakan
3. Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi .
4. Teliti melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Permanganonetri http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009
Anonim. 2009b. Permanganometri http//-www.medicafarma.com 9 September 2009
Anonim. 2009c. Permanganonetri praktikum http//-www.rumahkimia.wordpress.com 11 September 2009
Anonim. 2009d. Permanganonetri http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009
Anonim. 2009e. Analisa permanganonetri http//-www.che-mistry.wordpress.org
11 September 2009
Anonim. 2009f. Laporan Permanganometri http//-sulae.blogspot.com
14 September 2009
Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara













LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

LA.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N
Tabel A.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4
Massa KMnO4
BM KMnO4
V Pelarut H2O
Konsentrasi KMnO4
3,16 gr
158,034 gr/mol
200 ml
0,1 N

LA.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N
Tabel A.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4
No
Volume H2C2O4
Volume H2SO4
Volume KMnO4
Konsentrasi KMnO4
% ralat

NT
NP
1
2
3
20 ml
20 ml
20 ml
10 ml
10 ml
10 ml
10,2 ml
9,2 ml
10,7 ml
0,1 N
0,05 N
50 %
Rata-rata
20 ml
10 ml
10,03 ml

LA.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)
Tabel A.3 Hasil Penentuan Kadar Fe
No
Volume Sampel
Volume H2SO4
Volume H3PO4
Volume KMnO4
Konsentrsi KMnO4
% Ralat
Nt
Np
1
15 ml
10 ml
2 ml
0,2 ml



0, 2 N



0,002 N



99 %
2
15 ml
10 ml
2 ml
0,5 ml
3
15 ml
10 ml
2 ml
0,2 ml
Rata-rata
15 ml
10 ml
2 ml
0,3 ml
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

LB.1 Pembuatan KMnO4 0,1 N

Jadi 3,16 gr kristal KMnO4 dilarutkan pada 200 ml air untuk mendapatkan KMnO4 0,1 N

LB.2 Penghitungan Konsentrasi KMnO4 0,1 N



Jadi konsentrasi KMnO4 adalah 0,05 M






LB.3 Perhitungan kadar Fe

Sehingga konsentrasi Fe




Maka ,

Jadi % ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel.